Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Amerika Serikat Featured Kapal Induk Amerika Serikat Venezuela

    200.000 Tentara Venezuela Siaga, Siap Adang Kapal Induk AS di Karibia - Tribunnews

    8 min read

     

    200.000 Tentara Venezuela Siaga, Siap Adang Kapal Induk AS di Karibia - Tribunnews.com


    Editor: Febri Prasetyo

    Twitter via NewsClick
    PRESIDEN VENEZUELA- Ketegangan memanas di Karibia! Venezuela kerahkan 200.000 tentara untuk hadang kapal induk AS yang diklaim lakukan misi anti-narkoba. Venezuela tuduh AS lakukan provokasi setelah kapal induk USS Gerald R. Ford beroperasi di perairan Karibia. 
    Ringkasan Berita:
    • Venezuela mengerahkan 200.000 personel militer dari seluruh matra untuk menghadapi potensi ancaman Amerika Serikat, menyusul hadirnya kapal induk USS Gerald R. Ford di perairan Karibia.
    • AS mengklaim operasi militernya sebagai misi anti-narkoba, sementara Venezuela menilai langkah itu sebagai provokasi dan ancaman terhadap kedaulatan nasional.
    • Ketegangan meningkat, menjadikan Karibia titik panas baru yang berisiko memicu konfrontasi militer antara dua negara berseteru lama itu

    TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan geopolitik di kawasan Karibia meningkat tajam setelah Pemerintah Venezuela mengumumkan penyerahan 200 personel militer pada Selasa (11/11/2025).

    Langkah ini diambil sebagai respons langsung terhadap kehadiran kapal induk Amerika Serikat, USS Gerald R. Ford, yang memicu kekhawatiran akan potensi benturan antarnegara.

    Menurut pernyataan resmi Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino Lopez, latihan militer berskala nasional tersebut merupakan tindakan pertahanan terhadap apa yang ia sebut sebagai “ancaman nyata dari kekuatan asing”.

    Ia juga menegaskan bahwa mobilisasi besar-besaran ini bukan sekadar latihan rutin, melainkan juga bagian dari operasi nyata untuk menguji koordinasi nasional dalam menghadapi ancaman eksternal termasuk dari AS.

    “Hampir 200.000 tentara telah dikerahkan di seluruh negeri untuk latihan ini,” kata Padrino Lopez melalui siaran televisi pemerintah.

    “Operasi ini bukan sekadar latihan rutin, melainkan bentuk kesiapsiagaan terhadap setiap potensi agresi.” imbuhnya.

    Mengutip laporan Anadolu, para personel yang dikerahkan berasal dari seluruh matra militer, mulai dari angkatan darat, laut, udara, hingga milisi rakyat.

    Rekomendasi Untuk Anda
    5 Populer Internasional: Pertahanan Udara Rusia Mulai Bocor - Badai Fung-Wong Menuju Taiwan

    Mereka dilibatkan dalam serangkaian latihan gabungan yang meliputi patroli laut di sepanjang pantai utara Venezuela, simulasi pertahanan udara terhadap ancaman serangan pesawat asing, serta latihan mobilisasi cepat pasukan ke wilayah strategis.

    Pemerintah juga melibatkan milisi sipil bersenjata atau Milicia Bolivariana untuk memperkuat hubungan antara rakyat dan militer dalam konsep pertahanan rakyat semesta.

    Kerahkan Kendaraan Tempur

    Selain memperkuat kesiapsiagaan pasukan, latihan ini juga menjadi wadah pengujian terhadap sistem logistik, persenjataan, dan komunikasi tempur yang dimiliki oleh Fuerza Armada Nacional Bolivariana (FANB).

    Tank, artileri berat, dan kendaraan lapis baja tampak digerakkan ke beberapa titik penting, terutama di kawasan pesisir yang berdekatan dengan Laut Karibia.

    Untuk memperkuat operasi militer Venezuela juga turut melibatkan unit intelijen dan pasukan khusus yang melakukan simulasi kontra-infiltrasi guna mencegah potensi penyusupan oleh agen asing.

    Bahkan, baru–baru ini Majelis Nasional Venezuela mengesahkan undang-undang baru yang memperkuat strategi pertahanan negara.

    Undang-undang tersebut mengatur mekanisme pengerahan pasukan, tata kelola komando militer, dan hubungan antara rakyat dan angkatan bersenjata dalam situasi darurat nasional.

    Para analis menilai bahwa latihan militer besar-besaran ini memiliki dua makna penting: sebagai sinyal politik kepada Washington, sekaligus sebagai upaya internal untuk memperkuat loyalitas militer terhadap pemerintahan Maduro.

    Di tengah krisis ekonomi dan tekanan internasional, Caracas berusaha menunjukkan bahwa negaranya masih memiliki kekuatan militer yang tangguh dan siap menghadapi setiap ancaman.

    AS Klaim sebagai Misi Antinarkoba, Venezuela Tuduh Provokasi

    Ketegangan antara AS dan Venezuela terjadi lantaran AS menuduh Venezuela terlibat penyelundupan narkoba dan korupsi di perairan Karibia sejak September 2025.

    Sejak saat itu kapal yang dicurigai membawa narkoba diserang dan ditenggelamkan.

    Untuk merespons tindakan AS, Venezuela dengan tegas membantah tuduhan tersebut dan menegaskan hak untuk membela diri.  

    Namun, Ketegangan memuncak setelah AS mengerahkan armada perang dan Venezuela mengerahkan militer sebagai respons, yang mengkhawatirkan kemungkinan konflik militer. 

    Dalam pernyataan resmi, Komando Selatan Amerika Serikat (US Southern Command) menyebut kehadiran kapal induk itu bertujuan untuk “menghentikan peredaran narkoba lintas batas yang mengancam keamanan regional”.

    Washington menegaskan bahwa operasi ini adalah langkah hukum yang sah berdasarkan kebijakan keamanan nasional AS.

    Menurut laporan Angkatan Laut AS, sedikitnya 19 operasi militer telah dilakukan di perairan internasional Karibia selama beberapa bulan terakhir.

    Dari operasi tersebut, setidaknya 75 orang tewas, sebagian besar diduga terkait dengan jaringan penyelundupan narkoba. Kapal-kapal yang dicurigai membawa barang ilegal ditenggelamkan setelah dianggap tidak mematuhi peringatan dari pasukan AS.

    Pengamat hubungan internasional menilai bahwa langkah AS memiliki dua sisi.

    Di satu sisi, operasi antinarkoba memang menjadi agenda rutin Washington untuk melindungi kepentingan regionalnya.

    Namun di sisi lain, kehadiran militer besar-besaran di dekat wilayah Venezuela jelas memiliki makna politik, yakni menunjukkan kekuatan dan dominasi Amerika Serikat di kawasan Amerika Latin.

    Dengan kapal induk USS Gerald R. Ford yang kini beroperasi di perairan Karibia dan ribuan pasukan Venezuela dalam kondisi siaga penuh, kawasan itu berubah menjadi titik panas baru dalam geopolitik global.

    Dunia internasional kini menunggu langkah selanjutnya, apakah ini hanya unjuk kekuatan, atau awal dari konfrontasi yang lebih besar antara dua negara yang sudah lama berseteru.

    (Tribunnews.com / Namira)

    Komentar
    Additional JS