Xi Jinping Pamer Ambisi Nuklir China, Daya Ledak hingga Jutaan Ton TNT | Sindonews
Dunia Internasional,
Xi Jinping Pamer Ambisi Nuklir China, Daya Ledak hingga Jutaan Ton TNT | Halaman Lengkap
Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Kamis, 04 September 2025 - 22:30 WIB
Misil nuklir strategis antarbenua berbahan bakar cair DF-5CFotografer. FOTO/Qilai Shen/Bloomberg
- China kembali menunjukkan ambisi besarnya dalam memperkuat kekuatan nuklir. Dalam parade militer memperingati kemenangan Perang Dunia II di Beijing pekan ini, negeri itu memamerkan dua desain baru rudal balistik antarbenua (ICBM) berukuran raksasa, yakni DF-5C dan DF-61.
Kehadiran dua senjata tersebut langsung menarik perhatian dunia internasional. Selain ukurannya yang masif, rudal-rudal itu dinilai mencerminkan langkah serius Presiden Xi Jinping dalam mempercepat pembangunan persenjataan nuklir, yang oleh Pentagon diperkirakan akan mencapai 1.000 hulu ledak pada 2030.
DF-5C dan DF-61 memiliki nilai strategis tinggi karena mampu membawa banyak hulu ledak independen yang bisa diarahkan ke berbagai sasaran sekaligus. "Ini dapat menjadi jawaban China atas upaya pertahanan rudal Amerika Serikat," ujar peneliti senior di Royal United Services Institute, London, Sidharth Kaushal, dikutip dari Bloomberg News, Kamis (4/9).
Baca Juga: Pertama Kalinya, AS Cabut Sanksi Rusia Terkait Proyek Nuklir di Eropa
AS saat ini sedang menggelontorkan ratusan miliar dolar untuk mengembangkan sistem pertahanan rudal nasional. Sistem tersebut, yang digagas Presiden Donald Trump, dirancang untuk melindungi seluruh wilayah Amerika dari ancaman rudal maupun serangan udara.
DF-61 tampil dalam parade diangkut truk peluncur beroda 16 yang membuatnya "road mobile". Konsep ini memberi fleksibilitas bagi komando militer China untuk menyebarkan senjata sekaligus meningkatkan peluang keberhasilan serangan.
Menurut analis, DF-61 kemungkinan menggunakan bahan bakar padat dengan panjang lebih dari 20 meter, yang menandakan kemampuan membawa muatan besar. Banyak yang menduga rudal ini merupakan penerus DF-41, ICBM yang mampu menjangkau seluruh wilayah Amerika Utara.
Lebih jauh, DF-61 berpotensi dilengkapi sistem Fractional Orbital Bombardment (FOBS), yakni teknologi yang memungkinkan hulu ledak mengorbit Bumi sebelum diarahkan ke sasaran dengan peringatan minim. China dilaporkan pernah menguji sistem ini pada 2021, meski teknologi serupa sempat ditinggalkan AS dan Uni Soviet pada era Perang Dingin karena dianggap terlalu destabilizing.
"DF-61 bisa saja menjadi platform untuk FOBS atau peluncur wahana luncur hipersonik antarbenua," kata Jeffrey Lewis, pakar pertahanan dari Middlebury Institute.
Baca Juga: Xi Jinping: Dunia Harus Memilih antara Damai dan Perang
Sementara, perbandingan desain ICBM China yang beragam dengan rudal AS dan Rusia yang relatif stabil menunjukkan Beijing tengah menjajal berbagai jalur pengembangan. Menurut Ankit Panda dari Carnegie Endowment for International Peace, langkah ini mengingatkan pada dinamika persenjataan nuklir AS dan Soviet sebelum adanya perjanjian pengendalian senjata pada era Perang Dingin.
"China saat ini menerapkan strategi deterensi layaknya Amerika dan Soviet sebelum era perjanjian kontrol senjata, mencoba semua opsi untuk menemukan yang paling efektif," ujar Panda.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Infografis

Hadapi Rusia dan China, NATO Akan Kerahkan Banyak Senjata Nuklir