Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Istimewa SMAN 72 Jakarta Spesial

    Ledakan SMAN 72 Jakarta Jadi Alarm, Densus 88 Antiteror Tekankan Pentingnya Deteksi Dini - Tribunnews

    4 min read

     

    Ledakan SMAN 72 Jakarta Jadi Alarm, Densus 88 Antiteror Tekankan Pentingnya Deteksi Dini - Tribunnews.com

    Editor: Endra Kurniawan

    HO/IST
    AKSI TEROR - Densus 88 Antiteror Polri dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong pencegahan anak terpapar radikalisme dan kekerasan dalam Focus Group Discussion (FGD) di Jakarta, dikutip Jumat (28/11/2025). 
    Ringkasan Berita:


    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Insiden ledakan bom di SMAN 72 Jakarta menjadi pengingat serius akan bahaya radikalisme dan kekerasan yang menyasar anak-anak dan remaja. 

    Menyikapi hal itu, Densus 88 Antiteror Polri menekankan pentingnya upaya deteksi sejak dini.

    Kasubdit Sidik 1 Ditsidik Densus 88, Kombes Pol Sri Astuti Ningsih, mengatakan tindakan pengamanan yang dilakukan aparat tidak hanya bertujuan untuk penegakan hukum, tetapi sebagai langkah pencegahan agar anak-anak dan remaja tidak terlibat dalam aksi teror.

    “Pengamanan kami dilakukan dalam upaya pencegahan supaya mereka tidak melakukan aksi,” ujarnya dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema penyebaran paham ekstremisme dan radikalisme kalangan pelajar di Jakarta, dikutip Jumat (28/11/2025).

    Kombes Sri Astuti menjelaskan, meskipun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme relatif mudah dipahami, pola terorisme saat ini justru semakin kompleks.

    “Gen Z sekarang sangat sulit ditebak,” katanya.

    Sri Astuti menegaskan, pemulihan terhadap anak-anak yang sudah terpapar radikalisme merupakan amanat Undang-Undang Perlindungan Anak.

    Menurut dia, tantangan terbesar bukan pada aspek hukum, melainkan deteksi sejak dini.

    “Yang sulit adalah bagaimana kita mendeteksi sejak awal,” ujarnya.

    Dalam perkembangan penegakan hukum, Densus 88 telah menangkap lima tersangka yang terbukti menyebarkan konten bermuatan radikalisme dan ekstremisme dengan target utama anak-anak.

    “Ada 110 anak di 23 provinsi yang terpapar radikalisme atau ekstremisme,” ungkap Sri Astuti.

    Untuk upaya pemulihan, Densus 88 melakukan konseling psikologis serta pendampingan rohani secara intensif bagi anak-anak yang terlibat.

    Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Margaret Aliyatul Maimunah menyampaikan banyak anak saat ini membutuhkan perhatian khusus karena telah terlibat atau terpapar paham radikalisme dan ekstremisme.

    “Mereka mempunyai pola pikir yang hilang dan bahkan sudah ada yang melakukan tindakan kekerasan,” ujarnya.

    Masa perkembangan anak sangat rentan terhadap pengaruh negatif, apalagi jika berada di lingkungan yang rawan kekerasan. 

    Margaret juga menyoroti kondisi sekolah tempat seharusnya anak-anak memberi perlindungan, namun tetap rentan mendapat praktik perundungan, kekerasan seksual, dan kejahatan siber. 

    Menurutnya perlindungan anak harus dijalankan secara menyeluruh.

    “Perlindungan anak adalah kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak agar dapat hidup, tumbuh, dan berkembang serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi,” tegasnya. (*)

    Komentar
    Additional JS