8 Negara NATO Patungan Rp8,3 Triliun Beli Senjata AS untuk Ukraina saat Kyiv Digerogoti Koruptor - SindoNews
2 min read
8 Negara NATO Patungan Rp8,3 Triliun Beli Senjata AS untuk Ukraina saat Kyiv Digerogoti Koruptor
Minggu, 16 November 2025 - 07:07 WIB
Negara-negara NATO patungan Rp8,3 triliun beli senjata AS untuk Ukraina ketika Kyiv sedang digerogoti koruptor. Foto/New York Times
A
A
A
KYIV - Sebanyak delapan negara anggota NATO akan bersama-sama membayar senjata militer Amerika Serikat (AS) senilai €430 juta (Rp8,3 triliun) untuk Ukraina. Upaya patungan tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte.
Delapan negara itu; Denmark, Estonia, Finlandia, Islandia, Latvia, Lithuania, Norwegia, dan Swedia akan membiayai paket tersebut melalui program Daftar Persyaratan Prioritas Ukraina.
Program tersebut disetujui pada bulan September, yang memungkinkan Washington untuk memasok senjata ke Kyiv sementara negara-negara Eropa anggota aliansi menanggung biayanya.
Baca Juga: Sedang Perang Melawan Rusia, 2 Menteri Ukraina Malah Korupsi Besar-besaran
Presiden AS Donald Trump telah sering mengkritik pendahulunya, Joe Biden, karena memberikan paket bantuan militer dalam jumlah besar dan menggambarkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai "sales terhebat di dunia". Trump juga menegaskan bahwa negara-negara anggota NATO di Eropa menanggung beban utama dalam mendukung Ukraina.
Awal pekan ini, Trump kembali mengeklaim bahwa Washington telah menghabiskan USD350 miliar untuk perang Ukraina dan Amerika tidak akan lagi mengalokasikan dana tersebut. "Sekarang mereka membayar kita melalui NATO," ujarnya.
Mengutip dari Russia Today, Minggu (16/11/2025), pengumuman dari Rutte muncul di tengah upaya Kyiv menghadapi penyelidikan korupsi yang semakin meluas dan meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Zelensky.
Awal pekan ini, Biro Anti-Korupsi Nasional Ukraina mendakwa tujuh orang, termasuk mantan mitra bisnis lama Zelensky, Timur Mindich, atas suap dan penggelapan di sektor energi, yang sebagian besar didanai oleh bantuan Barat.
Diplomat senior Uni Eropa, Kaja Kallas, telah mendesak Kyiv untuk menangani korupsi "dengan sangat cepat" dengan mengatakan, "Uang rakyat harus disalurkan ke garis depan."
Sementara itu, Rusia menuduh pendukung Ukraina dari Eropa memperpanjang konflik dengan mengorbankan nyawa warga Ukraina, mengeklaim mereka tidak mau mengakui kegagalan strategi mereka.
Delapan negara itu; Denmark, Estonia, Finlandia, Islandia, Latvia, Lithuania, Norwegia, dan Swedia akan membiayai paket tersebut melalui program Daftar Persyaratan Prioritas Ukraina.
Program tersebut disetujui pada bulan September, yang memungkinkan Washington untuk memasok senjata ke Kyiv sementara negara-negara Eropa anggota aliansi menanggung biayanya.
Baca Juga: Sedang Perang Melawan Rusia, 2 Menteri Ukraina Malah Korupsi Besar-besaran
Presiden AS Donald Trump telah sering mengkritik pendahulunya, Joe Biden, karena memberikan paket bantuan militer dalam jumlah besar dan menggambarkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai "sales terhebat di dunia". Trump juga menegaskan bahwa negara-negara anggota NATO di Eropa menanggung beban utama dalam mendukung Ukraina.
Awal pekan ini, Trump kembali mengeklaim bahwa Washington telah menghabiskan USD350 miliar untuk perang Ukraina dan Amerika tidak akan lagi mengalokasikan dana tersebut. "Sekarang mereka membayar kita melalui NATO," ujarnya.
Mengutip dari Russia Today, Minggu (16/11/2025), pengumuman dari Rutte muncul di tengah upaya Kyiv menghadapi penyelidikan korupsi yang semakin meluas dan meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Zelensky.
Awal pekan ini, Biro Anti-Korupsi Nasional Ukraina mendakwa tujuh orang, termasuk mantan mitra bisnis lama Zelensky, Timur Mindich, atas suap dan penggelapan di sektor energi, yang sebagian besar didanai oleh bantuan Barat.
Diplomat senior Uni Eropa, Kaja Kallas, telah mendesak Kyiv untuk menangani korupsi "dengan sangat cepat" dengan mengatakan, "Uang rakyat harus disalurkan ke garis depan."
Sementara itu, Rusia menuduh pendukung Ukraina dari Eropa memperpanjang konflik dengan mengorbankan nyawa warga Ukraina, mengeklaim mereka tidak mau mengakui kegagalan strategi mereka.
(mas)