Aktivis Sumud Flotilla yang Disandera Zionis Israel Mogok Makan di Sel Tahanan |Republika
Aktivis Sumud Flotilla yang Disandera Zionis Israel Mogok Makan di Sel Tahanan |Republika Online
Mereka memilih tak makan sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Foto: Dok GSF
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Para relawan dan aktivis Global Sumud Flotilla yang disandera Zionis Israel di sel tahanan memilih mogok makan. Melalui saluran komunikasi seluruh partisipan Global Sumud Flotilla dikatakan, sedikitnya 42 relawan dan aktivis kemanusian yang hingga kini masih dalam tawanan Zionis Israel di sel penjara, memilih tak makan demi solidaritas bersama rakyat Palestina di Gaza.
“Di Gaza, kelaparan bukanlah tragedi. Tetapi sebuah kebijakan,” begitu penyampaian para relawan dan aktivis melalui kanal komunikasi Global Sumud Flotilla, yang diakses Republika di Jakarta, Ahad (6/10/2025). Mereka menyampaikan Zionis Israel telah melancarkan kampanye terbuka untuk membuat masyarakat Palestina di Gaza mengalami kelaparan. Zionis Israel dikatakan menutup akses untuk memperoleh makanan, air, listrik, maupun bahan bakar.
“Sambil mereka (Zionis Israel) melakukan penghancuran terhadap ladang-ladang pertanian para petani di Gaza, dan menyasar konvoi-konvoi bantuan kemanusian penopang kehidupan di Gaza,” begitu dalam pernyataan tersebut. Beberapa relawan dan aktivis yang memilih mogok makan, berasal dari 15 negara. Termasuk di antaranya para pemimpin pelayaran Global Sumud Flotilla, seperti Thiago Avila, dan para aktivis serta relawan yang berasal dari Prancis seperti Emma Faourreau.
Beberapa tawanan lain yang turut mogok makan para relawan dan aktivis dari Yunani, Spanyol, Belanda, juga tiga dari Amerika Serikat (AS). Relawan dan aktivis Global Sumud Flotilla asal Turki yang pernah Republika temui saat persiapan misi pelayaran menembus Gaza di Tunisia, Sumeyye Sena Polat juga turut aksi mogok makan di dalam tahanan.
“Kelaparan semakin meluas di Gaza. Dan puluhan relawan armada Global Sumud masih tetap dalam penjara. Kami menolak diberi makan oleh rezim penjajahan yang sama yang memaksakan kelaparan bagi warga Palestina di Gaza,” begitu dalam pernyataan Global Sumud Flotilla.

Halaman 2 / 3
Para relawan dan aktivis Global Sumud Flotilla menegaskan, aksi-aksi tanpa kekerasan bukanlah satu gerakan yang tak menghasilkan apapun.
“Tetapi aksi-aksi tanpa kekerasan tersebut merupakan keberanian yang rela bertaruh nyawa demi melawan ketidakadilan,” begitu pernyataan tersebut.
Adalah, tim hukum Global Sumud Flotilla mengungkapkan, sampai Ahad (5/10/2025) tercatat sekitar 137 relawan dan aktivis pelayaran ke Gaza yang dideportasi melalui Istanbul-Turki. Mereka di antaranya para relawan dan aktivis Global Sumud Flotilla yang berasal dari Turki, Italia, Amerika Serikat, Inggris, Kuwait, Aljazair, Tunisia, Maroko, Mauritania, Libya, Yordania, Swiss, Bahrain, dan Malaysia.

Total ada sekitar 512 relawan dan aktivis Global Sumud Flotilla dari 47 negara yang diculik dan disandera oleh Zionis Israel.
Angkatan Laut Zionis Israel menyerang dan membajak 42 kapal-kapal kemanusian Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan logistik, obat-obatan, serta susu bayi untuk masyarakat Palestina di Gaza.
Tentara Zionis Israel melakukan kejahatan kemanusian tersebut saat kapal-kapal Global Sumud Flotilla berlayar melintasi perairan internasional menuju Gaza. Beberapa aktivis kemanusian turut disandera dalam penyerangan itu, termasuk di antaranya Greta Thunberg dari Swedia, serta Mandla Mandela dari Afrika Selatan (Afsel).