Rusia Diduga Bantu Korut Bangun Kapal Selam Nuklir, Sekutu AS Cemas - SindoNews
3 min read
Dunia Internasional,
Rusia Diduga Bantu Korut Bangun Kapal Selam Nuklir, Sekutu AS Cemas
Kamis, 18 September 2025 - 18:37 WIB
Rusia diduga telah membantu Korea Utara dalam membangun kapal selam bertenaga nuklir. Dugaan ini memicu kecemasan sekutu AS, yakni Korea Selatan. Foto/Rodong Sinmun
A
A
A
SEOUL - Media Korea Selatan melaporkan bahwa Rusia diduga telah membantu Korea Utara (Korut) dalam membangun kapal selam bertenaga nuklir. Laporan itu memicu kecemasan Seoul—sekutu Amerika Serikat (AS)—, yang akhirnya meluncurkan penyelidikan untuk memastikan kebenaran dugaan tersebut.
Para analis menilai laporan itu sangat masuk akal mengingat hubungan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korut Kim Jong-un yang semakin erat. Jika laporan tersebut terkonfirmasi, itu akan menandai terobosan dalam upaya Pyongyang selama puluhan tahun untuk membangun Angkatan Laut bertenaga nuklir.
Mengutip sumber pemerintah Korea Selatan yang tidak disebutkan namanya, surat kabar JoongAng Ilbo melaporkan bahwa Moskow diperkirakan telah memasok dua atau tiga modul kepada Korea Utara pada paruh pertama tahun ini, yang terdiri dari inti reaktor, turbin, dan sistem pendingin yang diambil dari kapal selam Rusia yang telah dinonaktifkan.
Baca Juga: Pasukan Khusus AS Gagal Sadap Kim Jong-un, Trump: Saya Tak Tahu Apa-apa Tentang Itu
Wi Sung-lac, kepala penasihat keamanan Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung, mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu bahwa pemerintah tidak dapat mengonfirmasi bocoran intelijen tersebut.
Namun, para analis mengatakan transfer semacam itu, meskipun provokatif, bukan hal mustahil mengingat hubungan militer yang semakin erat antara Moskow dan Pyongyang, terutama di tengah perang Rusia yang sedang berlangsung melawan Ukraina.
“Sangat mungkin Korea Utara terus-menerus mendesak Rusia untuk membantu teknologi kapal selam, termasuk propulsi nuklir, dan Moskow akhirnya menuruti tuntutan ini,” ujar Hong Min, peneliti senior di Korea Institute for National Unification (KINU), kepada This Week in Asia, Kamis (18/9/2025).
Hong mencatat bahwa kapasitas pembangunan kapal Korea Utara yang terbatas telah menghambat kemampuannya untuk membangun kapal selam peluncur rudal secara mandiri. Dia merujuk pada Kapal Pahlawan Kim Kun-ok—yang diresmikan pada tahun 2023 sebagai kapal selam serang nuklir taktis pertama Korea Utara—yang belum ada tanda-tanda pengerahan di laut.
Kapal tersebut dimodifikasi secara kasar dari kapal selam kelas Romeo bertenaga diesel era Soviet dan kemampuan peluncuran rudalnya belum pernah diverifikasi.
Publikasi gambar media pemerintah Korea Utara pada bulan Maret yang menunjukkan Kim Jong-un sedang meninjau lokasi yang digambarkan sebagai lokasi pembangunan kapal selam berpeluru kendali bertenaga nuklir menandai babak baru dalam ambisi Angkatan Laut Korea Utara. Negara ini telah lama menganggap upayanya untuk mendapatkan platform semacam itu penting untuk melengkapi penangkal nuklirnya.
Para pakar memperingatkan bahwa Korea Utara masih kekurangan kapasitas teknis untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir yang berfungsi dalam waktu dekat. Tantangan paling krusial adalah reaktor kompak berdaya rendah untuk penggunaan kapal selam–sebuah teknologi yang belum dikuasai Pyongyang.
Namun, persamaan itu bisa berubah jika Korea Utara telah memperoleh modul Rusia sebagai imbalan atas pengiriman sebanyak 14.000 tentaranya untuk mendukung perang Rusia melawan Ukraina.
“Korea Utara dapat merekayasa ulang reaktor Rusia—membongkarnya untuk menghasilkan cetak biru—dan mengujinya untuk memperoleh pengetahuan yang relevan,” kata Hong.
Lee Il-woo, seorang peneliti di Korea Defence Network, menyatakan bahwa Rusia mungkin telah menyediakan modul reaktor atau bahkan salah satu kapal selam kelas Delta-IV yang sudah tua kepada Korea Utara.
“Hampir mustahil bagi Korea Utara untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir modern dengan teknologi dan materialnya sendiri,” katanya.
“Misalnya, Korea Utara belum menguasai baja berkekuatan tarik tinggi untuk lambung kapal selam atau mengamankan semikonduktor untuk sensor kapal selam canggih," paparnya.
Pada Kongres Ke-8 Partai Buruh pada Januari 2021, Korea Utara mendeklarasikan lima tujuan pertahanan inti, termasuk pengembangan kapal selam bertenaga nuklir dan senjata nuklir strategis yang diluncurkan dari kapal selam. Sejak saat itu, Pyongyang telah menekankan upayanya untuk mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir guna meningkatkan kemampuan Angkatan Laut-nya.
“Kita tidak dapat mengesampingkan kemungkinan Rusia mentransfer teknologi kapal selam ke Korea Utara, mengingat aliansi militer mereka yang semakin erat,” kata Yang Moo-jin, presiden University of North Korean Studies.
Namun, para pakar menekankan bahwa Korea Utara masih jauh tertinggal dari negara tetangganya; Korea Selatan, dalam hal kemampuan Angkatan Laut.
