Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured G20 Istimewa Logam Tanah Jarang Spesial

    G-20 Serukan Perlindungan Mineral Kritis, Sindiran Terselubung ke China - SindoNews

    3 min read

     

    G-20 Serukan Perlindungan Mineral Kritis, Sindiran Terselubung ke China

    Minggu, 23 November 2025 - 07:44 WIB


    Pada 23 Oktober 2022, Xi Jinping tampil di hadapan para jurnalis di Great Hall of the People, Beijing setelah kembali terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (CPC). FOTO/Xinhua
    A
    A
    A
    JAKARTA - Kelompok G-20 menyerukan perlindungan lebih kuat terhadap mineral-mineral kritis dari tindakan perdagangan unilateral. Seruan tersebut dipandang sebagai sindiran terselubung terhadap kebijakan pembatasan ekspor China yang meluas sejak masa perang dagang yang dipicu Presiden AS Donald Trump.

    Dalam rancangan deklarasi negara-negara G-20 menekankan pentingnya menjaga stabilitas rantai pasok mineral kritis yang selama ini menjadi komponen strategis industri global. "Kami berupaya memastikan rantai nilai mineral kritis mampu bertahan dari berbagai gangguan, baik akibat ketegangan geopolitik, langkah perdagangan unilateral yang tidak konsisten dengan aturan WTO, pandemi, maupun bencana alam," demikian tertulis dalam dokumen yang dilihat Bloomberg News.



    China sebelumnya memanfaatkan dominasinya atas mineral kritis sebagai alat tekanan di tengah memanasnya perselisihan dagang dengan Amerika Serikat. Pemerintah Beijing memberlakukan sistem perizinan yang membatasi akses global terhadap logam penting yang digunakan untuk berbagai teknologi strategis, mulai dari rudal hingga ponsel. Kementerian Luar Negeri China belum memberikan tanggapan saat dimintai komentar di luar jam kerja.

    "Ini langkah yang cukup signifikan karena untuk pertama kalinya negara-negara G-20 menyinggung Chinamatas kebijakan mineral kritisnya yang dinilai tidak adil dan bersifat unilateral," ujar mantan negosiator perdagangan AS yang kini menjabat di Asia Society Policy Institute, Wendy Cutler.

    Baca Juga: Kerusuhan Madagaskar Soroti Meningkatnya Sentimen Negatif terhadap China di Afrika

    Ia menambahkan bahasa dalam rancangan deklarasi tersebut menunjukkan besarnya kekhawatiran global terkait langkah China yang belakangan ini mengganggu rantai pasok demi kepentingannya sendiri.
    Seruan ini muncul setelah Presiden AS Donald Trump menyebut gencatan dagang dengan Presiden Xi Jinping beberapa waktu lalu telah memulihkan akses AS dan dunia terhadap mineral kritis.

    Pada KTT G-20 di Brasil tahun lalu, isu mineral kritis hanya disebut secara singkat, tetapi dalam rancangan dokumen tahun ini, topik tersebut mendapat porsi khusus dengan empat butir pembahasan, menandai meningkatnya tensi global terkait isu tersebut. Rancangan deklarasi juga memuat cetak biru sukarela dan tidak mengikat bertujuan memastikan mineral kritis dapat "menjadi pendorong kemakmuran dan pembangunan berkelanjutan."

    Penyusunan deklarasi dilakukan tanpa kehadiran Presiden China Xi Jinping, yang kali ini mengutus Perdana Menteri Li Qiang mewakili China. Meski sejumlah negara Eropa, Asia, dan Amerika Serikat (AS) mengkritik restriksi ekspor rare earth China, belum ada kejelasan apakah kebijakan tersebut melanggar aturan World Trade Organization (WTO). Pembatasan tersebut menyasar mineral berfungsi ganda yang dapat digunakan untuk kebutuhan militer maupun komersial.

    Selain isu mineral kritis, para pemimpin Eropa yang hadir di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 diperkirakan banyak menyoroti perkembangan perang Ukraina serta tekanan AS kepada Kyiv untuk menerima proposal perdamaian yang dianggap timpang dengan Rusia.

    Baca Juga: China Mulai Produksi Mobil Terbang, Siap Diekspor ke Negara-negara BRICS

    Rancangan deklarasi hanya memuat pernyataan lunak terkait perang Ukraina dan konflik lain, diiringi penegasan mengenai prinsip-prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti integritas teritorial, kedaulatan, serta penolakan penggunaan kekuatan bersenjata. Pernyataan itu juga mengecam serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur.

    Dalam dinamika penyusunan deklarasi, Afrika Selatan tetap menyusun dokumen meski berseberangan dengan sikap AS yang memboikot KTT G-20 di Johannesburg akhir pekan ini. Washington melalui surat resmi meminta Afrika Selatan tidak menerbitkan pernyataan bersama karena dianggap tidak mencerminkan posisi AS. "Amerika Serikat menolak penerbitan dokumen hasil KTT G-20 yang menyatakan adanya konsensus G-20 tanpa persetujuan AS," demikian isi surat tersebut.
    (nng)
    Komentar
    Additional JS