10 Negara Penyumbang Sampah Plastik Terbesar: AS Hasilkan 42 Juta Metrik Ton, Indonesia Masuk Daftar - Tribunnews
10 Negara Penyumbang Sampah Plastik Terbesar: AS Hasilkan 42 Juta Metrik Ton, Indonesia Masuk Daftar - Tribunnews.com
Ringkasan Berita:
- Terdapat 10 negara dengan penyumbang sampah plastik terbesar di dunia.
- Masyarakat perlu menyadari konsumsi plastik dan mendukung upaya mengurangi sampah plastik.
- Negara-negara yang lebih besar dan berpenduduk lebih padat, cenderung menghasilkan lebih banyak sampah plastik.
TRIBUNNEWS.COM - Plastik mencemari lingkungan karena tidak terurai selama ratusan tahun.
Plastik merusak lingkungan dengan melepaskan bahan kimia beracun dan membahayakan hewan.
Banyak sampah plastik berakhir di lautan, membentuk tumpukan sampah besar yang berdampak buruk bagi kehidupan laut dan melepaskan bahan kimia berbahaya.
Misalnya, kantong plastik merupakan penyebab utama polusi ini.
Masyarakat perlu menyadari konsumsi plastik dan mendukung upaya mengurangi sampah plastik.
Negara-negara yang lebih besar dan berpenduduk lebih padat, cenderung menghasilkan lebih banyak sampah plastik secara keseluruhan.
Menurut World Population Review, lebih dari 8 miliar ton plastik telah diproduksi sejak tahun 1950, dengan lebih dari separuhnya berakhir di tempat pembuangan sampah dan hanya 9 persen yang didaur ulang.

Berikut 10 negara dengan penyumbang sampah plastik terbesar di dunia sebagaimana dilansir laman allgonerubbishremovals:
1. Amerika Serikat (AS)
Amerika Serikat masuk dalam daftar, karena negara ini dikenal dengan konsumerisme dan kapitalismenya.
Plastik telah meningkat secara signifikan di Amerika Serikat selama empat dekade terakhir, dengan setidaknya 85 persen sampah plastik perkotaan dibuang di tempat pembuangan akhir.
Negara ini menghasilkan lebih dari 42 juta metrik ton sampah plastik setiap tahun, yang setara dengan sekitar 130 kg sampah plastik per kapita.
Meskipun memiliki sistem pengelolaan sampah yang canggih, volume sampah yang sangat besar membuat upaya daur ulang terhambat, sehingga menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan.
Bahan kimia berbahaya meresap ke dalam tanah dan air akibat polusi plastik ini, yang sangat buruk bagi kesehatan manusia.
Mengurangi penggunaan plastik dan sampah adalah cara utama untuk melindungi lingkungan kita dan mengurangi risiko ini.
2. Tiongkok
Mengingat Tiongkok berpenduduk lebih dari 1,4 miliar jiwa, wajar saja jika Tiongkok menjadi penghasil sampah plastik terbesar di dunia.
Tiongkok menghasilkan sekitar 60 juta ton sampah plastik setiap tahun.
Meskipun Tiongkok telah mengambil langkah-langkah untuk melarang beberapa jenis plastik dan meningkatkan pengelolaan sampah, pesatnya urbanisasi dan industrialisasi berkontribusi pada tingginya tingkat sampah yang salah kelola.
Sampah yang salah kelola ini seringkali menjadi sampah plastik di laut, yang memperburuk polusi global.
Meskipun ada upaya-upaya ini, skala sampah plastik di China masih menjadi tantangan yang signifikan dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya.
3. Indonesia
Indonesia merupakan salah satu penyumbang polusi plastik laut terbesar, menghasilkan sekitar 7,8 juta metrik ton sampah plastik setiap tahun.
Dengan salah satu tingkat produksi plastik tertinggi di dunia, negara ini menghasilkan sampah yang signifikan, dengan 4,9 juta ton di antaranya tidak dikelola dengan baik.
Lebih dari 600.000 ton sampah plastik telah dibuang ke sungai dan lautan Indonesia.
Ketidakmampuan mengelola sampah secara memadai, mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah sampah plastik terbanyak yang masuk ke lingkungan laut.
4. Brasil
Brasil menghasilkan sekitar 11 juta ton plastik setiap tahun.
Sekitar 13 persen plastik sekali pakai di Brasil, seperti gelas, piring, peralatan makan, kantong plastik, dan sedotan, berkontribusi terhadap masalah sampah plastiknya.
Sebagian besar sampah plastik ini menjadi sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik, sehingga memperburuk polusi lingkungan dan tantangan pengelolaannya.
5. Rusia
Jumlah sampah plastik di Rusia terus meningkat.
Rusia merupakan salah satu dari sedikit negara yang produksi sampah plastiknya meningkat hingga mencapai 8,47 juta ton.
Meskipun terdapat beberapa program daur ulang, program tersebut belum dikenal luas atau mudah diakses, yang menunjukkan perlunya peningkatan upaya untuk mengurangi polusi plastik.