Korea Selatan mengoperasikan kapal selam serang diesel-listrik berbobot 3.000 ton rancangan dalam negeri dan berhasil menguji coba rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) pada tahun 2021—sebuah pencapaian yang menggarisbawahi keunggulan teknologinya di kawasan tersebut.
“Korea Selatan secara luas dianggap sebagai pembangun dan operator kapal selam non-nuklir yang canggih,” ujar Hong.
Para analis menilai laporan itu sangat masuk akal mengingat hubungan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korut Kim Jong-un yang semakin erat. Jika laporan tersebut terkonfirmasi, itu akan menandai terobosan dalam upaya Pyongyang selama puluhan tahun untuk membangun Angkatan Laut bertenaga nuklir.
Mengutip sumber pemerintah Korea Selatan yang tidak disebutkan namanya, surat kabar JoongAng Ilbo melaporkan bahwa Moskow diperkirakan telah memasok dua atau tiga modul kepada Korea Utara pada paruh pertama tahun ini, yang terdiri dari inti reaktor, turbin, dan sistem pendingin yang diambil dari kapal selam Rusia yang telah dinonaktifkan.
Baca Juga: Pasukan Khusus AS Gagal Sadap Kim Jong-un, Trump: Saya Tak Tahu Apa-apa Tentang Itu
Wi Sung-lac, kepala penasihat keamanan Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung, mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu bahwa pemerintah tidak dapat mengonfirmasi bocoran intelijen tersebut.
Namun, para analis mengatakan transfer semacam itu, meskipun provokatif, bukan hal mustahil mengingat hubungan militer yang semakin erat antara Moskow dan Pyongyang, terutama di tengah perang Rusia yang sedang berlangsung melawan Ukraina.
“Sangat mungkin Korea Utara terus-menerus mendesak Rusia untuk membantu teknologi kapal selam, termasuk propulsi nuklir, dan Moskow akhirnya menuruti tuntutan ini,” ujar Hong Min, peneliti senior di Korea Institute for National Unification (KINU), kepada This Week in Asia, Kamis (18/9/2025).
Hong mencatat bahwa kapasitas pembangunan kapal Korea Utara yang terbatas telah menghambat kemampuannya untuk membangun kapal selam peluncur rudal secara mandiri. Dia merujuk pada Kapal Pahlawan Kim Kun-ok—yang diresmikan pada tahun 2023 sebagai kapal selam serang nuklir taktis pertama Korea Utara—yang belum ada tanda-tanda pengerahan di laut.
Kapal tersebut dimodifikasi secara kasar dari kapal selam kelas Romeo bertenaga diesel era Soviet dan kemampuan peluncuran rudalnya belum pernah diverifikasi.
Publikasi gambar media pemerintah Korea Utara pada bulan Maret yang menunjukkan Kim Jong-un sedang meninjau lokasi yang digambarkan sebagai lokasi pembangunan kapal selam berpeluru kendali bertenaga nuklir menandai babak baru dalam ambisi Angkatan Laut Korea Utara. Negara ini telah lama menganggap upayanya untuk mendapatkan platform semacam itu penting untuk melengkapi penangkal nuklirnya.
Para pakar memperingatkan bahwa Korea Utara masih kekurangan kapasitas teknis untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir yang berfungsi dalam waktu dekat. Tantangan paling krusial adalah reaktor kompak berdaya rendah untuk penggunaan kapal selam–sebuah teknologi yang belum dikuasai Pyongyang.
Namun, persamaan itu bisa berubah jika Korea Utara telah memperoleh modul Rusia sebagai imbalan atas pengiriman sebanyak 14.000 tentaranya untuk mendukung perang Rusia melawan Ukraina.
“Korea Utara dapat merekayasa ulang reaktor Rusia—membongkarnya untuk menghasilkan cetak biru—dan mengujinya untuk memperoleh pengetahuan yang relevan,” kata Hong.
Lee Il-woo, seorang peneliti di Korea Defence Network, menyatakan bahwa Rusia mungkin telah menyediakan modul reaktor atau bahkan salah satu kapal selam kelas Delta-IV yang sudah tua kepada Korea Utara.
“Hampir mustahil bagi Korea Utara untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir modern dengan teknologi dan materialnya sendiri,” katanya.
“Misalnya, Korea Utara belum menguasai baja berkekuatan tarik tinggi untuk lambung kapal selam atau mengamankan semikonduktor untuk sensor kapal selam canggih," paparnya.
Pada Kongres Ke-8 Partai Buruh pada Januari 2021, Korea Utara mendeklarasikan lima tujuan pertahanan inti, termasuk pengembangan kapal selam bertenaga nuklir dan senjata nuklir strategis yang diluncurkan dari kapal selam. Sejak saat itu, Pyongyang telah menekankan upayanya untuk mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir guna meningkatkan kemampuan Angkatan Laut-nya.
“Kita tidak dapat mengesampingkan kemungkinan Rusia mentransfer teknologi kapal selam ke Korea Utara, mengingat aliansi militer mereka yang semakin erat,” kata Yang Moo-jin, presiden University of North Korean Studies.
Namun, para pakar menekankan bahwa Korea Utara masih jauh tertinggal dari negara tetangganya; Korea Selatan, dalam hal kemampuan Angkatan Laut.
Korea Selatan mengoperasikan kapal selam serang diesel-listrik berbobot 3.000 ton rancangan dalam negeri dan berhasil menguji coba rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) pada tahun 2021—sebuah pencapaian yang menggarisbawahi keunggulan teknologinya di kawasan tersebut.
“Korea Selatan secara luas dianggap sebagai pembangun dan operator kapal selam non-nuklir yang canggih,” ujar Hong.
(mas)