Penemuan Rafflesia Hasseltii, Puspa Langka yang Lebih Sering Dilihat Harimau Ketimbang Manusia - NU Online
Penemuan Rafflesia Hasseltii, Puspa Langka yang Lebih Sering Dilihat Harimau Ketimbang Manusia
NU Online · Rabu, 26 November 2025 | 16:00 WIB
Rafflesia Hasseltii, puspa langka yang pencarian keberadaannya telah dilakukan selama 13 tahun, di Pedalaman Sijunjung, Sumatra Barat, Selasa (18/11/2025). (Foto: instagram @brin_indonesia)
Jakarta, NU Online
Konservasionis Indonesia mengumumkan penemuan Rafflesia Hasseltii, puspa langka yang pencarian keberadaannya telah dilakukan selama 13 tahun, di Pedalaman Sijunjung, Sumatra Barat, Selasa (18/11/2025). Namun, di balik kegembiraan atas temuan ini, terselip kisah pilu mengenai pengakuan atas jerih payah peneliti dalam negeri.
Melansir laman resmi BRIN Penemuan Rafflesia Hasseltii ini merupakan riset kolaboratif yang melibatkan Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu, Universitas Bengkulu, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam proyek bertajuk The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia. Proyek ini mendapat dukungan dana dari the University of Oxford Botanic Garden and Arboretum dan Program RIIM Ekspedisi dari BRIN.
Oxford Lalai
Ikhtiar Tingkatkan Produktivitas, LPPNU Berikan Penyuluhan Budidaya Tanaman Holtikultura
Kendati melibatkan tim peneliti lokal, situs ilmiah terkemuka asal Inggris, Oxford University Press, dalam unggahan X-nya @UniofOxford tidak mencantumkan nama peneliti Indonesia dalam laporannya tentang Rafflesia Hasseltii.
Kelalaian itu berimbas pada pemberitaan media Barat yang turut mengaburkan kontribusi nyata para konservasionis Indonesia. Akibatnya, temuan yang seharusnya menjadi kebanggaan riset nasional seolah hanya dilakukan oleh pihak Oxford.
Septian Andriki, salah satu konservasionis yang terlibat, tak kuasa menahan rasa haru lantaran berhasil menemukan wujud asli puspa langka ini setelah melakukan pencarian selama 13 tahun. Perjalanan yang memakan waktu lebih dari satu dekade ini menggambarkan betapa sulitnya melacak keberadaan Rafflesia Hasseltii.

Mengenal Rafflesia Hasseltii: Keindahan yang Rentan
Baca Juga
Petani NU Tegal Kembangkan Potensi Tanaman Jahe Emprit
Rafflesia Hasseltii merupakan tumbuhan holoparasit yang hidup dengan menyerap nutrisi dari inangnya. Bunganya yang spektakuler hanya mekar selama beberapa hari, membuat waktu untuk menyaksikannya sangat terbatas.
Beberapa jenis Rafflesia juga tumbuh di area terpencil yang sulit dijangkau, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bunga ini lebih sering "dilihat" oleh penghuni hutan seperti harimau daripada manusia.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Joko Ridho Witono, menegaskan pentingnya temuan ini. Ia menyatakan bahwa penemuan Rafflesia Hasseltii menambah kekayaan jenis Rafflesia yang ditemukan di Indonesia.
Baca Juga
Hutan Tanaman Rakyat Dikembangkan dengan Pola Syariah
Dengan temuan terbaru ini, Indonesia kini memiliki 16 jenis Rafflesia, sekaligus meneguhkan posisinya sebagai negara dengan keanekaragaman Rafflesia tertinggi di dunia. Tim BRIN bertanggung jawab penuh atas pengumpulan dan analisis sampel di Indonesia, sementara negara lain seperti Malaysia dan Filipina melakukan riset paralel di wilayahnya masing-masing.
“Kami pastikan tidak ada material genetik yang keluar dari Indonesia. Semua proses riset dilakukan secara legal dan berizin,” tegas Joko.
Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu melalui akun instagram @kpplbengkulu menyebutkan Rafflesia Hasseltii pertama kali ditemukan oleh Suringar di Muara Labuh dan Alahan Panjang, Sumatra Barat pada tahun 1918.
Penemuan yang dipublikasikan oleh Koorders itu menampilkan bunga berdiameter 35-70 cm dengan pola bercak dan warna merah-putih di Cendawan (kelopak bunga) dan disebut sebagai Cendawan Muka Rimau.
Jejak historis ini menunjukkan bahwa bunga ini telah lama menjadi bagian dari khazanah biodiversitas Indonesia. Namun, setelah lebih dari seratus tahun, puspa langka ini masih menyimpan banyak misteri dan tantangan dalam upaya pelestariannya.
Penemuan Rafflesia Hasseltii bukan sekadar menambah daftar keanekaragaman hayati. Namun, hal ini juga tentang pengakuan atas kerja keras para penjaga biodiversitas Indonesia yang tak kenal lelah dan pengakuan atas kedaulatan Indonesia atas kekayaan alamnya di panggung internasional.