Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Amerika Serikat Dunia Internasional Featured Kapal Induk Amerika Serikat Venezuela

    Kapal Induk Tercanggih AS Tiba, Rakyat Venezuela Takut Sekaligus Senang - SindoNews

    3 min read

     

    Kapal Induk Tercanggih AS Tiba, Rakyat Venezuela Takut Sekaligus Senang

    Kamis, 13 November 2025 - 14:41 WIB

    Kapal induk Angkatan Laut AS, USS Gerald R Ford, dan kelompok tempurnya telah tiba di Laut Karibia. Kehadirannya memicu perasaan campur aduk warga Venezuela. Foto/US Stratcom
    A
    A
    A
    CARACAS - Perasaan para warga Venezuela campur aduk beragam emosi pada Rabu, sehari setelah kelompok tempur kapal induk tercanggih Amerika Serikat (AS) tiba di Laut Karibia. Kehadirannya semakin memperparah ketegangan antara kedua negara.

    Angkatan Laut AS mengatakan Kelompok Tempur Kapal Induk USS Gerald R Ford akan mendukung kapal perang lain yang telah melakukan serangan mematikan terhadap kapal-kapal yang diduga sebagai penyelundup narkoba di Laut Karibia selama dua bulan terakhir.

    Meskipun Washington bersikeras bahwa pengerahan aset-aset tempur tersebut bertujuan untuk menghentikan aliran narkotika ke Amerika Serikat, Caracas yakin AS sebenarnya berusaha memaksakan perubahan rezim di Venezuela.

    Baca Juga: Memanas, Kapal Induk USS Gerald Ford Tiba di Laut Karibia untuk Perangi Narkoba

    Beberapa pejabat AS juga secara pribadi telah mengakui bahwa strategi Washington bertujuan untuk menggulingkan Presiden Venezuela Nicolás Maduro.

    Sentimen tersebut juga diamini oleh beberapa warga Venezuela di distrik perkantoran El Rosal, Caracas, yang mengatakan bahwa AS seharusnya tidak ikut campur dalam urusan negara lain.

    “Amerika Serikat tidak seharusnya ikut campur dengan cara seperti itu. Saya pikir itu sebuah penyalahgunaan,” kata Noemí Lozada, seorang ibu rumah tangga di Venezuela, seperti dikutip CNN, Kamis (13/11/2025).

    José Román, seorang salesman, mengatakan bahwa meskipun dia merasa ada ancaman yang akan segera terjadi, orang-orang bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi.

    “Kami bukanlah negara yang suka berperang. Saya rasa kami tidak pernah menjadi negara yang suka berperang, dan saya rasa tidak ada seorang pun di sini yang siap untuk ini, dan mereka juga tidak akan pernah siap," ujarnya.

    Namun, Frank Molina, seorang personal trainer, mengatakan dia sudah tahu apa yang akan dia lakukan jika situasi dengan Amerika Serikat meningkat menjadi konfrontasi.

    "Kami orang Venezuela dan kami akan mati dengan tetap mengenakan sepatu bot, dan saya bangga menjadi orang Venezuela dan saya akan membela tanah air saya sampai mati," katanya.

    Ketegangan antara AS dan Venezuela telah meningkat selama berbulan-bulan di tengah potensi invasi Washington.

    CNN melaporkan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan rencana untuk menargetkan fasilitas kokain dan rute perdagangan narkoba di Venzuela.

    Namun, pemerintahan tersebut juga telah memberi tahu Kongres dalam beberapa hari terakhir bahwa AS tidak memiliki justifikasi hukum yang akan mendukung serangan di Venezuela, meskipun CNN melaporkan bahwa para pejabat sedang mempertimbangkan seperti apa bentuk opini hukum tersebut.

    Di Venezuela, stasiun berita lokal meliput isu ini dengan saksama, meskipun di bawah pengawasan ketat pemerintah dan dengan versi "resmi"-nya mendominasi layar kaca.

    Pemerintahan Presiden Nicolas Maduro memantau dengan cermat apa yang dikatakan di media nasional, dengan cermat mengendalikan setiap kata dan mengeluarkan peringatan ketika menyimpang dari garis tersebut.

    Namun, di dunia maya, media sosial dipenuhi spekulasi bahwa perubahan politik akan segera terjadi.

    Di jalanan Caracas, beberapa orang tampak menerima gagasan intervensi AS, yang menunjukkan bahwa intervensi tersebut dapat membawa perubahan yang sangat dibutuhkan bagi negara yang sedang menghadapi tantangan ekonomi dan kemanusiaan.

    “Ya, orang-orang cukup cemas, tetapi saya pikir sebagian besar dari mereka senang dengan kedatangan kapal induk,” kata seorang administrator, yang tidak disebutkan namanya oleh CNN, demi alasan keamanan.

    Seorang perempuan lain yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan mengatakan: “Kami membutuhkan bantuan dari Amerika Serikat, tidak diragukan lagi. Jika tidak, kami tidak akan bisa keluar dari situasi ini.”

    Sebagian pihak mengakui adanya "banyak ketidakpastian" tetapi mengatakan bahwa, seperti yang dikatakan akuntan Margarita Fernández, rakyat Venezuela "siap dan siaga untuk apa pun...maksud saya, untuk perubahan."

    "Sejujurnya, situasi negara ini dan segala hal lainnya membuat saya sedikit gugup," kata pelukis Enrique Díaz.

    "Namun, cukup tidak menyenangkan bahwa kita harus melalui ini karena, meskipun menguntungkan dalam beberapa hal, ini juga merupakan ketidaknyamanan bagi negara," ujarnya.

    Venezuela mengatakan minggu ini bahwa mereka meluncurkan mobilisasi besar-besaran personel militer, senjata, dan peralatan sebagai respons atas peningkatan kekuatan militer AS.

    Pasukan darat, udara, laut, dan cadangan dijadwalkan melaksanakan latihan hingga Rabu, menurut Menteri Pertahanan Vladimir Padrino López, yang menyebut pengerahan pasukan AS sebagai "ancaman imperialis".

    Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth memerintahkan Kelompok Tempur Kapal Induk USS Gerald R Ford untuk berlayar ke Laut Karibia dari Eropa akhir bulan lalu. Kelompok ini membawa serta sembilan skuadron udara, kemampuan anti-permukaan, dan kapal komando pertahanan udara dan rudal terpadu USS Winston S Churchill.
    (mas)
    Komentar
    Additional JS