Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Bung Tomo Featured Spesial

    Kisah Bung Tomo Mengenyam Pendidikan di Sekolah Elite Belanda, Keluarganya Ternyata Pejabat Polisi - SINDOnews

    2 min read

     

    Kisah Bung Tomo Mengenyam Pendidikan di Sekolah Elite Belanda, Keluarganya Ternyata Pejabat Polisi

    views: 

    Bung Tomo sejak kecil mengenyam pendidikan di sekolah rakyat. Foto/SindoNews
    SEMARANG - Bung Tomo sejak kecil mengenyam pendidikan di sekolah rakyat. Mengenyam pendidikan di masa penjajahan merupakan suatu hal yang menguntungkan bagi kaum pribumi kala itu. Pria bernama asli Sutomo itu cukup beruntung dibandingkan dengan anak-anak seusianya yang tak bisa mengenyam pendidikan formal.

    Bung Tomo dapat bersekolah di sekolah rakyat yang notabene hanya orang-orang tertentu saja, karena status ayahnya yang memiliki jabatan tinggi. Ya ayah Bung Tomo merupakan polisi kotapraja atau istilahnya saat ini Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), sekaligus anggota Sarekat Islam.

    Dua hal inilah yang membuat keluarga Bung Tomo sudah terpandang sejak lama. Bahkan sang ayah memiliki jabatan tinggi di polisi kotapraja era Belanda hingga pemerintahan Jepang sebelum akhirnya merdeka. Ia mendapat pendidikan layak di sekolah Mulo (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), atau sekolah rakyat Belanda, yang didasarkan kasta.

    Baca juga: Kisah Bung Tomo, Tokoh Pertempuran Surabaya 10 November 1945 yang Hidup Religius dan Dekat dengan Kiai

    Meski sudah menempuh pendidikan, gejolak hati Bung Tomo tak bisa dibendung. Ia diam-diam mengambil ilmu-ilmu sosial yang ia suka untuk literasi memberikan perlawanan ke penjajah. Maka tak heran sebagaimana dikutip dari buku "Bung Tomo : Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November", kecintaannya terhadap pelajaran ilmu sosial dan sejarah cukup tinggi.

    Sosoknya Bung Tomo disebut tidak begitu menyukai pelajaran matematika, bahasa Jerman, Prancis, Inggris, walaupun ia tercatat sebagai tokoh yang juga mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Di sekolah Mulo atau sekolah rakyat itu pula bakat di bidang jurnalistiknya kian terasah.

    Tidak semua anak-anak seusianya yang bersekolah di Mulo mampu menunjukkan nalar kritisnya. Saat itu Bung Tomo sejak kecil memiliki daya kritis dan kepekaan sosial yang terus diasah dari pelajaran - pelajaran yang didapatnya dari sekolah. Dari sini pula gaya komunikasi dan public speaking Bung Tomo mulai terlatih, terlebih ditunjang dengan penguasaan Bahasa Inggrisnya.

    Baca juga: Kisah Gumbreg, Pasukan Barisan Berani Mati Bung Tomo yang Tembak Pesawat Tempur di Perang November 1945

    Di sisi lain, kegelisahannya terhadap kondisi negara dan rakyat Nusantara terus terasa. Diskriminasi ke masyarakat pribumi khususnya kalangan menengah ke bawah begitu terasa. Hal ini yang membuat Bung Tomo terus bergejolak batinnya. Ia merasa beruntung bersekolah di Mulo, karena status ayahnya seorang pejabat tinggi di polisi kotapraja.

    Sekolah Mulo memang hanya diperuntukkan untuk kaum pribumi Nusantara golongan atas, orang-orang Cina, dan Eropa. Sekolah itu memang merupakan didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Sedangkan masyarakat miskin menengah ke bawah Nusantara saat itu tidak bisa mengenyam pendidikan di Mulo.

    Pada masa itu, status sosial, status golongan, dan kelas ekonomi, menjadi pertimbangan yang sangat mencolok yang mempengaruhi akses pendidikan. Anak-anak keluarga priyayi bisa bersekolah di HIS (Holandsch Inlandsch School). Sekolah ini diselenggarakan sangat terbatas pada masa Hindia Belanda.
    (cip)
    Komentar
    Additional JS