Mengenal Rafflesia hasseltii Bunga Langka yang Viral di Medsos - Tirto
Mengenal Rafflesia hasseltii Bunga Langka yang Viral di Medsos
Rafflesia arnoldi yang terlihat mekar penuh hari ini di hutan Sumatra. (Instagram/@illustratingbotanist)
tirto.id - Tim ekspedisi gabungan menemukanRafflesia hasseltii mekar di hutan Sumatra, tepatnya di kawasan Hiring Batang Sumi, Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, pada Selasa (18/11). Apa yang membuat Rafflesia hasseltii istimewa?
Penemuan langka Rafflesia hasseltii dilakukan oleh ahli biologi dari Universitas Oxford, Chris Thorogood, bersama aktivis lokal Septian Andriki dan Iswandi dari LHPN Sumpur Kudus.
Mereka menempuh perjalanan siang dan malam menyusuri hutan hujan tropis terpencil yang menjadi wilayah jelajah harimau dan hanya dapat diakses dengan izin khusus.
Upaya panjang itu akhirnya terbayar ketika mereka menemukan Rafflesia hasseltii hingga mekar sempurna pada malam hari, sebuah momen yang digambarkan Thorogood sebagai pengalaman yang mengubah hidup.
Dalam video yang beredar di media sosial, Septian tampak menangis haru setelah berhasil melihat bunga tersebut mekar untuk pertama kalinya dalam penantian selama 13 tahun.
Akun resmi University of Oxford di X menyebut bunga itu sebagai tumbuhan yang “lebih sering dilihat harimau daripada manusia”, mengingat kelangkaannya serta masa mekarnya yang hanya beberapa hari.
Rafflesia hasseltii, dikenal juga sebagai cendawan matahari atau Cendawan Muka Rimau, kelompok tumbuhan berpembuluh (vascular plants). Artinya Rafflesia memiliki sistem pembuluh untuk mengangkut air dan nutrisi, meskipun sebagai holoparasit, ia bergantung pada tanaman inang untuk memperoleh makanan.
Bunga ini pertama kali dideskripsikan oleh botanis Willem Frederik Reinier Suringar pada 1879. Spesies ini memiliki ciri khas kelopak merah tua dengan bercak putih, dan merupakan salah satu bunga langka yang dilindungi di Indonesia.
Dikutip dari laman Community for the Conservation and Research of Rafflesia (CCRR), Rafflesia adalah genus tumbuhan yang menghasilkan bunga terbesar di dunia. Meski memiliki daya tarik global, dari 42 spesies Rafflesia yang diketahui, sebagian besar kini menghadapi risiko kepunahan. Diperkirakan sekitar 60% spesies Rafflesia berada dalam risiko sangat tinggi (setara dengan status Critically Endangered/CR).
Selain itu, sekitar 67% habitat Rafflesia berada di luar kawasan lindung, sehingga membuat tumbuhan ini lebih rentan terhadap gangguan manusia, deforestasi, atau kerusakan lingkungan. Kondisi ini menekankan kebutuhan mendesak untuk tindakan konservasi guna melindungi Rafflesia.
Penemuan Rafflesia hasseltii di Sumatera Barat
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Joko Ridho Witono, melaporkan temuan Rafflesia hasseltii dalam riset kolaboratif bertajuk “The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia”, yang dilakukan bersama Universitas Bengkulu dan Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu.
Proyek ini mendapat dukungan dana dari University of Oxford Botanic Garden and Arboretum serta Program RIIM Ekspedisi BRIN.
Riset tersebut bertujuan merekonstruksi hubungan filogenetik seluruh jenis Rafflesia di Asia Tenggara. Joko menjelaskan bahwa Indonesia dan Filipina merupakan negara dengan keanekaragaman Rafflesia tertinggi di dunia, dengan 16 jenis di Indonesia dan 13 sampelnya telah berhasil dikumpulkan untuk analisis DNA.
Penelitian yang mulai berjalan awal 2025 ini menggunakan metode Whole Genome Sequencing (WGS) untuk memetakan keseluruhan genom Rafflesia, sebuah pendekatan yang membuka peluang identifikasi spesies baru berdasarkan perbedaan data genetik.
Namun Joko menegaskan bahwa riset di lapangan tidak mudah mengingat Rafflesia hanya mekar beberapa hari dan banyak tumbuh di lokasi terpencil.
“Habitat bunga ini bukan di kawasan konservasi, melainkan di hutan yang dikelola oleh Nagari (desa). Ini menjadi catatan penting bagi upaya konservasi ke depan,” jelasnya di kutip dari laman resmi BRIN.