Israel Masih Batasi Masuknya Bantuan ke Gaza, Tutup Akses Langsung ke Utara atau Selatan - SINDOnews
2 min read
Israel Masih Batasi Masuknya Bantuan ke Gaza, Tutup Akses Langsung ke Utara atau Selatan
Sabtu, 08 November 2025 - 12:14 WIB
Truk-truk pengangkut makanan dan bahan bakar melewati Perlintasan Perbatasan Kissufim dan menuju Gaza berdasarkan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas, dan tiba di Jalur Gaza di Deir al-Balah, Gaza pada 6 November 2025. Foto/Mohammed Nassar
A
A
A
GAZA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan masuknya bantuan ke Jalur Gaza masih sangat dibatasi oleh Israel meskipun ada gencatan senjata. PBB juga mengungkap hanya 13% lahan pertanian yang tidak rusak tetapi tidak dapat diakses.
Mengutip Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), juru bicara PBB Farhan Haq mengatakan dalam konferensi pers bahwa, "Meskipun ada kemajuan signifikan dalam peningkatan skala kemanusiaan, kebutuhan mendesak masyarakat masih sangat besar, dengan hambatan yang belum diatasi dengan cukup cepat sejak gencatan senjata."
"Hingga Senin ini, PBB dan mitra kami telah mengumpulkan lebih dari 37.000 metrik ton bantuan dari penyeberangan Gaza, sebagian besar berupa makanan," ujarnya.
Dia mencatat, "Masuknya masih dibatasi hanya pada dua penyeberangan tanpa akses langsung dari Israel ke Gaza utara atau dari Mesir ke Gaza selatan."
"Ini belum termasuk barang-barang tertentu dan staf LSM yang tidak diizinkan masuk," ungkap dia.
Dia menekankan, "Sebagian besar pengungsi masih tinggal di lokasi-lokasi darurat yang padat penduduk, banyak di antaranya didirikan secara spontan di area terbuka atau tidak aman."
Haq juga melaporkan, "Produksi pangan lokal masih penuh tantangan."
"Hanya 13% lahan pertanian di Jalur Gaza yang tidak rusak, dan sebagian besar masih tidak dapat diakses karena terletak di area di mana militer Israel masih dikerahkan," ujarnya, mengutip analisis PBB yang menemukan "antara 79% hingga 89% area rumah kaca, sumur pertanian, dan infrastruktur pertanian telah rusak" dan "hampir 89% pohon kebun, terutama pohon zaitun, telah rusak, atau dalam banyak kasus, hancur."
Israel telah menewaskan hampir 69.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 170.600 lainnya dalam serangan di Gaza sejak Oktober 2023.
Baca juga: Genosida, Turki Keluarkan Surat Perintah Penangkapan untuk Netanyahu dan 36 Pejabat Israel
Mengutip Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), juru bicara PBB Farhan Haq mengatakan dalam konferensi pers bahwa, "Meskipun ada kemajuan signifikan dalam peningkatan skala kemanusiaan, kebutuhan mendesak masyarakat masih sangat besar, dengan hambatan yang belum diatasi dengan cukup cepat sejak gencatan senjata."
"Hingga Senin ini, PBB dan mitra kami telah mengumpulkan lebih dari 37.000 metrik ton bantuan dari penyeberangan Gaza, sebagian besar berupa makanan," ujarnya.
Dia mencatat, "Masuknya masih dibatasi hanya pada dua penyeberangan tanpa akses langsung dari Israel ke Gaza utara atau dari Mesir ke Gaza selatan."
"Ini belum termasuk barang-barang tertentu dan staf LSM yang tidak diizinkan masuk," ungkap dia.
Dia menekankan, "Sebagian besar pengungsi masih tinggal di lokasi-lokasi darurat yang padat penduduk, banyak di antaranya didirikan secara spontan di area terbuka atau tidak aman."
Haq juga melaporkan, "Produksi pangan lokal masih penuh tantangan."
"Hanya 13% lahan pertanian di Jalur Gaza yang tidak rusak, dan sebagian besar masih tidak dapat diakses karena terletak di area di mana militer Israel masih dikerahkan," ujarnya, mengutip analisis PBB yang menemukan "antara 79% hingga 89% area rumah kaca, sumur pertanian, dan infrastruktur pertanian telah rusak" dan "hampir 89% pohon kebun, terutama pohon zaitun, telah rusak, atau dalam banyak kasus, hancur."
Israel telah menewaskan hampir 69.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 170.600 lainnya dalam serangan di Gaza sejak Oktober 2023.
Baca juga: Genosida, Turki Keluarkan Surat Perintah Penangkapan untuk Netanyahu dan 36 Pejabat Israel
(sya)