Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home APBN Danantara Deviden Featured Whoosh

    Alasan Purbaya Tolak Bayar Utang Kereta Cepat Whoosh Pakai APBN, Singgung Deviden Danantara - Tribunkaltim.co

    7 min read

     

    Alasan Purbaya Tolak Bayar Utang Kereta Cepat Whoosh Pakai APBN, Singgung Deviden Danantara - Tribunkaltim.co

    UTANG KERETA CEPAT - Proyek kereta cepat Jakarta Bandung yang resmi beroperasi sejak 2 Oktober 2023 ini mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dollar AS atau setara Rp 19,54 triliun. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tidak akan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Jumat (10/10/2025).(TRIBUNJABAR/GANI KURNIAWAN) 
    Tribun

    TRIBUNKALTIM.CO - Utang proyek Kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) masih jadi momok bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menaunginya.

    Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tidak akan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

    Pernyataan ini disampaikan sebagai respons atas usulan Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, yang sebelumnya membuka opsi agar pemerintah turut menanggung utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

    Dalam acara Media Gathering di Bogor, Jumat (10/10/2025), Purbaya menyatakan bahwa hingga saat ini dirinya belum menerima permintaan resmi terkait pembiayaan utang tersebut.

    Ia menekankan bahwa KCIC berada di bawah pengelolaan Danantara, yang menurutnya memiliki kapasitas finansial mandiri.

    "Yang jelas sekarang saya belum dihubungi tentang masalah itu. Tapi KCIC di bawah Danantara, mereka sudah punya manajemen dan deviden sendiri," ujar Purbaya.

    Ia menambahkan bahwa Danantara memperoleh deviden hingga Rp80 triliun dalam setahun, sehingga seharusnya mampu menyelesaikan kewajiban utang tanpa melibatkan dana negara.

    Dividen adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham sebagai bentuk imbal hasil atas kepemilikan saham mereka.

    "Jangan kita lagi yang menanggung. Kalau tidak, semuanya kita lagi, termasuk devidennya. Ini kan mau dipisahkan antara swasta dan pemerintah," tegasnya.

    Utang KCIC Bersifat B2B, Bukan Tanggung Jawab Negara

    Senada dengan Purbaya, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Suminto, menjelaskan bahwa utang proyek kereta cepat merupakan bentuk kerja sama business to business (B2B).

    Artinya, tidak ada keterlibatan langsung pemerintah dalam pembiayaan utang tersebut.

    "Tidak ada utang pemerintah, karena dilakukan oleh badan usaha. Konsorsium ini terdiri dari perusahaan Indonesia dan China, di mana pihak Indonesia diwakili oleh PT KAI," jelas Suminto.

    Dengan demikian, tanggung jawab pembayaran utang berada sepenuhnya pada konsorsium, bukan pada negara.

    Pernyataan ini sekaligus memperkuat posisi pemerintah untuk tidak menggunakan APBN dalam menyelesaikan kewajiban finansial proyek tersebut.

    Sebagai informasi, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang resmi beroperasi sejak 2 Oktober 2023 mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 19,54 triliun.

    Untuk menutup pembengkakan biaya tersebut, proyek ini memperoleh pinjaman dari China Development Bank (CDB) senilai 230,99 juta dollar AS dan 1,54 miliar renminbi, dengan total setara Rp 6,98 triliun.

    PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), pengelola kereta cepat Whoosh, merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan kepemilikan saham 60 persen, dan konsorsium China Beijing Yawan HSR Co. Ltd yang memegang 40 persen saham.

    Komposisi pemegang saham PSBI saat ini adalah:

    - PT Kereta Api Indonesia (Persero): 51,37 persen
    - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk: 39,12 persen
    - PT Jasa Marga (Persero) Tbk: 8,30 persen
    - PT Perkebunan Nusantara I: 1,21 persen

    Proyek ini memberikan tekanan besar terhadap kinerja keuangan PT KAI (Persero).

    Utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang ditanggung melalui konsorsium KCIC mencapai Rp 116 triliun atau sekitar 7,2 miliar dollar AS. 

    Jumlah tersebut sudah termasuk pembengkakan biaya dan menjadi beban berat bagi PT KAI dan KCIC, yang masih mencatatkan kerugian pada semester I-2025.

    Fakta Utama tentang Kereta Cepat Whoosh

    Proyek Kereta Cepat Whoosh di bawah tanggung jawab PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

    Konsorsium PT KCIC terdiri dari sembilan perusahaan. 

    Konsorsium PT KCIC merupakan gabungan antara empat BUMN Indonesia dan lima perusahaan asal China. 

    Empat BUMN Indonesia tersebut yakni PT Wijaya Karya, PT Jasa Marga, PT Perkebunan Nusantara VIII, dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang bertindak sebagai pemimpin konsorsium.

    Sedangkan dari pihak China, bergabung lima perusahaan, yaitu China Railway International Company Limited, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, serta China Railway Signal and Communication Corp.

    Empat BUMN Indonesia tersebut membentuk perusahaan patungan  PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PT PSBI).

    Dan lima perusahaan China tersebut di atas membentuk membentuk konsorsium China Railway.

    Kemudian PT PSBI dan China Railway kemudian mendirikan konsorsium bersama dengan nama PT KCIC yang menangani Kereta Cepat Whoosh.

    Dalam struktur kepemilikan, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia memegang 60 persen saham KCIC, sedangkan 40 persen sisanya dikuasai konsorsium China.

    Konsorsium PT KCIC ini harus ikut menanggung beban utang dan bunga tinggi kepada pihak China. 

    Seluruh beban utang pembangunan proyek dan kerugian operasional Whoosh dibebankan kepada semua pemegang saham KCIC.

    Mayoritas pendanaan proyek kereta cepat ini berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), sementara sisanya ditopang oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta modal dari konsorsium perusahaan patungan BUMN Indonesia dan China. 

    • Kereta cepat Whoosh menempuh jarak sekitar 142,3 kilometer antara Jakarta dan Bandung

    Kelas layanan:

    Ekonomi Premium: mulai dari Rp150.000–Rp200.000

    Bisnis: sekitar Rp450.000

    First Class: sekitar Rp600.000  (*)

    Komentar
    Additional JS