Gus Yahya: Apakah Ada Pihak Eksternal yang Ingin NU Pecah? - NU Online
Gus Yahya: Apakah Ada Pihak Eksternal yang Ingin NU Pecah?
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mempertanyakan apakah ada pihak eksternal dari luar PBNU yang memainkan peran dalam upaya pemberhentian dirinya sebagai Ketua Umum.
Hal ini disampaikan Gus Yahya dalam konferensi pers merespons surat edaran yang memuat pemberhentian dirinya sebagai Ketua Umum sebagai tindak lanjut hasil rapat harian Rais Syuriyah PBNU, 20 November 2025.
"Apakah mungkin ada pihak eksternal yang menginginkan NU pecah? Apakah mungkin ada? Ini yang sedang kita lihat, siapa yang menginginkan NU pecah ini," katanya dalam konferensi pers yang digelar, Rabu (26/11/2025).
"Apakah ada pihak eksternal yang menginginkan bangunan organisasi NU itu runtuh? Siapa yang menginginkan itu," ucapnya lagi.
Gus Yahya kemudian menyebut, upaya memberhentikan dirinya sebagai Ketum PBNU secara inkonstitusional akan meruntuhkan bangunan organisasi PBNU.
Sebab itu dia berharap, siapapun yang turut menjadi bagian dalam upaya memecah belah NU untuk menghargai urusan rumah tangga ormas Islam ini.
"NU bukan merasa penting, tapi kita berharap ada kepada semua pihak untuk ya menghargai keinginan-keinginan kami untuk tetap utuh satu organisasi, satu kebersamaan, integritas kebersamaan penuh. Mohon ini dihormati kepada siapapun kepada kepentingan apapun," ucapnya.
Dalam konferensi pers tersebut, Gus Yahya juga menegaskan dirinya hingga saat ini masih menjadi Ketua Umum PBNU, baik secara de facto maupun secara de jure.
Gus Yahya menyebut, dirinya dipilih lewat Muktamar, sehingga jika ada pihak yang ingin memberhentikannya juga harus lewat Muktamar.
Sebelumnya beredar surat edaran yang menyatakan Gus Yahya diberhentikan untuk menindaklanjuti hasil rapat harian Syuriyah PBNU pada 20 November 2025.
Surat edaran yang dibuat 25 November 2025 itu menyatakan Gus Yahya tak lagi menjabat PBNU sejak 26 November 2025 dan diminta melepas segala atributnya sebagai Ketua Umum.
Selain menyatakan Gus Yahya diberhentikan, surat itu juga menyebut Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar akan mengambil tampuk kepemimpinan sementara.