6. Jerman
Menurut Philip Sommer, pakar ekonomi sirkular, hanya 38 persen sampah plastik di Jerman yang didaur ulang.
Jerman merupakan salah satu penghasil sampah kemasan terbesar.
Negara ini menghasilkan sekitar 6,5 juta ton polusi sampah plastik setiap tahunnya, dan setiap orang diperkirakan menghasilkan 0,46 kg sampah plastik setiap harinya.
7. Meksiko
Setiap tahun, 5,9 juta ton sampah plastik dibuang di Meksiko, dengan hanya 15 persen yang didaur ulang.
Meskipun 91 persen sampah di Meksiko dikumpulkan, sebagian besarnya dibuang di tempat pembuangan sampah yang tidak teregulasi atau di lingkungan sebagai sampah.
Masalah ini terutama buruk di Mexico City, yang menghasilkan sekitar 13.000 ton sampah setiap hari, hingga 40 persen di antaranya adalah plastik.
8. Jepang
Jumlah plastik yang digunakan Jepang per kapita lebih tinggi daripada rata-rata, menyebabkan sekitar 9 juta ton sampah plastik setiap tahun, dengan tingkat daur ulang sebesar 19,9 persen.
Sebagian lain berpendapat hal ini disebabkan oleh perhatian Jepang terhadap kebersihan, yang dapat menyebabkan makanan dan barang-barang lainnya dibungkus berulang kali.
Jepang adalah salah satu pengguna kemasan terbesar di dunia, tetapi banyak sampah plastiknya berakhir di laut atau di tempat pembuangan akhir.
Meskipun negara ini memiliki sistem pengumpulan daur ulang yang baik, banyak sampah plastik yang dibakar atau dikirim ke negara lain untuk diproses.
9. Inggris Raya
Britania Raya menghasilkan sekitar 6,4 juta ton sampah plastik setiap tahun, menjadikannya salah satu sumber sampah plastik terbesar di dunia.
Meskipun pemerintah telah berupaya keras, negara ini masih menghasilkan banyak sampah plastik, dan infrastruktur daur ulang perlu mengimbangi peningkatan yang sangat besar ini.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Inggris telah menerapkan beberapa kebijakan untuk mengurangi sampah plastik yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Kebijakan ini mencakup biaya kantong plastik dan larangan penggunaan microbeads.
10. India
India menghasilkan sekitar 9,46 juta ton sampah plastik setiap tahun, menjadikannya salah satu pencemar terbesar di dunia.
Membuang sampah plastik dengan benar sulit dilakukan di negara ini.
Sampah plastik membuat jalanan kotor, tempat pembuangan sampah meluap, dan perairan menjadi kotor.
Pemerintah India telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini, seperti menetapkan Aturan Pengelolaan Sampah Plastik.
Tujuan utama program-program ini adalah untuk mendorong masyarakat agar lebih banyak mendaur ulang, mengelola sampah mereka dengan lebih baik, dan meningkatkan kesadaran akan masalah ini.
Dampak Lingkungan dari Sampah Plastik
Dikutip dari laman greenmatch.co.uk, dampak buruk sampah plastik terhadap iklim sangat banyak dan luas.
Pernah dianggap sebagai "material fenomenal", plastik kini telah menjadi salah satu isu lingkungan yang paling mendesak secara ensiklopedis.
Sampah plastik secara signifikan merusak keanekaragaman hayati, ekosistem, kehidupan hewan dan tumbuhan, serta kesehatan manusia.
Karena polusi sampah plastik membutuhkan perhatian segera, kita bisa mulai dengan menggunakan bahan yang dapat digunakan kembali, alih-alih komoditas sekali pakai yang mudah dibuang.
Sangat mengkhawatirkan bahwa tingkat daur ulang sampah plastik global hanya 9 persen, sementara angka 22 persen yang sangat tinggi perlu dikelola dengan baik.
Ini berarti menggunakan lebih sedikit bahan untuk membuat plastik lebih mudah didaur ulang atau terurai secara hayati.
Peningkatan ketersediaan fasilitas daur ulang akan membatasi jumlah polimer yang digunakan dalam proses produksi.
Mengurangi Sampah Plastik
Untuk melindungi lingkungan, langkah-langkah tegas harus diambil untuk membatasi produksi sampah plastik dan meningkatkan prosedur pembuangan.
Salah satu strategi yang efisien untuk mencapai hal ini adalah dengan mempromosikan kantong dan wadah yang dapat digunakan kembali, yang telah terbukti mengurangi jumlah sampah plastik yang dihasilkan secara drastis.
Berinvestasi dalam peningkatan infrastruktur dan teknologi daur ulang juga penting untuk memastikan lebih banyak sampah plastik yang didaur ulang daripada berakhir di tempat pembuangan akhir atau lautan.
Kolaborasi antara pemerintah dan pelaku bisnis dapat membantu mengembangkan kebijakan dan insentif yang mendorong penggunaan material dan praktik berkelanjutan.
Menerapkan pendekatan holistik untuk mengurangi sampah plastik akan membuka jalan bagi masa depan dunia yang lebih bersih dan sehat.
(Tribunnews.com/Nuryanti)