Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Istimewa Pesantren Lirboyo Spesial Trans7

    Mengungkap Sosok Pemilik Trans7, Kekayaannya Lebih dari Rp70 Triliun! - Inilah

    6 min read

     

    Mengungkap Sosok Pemilik Trans7, Kekayaannya Lebih dari Rp70 Triliun!

    Oleh
    Share


    Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

    Trans7 ramai diperbincangkan, bahkan ada wacana untuk memboikotnya. 

    Ini dikarenakan adanya tayangan program Xpose yang dinilai tidak mendidik dan melecehkan ulama, lebih tepatnya terhadap kiai di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, yaitu Anwar Manshur. 

    Pada tayangan tersebut, narator menyebut “kiai yang kaya raya malah diberi amplop oleh santri, bahkan santri sampai ngesot untuk mencium tangan.”

    Tak berhenti sampai di situ, narator pun menyinggung soal santri yang hanya diajdikan pekerja rumah tangga hingga keluarga kiai yang turut menikmati uang dari umat

    Narasi yang dinilai dianggap tendensius ini menyulut amarah banyak masyarakat. 

    Bahkan, tak sedikit yang mempertanyakaan siapa sosok pemilik televisi yang dianggap bertanggung jawab atas tayangan kontroversial tersebut.

    Inilah Sosok Pemilik Trans 7 

    Chairul Tanjung, pemilik Trans7
    Chairul Tanjung, sosok pemilik Trans7.

    Stasiun televisi Trans7 saat ini bergerak di bawah naungan CT Corp, perusahaan konglomerasi milik Chairul Tanjung.

    Pria kelahiran Jakarta, 16 Juni 1962 ini terlahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, Abdul Ghafar adalah seorang wartawan media cetak, sedangkan ibunya, Halimah, adalah ibu rumah tangga.

    Sejak kecil, Chairul Tanjung dikenal sebagai anak yang mandiri dan cerdas. Bahkan nilai-nilai akademiknya dari SD hingga SMA bisa dibilang cukup memuaskan.

    Baca Juga:

    Berkat itu, Chairul Tanjung dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas Indonesia (UI) Fakultas Kedokteran Gigi.

    Setelah lulus pada tahun 1987, Chairul Tanjung yang sudah meraih gelar Kedokteran Gigi, malah memilih untuk mendirikan bisnis bersama tiga teman-temannya.

    Bermodal uang sebesar Rp150 juta yang dipinjam dari Bank Exim, mereka mendirikan PT Pariarti Shindutama, perusahaan yang memproduksi sepatu anak-anak dan mengekspornya ke Italia.

    Bisnis ini berjalan lancar dan bisa memberikan banyak keuntungan. Namun karena ada perselisihan internal, Chairul Tanjung memutuskan keluar.

    Dengan bekal pengalamannya di dunia bisnis, Chairul Tanjung membangun bisnis konglomerasinya dari bawah.

    Perusahaan ini diberi nama Para Inti Holdindo yang membawahi 3 subholding, yaitu Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi), dan Para Inti Propertindo (properti).

    Pada 1 Desember 2011, perusahaan ini berganti nama dari Para Grup menjadi CT Corp yang terdiri dari tiga perusahaan subholding, yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam.

    Berkat bisnisnya ini, Chairul Tanjung masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia dengan harta kekayaan sebesar US$4,8 miliar yang setara dengan Rp79,60 triliun (kurs US$1 = Rp16.585).

    Sejarah Berdirinya Trans 7

    Trans7 pertama kali lahir dengan nama Duta Visual Nusantara Televisi (DVN TV) yang izinnya dikeluarkan pada 25 Oktober 1999 sebagai televisi swasta nasional.

    Sosok pertama yang membangun stasiun televisi ini adalah H. Sukoyo, seorang pengusaha tambak udang dari Jawa Timur bersama tiga pihak lain.

    Baca Juga:

    Namun tidak lama kemudian, Sukoyo menjual izin pendirian stasiun televisi miliknya kepada kelompok Kompas Gramedia sebesar 80%.

    Di bawah naungan Kompas Gramedia, DVN TV berubah nama menjadi TV7 pada 28 Desember 2001.

    Melalui stasiun televisi ini, Kompas Gramedia berencana menayangkan program acara yang meliputi 70% hiburan dan 30% berita.

    Program yang dibuat oleh Kompas Gramedia cukup dinikmati banyak penonton. 

    Bahkan berkat program-programnya yang menarik ini, TV7 berhasil menaikkan pendapatan iklan dari Rp800 miliar pada 2005 menjadi Rp1,8 triliun pada 2006.

    Namun di tahun yang sama beredar rumor bahwa TV7 akan dijual oleh Kompas Gramedia karena dirasa tidak menguntungkan.

    Tak lama kemudian, TV7 akhirnya dibeli oleh Para Group melalui PT Para Inti Investindo (sekarang Trans Corp atau PT Trans Corpora).

    Di bawah naungan Para Group, keuntungan Trans7 disebut melampaui Trans TV, stasiun televisi saudaranya.

    Bahkan banyak program acara yang ditayangkan Trans7 sukses meraih banyak penonton, seperti Empat Mata, Opera Van Java, On the Spot, Hitam Putih, dan Indonesia Lawak Club.

    Hingga sekarang, Trans7 masih menjadi salah satu stasiun televisi swasta yang fokus menyiarkan program-program acara hiburan yang disukai masyarakat luas.

    .

    .

    Dapatkan Informasi Terupdate dan Paling Menarik Seputar Bisnis dan Ekonomi di Laman Google News Inilah.com

    0 suka
    0 bookmark
    Komentar
    Additional JS