Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Su-57

    Terbongkar Alasan Jet Tempur Siluman Su-57 Rusia Selalu Terbang Berpasangan - Zona Jakarta

    5 min read

     Dunia Internasional 

    Terbongkar Alasan Jet Tempur Siluman Su-57 Rusia Selalu Terbang Berpasangan - Zona Jakarta



    ZONAJAKARTA.com - Angkatan Udara Rusia menggunakan taktik terbang berpasangan sebagai taktik utama untuk jet seperti Su-57.

    Dalam formasi berpasangan, satu pilot memimpin dan satu pilot menjadi wingman.

    Formasi tersebut membantu kedua jet mengawasi wilayah udara dan saling melindungi jika terjadi bahaya.

    Jet tempur yang terbang berpasangan memberikan pertahanan kuat, seperti dilaporkan laman wionews.com dalam artikel berjudul "Why do Su 57 fighter jets always fly in pairs?" terbitan 8 September 2025.

    Jika satu jet diserang, jet tempur lainnya dapat merespons atau membantu memandu pasangannya keluar dari masalah.

    Jaring pengaman ini telah menjadi bagian dari pertempuran udara sejak Perang Dunia II dan digunakan oleh sebagian besar angkatan udara di seluruh dunia.

    Su-57 dilengkapi radar dan tautan data modern, sehingga keduanya dapat berbagi informasi dengan cepat.

    Mereka dapat menemukan target, melacak ancaman, dan meluncurkan rudal bersama-sama.

    Penerbangan berjejaring ini membuat serangan dan pertahanan mereka lebih kuat daripada terbang sendiri.

    Baca Juga:

    Terbang berpasangan membuat tugas-tugas seperti patroli, pengawalan, dan serangan mendalam lebih berhasil.

    Pemimpin dapat menjalankan misi utama, sementara wingman bebas bereaksi terhadap gerakan kejutan apa pun dari musuh.

    Formasi itu membuat tim jauh lebih sulit dikalahkan atau dikejutkan.

    Penerbangan berpasangan menghabiskan lebih banyak jet dan pilot di udara dibandingkan patroli tunggal.

    Jet tempur siluman Su-57 Rusia selalu terbang berpasangan.

    Hal tersebut dapat berarti lebih sedikit jet untuk misi lain jika angkatan udara kekurangan sumber daya.

    Penerbangan berpasangan juga membutuhkan kerja sama tim dan pelatihan yang terlatih, yang tidak semua angkatan udara dapat mengikutinya seiring waktu.

    Laporan dari konflik terkini mengonfirmasi bahwa jet tempur Su-57 Rusia terbang sendiri atau berpasangan untuk sebagian besar misi operasional.

    Pelatihan pilot dan taktik udara Rusia mengandalkan unit-unit kecil ini untuk keselamatan, reaksi cepat, dan kendali atas wilayah yang lebih luas dengan jumlah pasukan yang lebih sedikit.

    Sukhoi Su-57 saat ini merupakan jet tempur tercanggih Rusia.

    Namun, hal tersebut tidak banyak berpengaruh karena industri kedirgantaraan Rusia telah terpuruk sejak runtuhnya Uni Soviet.

    Meskipun Su-57 memiliki beberapa peningkatan dibandingkan pesawat sejenis buatan Soviet, masih ada beberapa masalah yang menghambat kinerjanya.

    Baca Juga:

    Dari perusahaan siluman hingga hambatan produksi, Su-57 masih harus menempuh jalan panjang sebelum siap berperang melawan jet tempur siluman Barat.

    Situs National Security Journal pun membongkar sederet hal yang membuat Su-57 tetap terpuruk dalam artikel berjudul "Russia’s Su-57 Felon Stealth Fighter: 5 Reasons It Keeps Failing" terbitan 29 Agustus 2025.

    Menurut situs tersebut, saat merancang Su-57 Rusia memilih rangka yang menggabungkan fitur siluman tetapi juga mempertahankan tingkat kemampuan manuver yang tinggi.

    Itu membuat Su-57 cepat dan lincah, tetapi mengorbankan kemampuan siluman yang canggih.

    Luas penampang radar Su-57 jauh lebih besar daripada rekan-rekannya dari Barat.

    Perkiraan menunjukkan bahwa luas penampang radar Su-57 berkisar antara 0,1 hingga 1 meter persegi, sedangkan F-35 hanya 0,0001 meter persegi.

    Ini berarti Su-57 berpotensi hingga seribu kali lebih mudah dideteksi radar daripada F-35.

    Halaman:
    Jet tempur siluman Su-57 Rusia selalu terbang berpasangan.

    Bisa dibilang, kelemahan terbesar Su-57 adalah tingkat produksinya yang lambat.

    Su-57 telah dikembangkan sejak awal tahun 2000-an, namun hingga akhir tahun 2024, hanya 31 unit yang diproduksi, dengan hanya 12 unit yang dianggap siap tempur.

    Pada akhirnya, Su-57 kesulitan menarik pembeli internasional, yang telah merusak kelangsungan strategis dan ekonominya.

    Baca Juga:

    Awalnya, Rusia bermaksud mengekspor pesawat secara luas, dengan negara-negara seperti India, China, dan Aljazair dianggap sebagai pelanggan potensial.

    Namun, upaya-upaya itu sebagian besar gagal.

    Tanpa penjualan ekspor yang kuat, program Su-57 tidak memiliki skala ekonomi yang dibutuhkan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi produksi.

    Indonesia sendiri telah lama diangap sebagai pelanggan potensial utama Su-57 di Asia Tenggara.

    ***

    Komentar
    Additional JS