Pengakuan Mengejutkan Menteri ESDM Bahlil Pernah Digoda Mafia Migas - SindoNews
2 min read
Pengakuan Mengejutkan Menteri ESDM Bahlil Pernah Digoda Mafia Migas
Senin, 26 Mei 2025 - 15:04 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengaku pernah digoda mafia terkait lifting minyak. Foto/Dok
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengaku pernah digoda mafia terkait lifting minyak . Hal ini Ia ungkapkan dalam acara Energi Mineral Forum yang digelar di Jakarta pada Senin (26/5/2025).
Awalnya, Menteri Bahlil memaparkan bahwa kondisi lifting minyak hingga tahun 2024 berbanding terbalik dengan tahun 1997 silam, di mana industri perminyakan dalam negeri berada di puncak kejayaannya. Kondisi memprihatinkan ini menurutnya bukan karena Indonesia tidak memiliki sumber daya alam yang memadai, melainkan ada unsur kesengajaan dari segelintir pihak yang ingin Indonesia terus melakukan impor.
"Saya sudah mulai dirayu dengan urusan ini. Tapi saya katakan, untuk Ibu Pertiwi, kita tidak boleh lengah, dan tidak boleh sedikitpun kita mau dirayu oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melemahkan kedaulatan energi bangsa kita," tegasnya.
Bahlil menyatakan, bahwa Indonesia sendiri masih memiliki potensi besar di sektor migas (minyak dan gas bumi), dengan total hampir 40 ribu sumur, meski hanya sekitar 20 ribu yang saat ini tergolong produktif. Baca Juga: Lifting Minyak RI Menyusut, Bahlil: Demi Allah, Ini Ada Unsur Kesengajaan
Ia menyoroti lemahnya pemanfaatan sumber daya yang ada akibat kebijakan yang dianggap tidak mendukung peningkatan produksi. Ia juga menyinggung regulasi yang telah mengurangi kerja sama operasi (KSO) yang sebelumnya dijalankan Pertamina dengan pihak lain.
Menurutnya, ketika terjadi perubahan regulasi, ini justru melemahkan Pertamina yang pada akhirnya membuat produksi nasional menurun. Dalam kesempatan tersebut Bahlil juga menyoroti perusahaan minyak asing yang dianggap tidak menjalankan kewajibannya.
Baca Juga: Lifting Migas RI Mandek, Bahlil Sebut Butuh Kebijakan Tak Lazim
Salah satunya adalah Inpex yang disebut telah menguasai konsesi selama 26 tahun tanpa progres signifikan. "Saya izin Bapak Presiden, dengan segala hormat, kami akan evaluasi sampai pada tingkat pencabutan izin. Saya tidak main-main," tandasnya.
Awalnya, Menteri Bahlil memaparkan bahwa kondisi lifting minyak hingga tahun 2024 berbanding terbalik dengan tahun 1997 silam, di mana industri perminyakan dalam negeri berada di puncak kejayaannya. Kondisi memprihatinkan ini menurutnya bukan karena Indonesia tidak memiliki sumber daya alam yang memadai, melainkan ada unsur kesengajaan dari segelintir pihak yang ingin Indonesia terus melakukan impor.
"Saya sudah mulai dirayu dengan urusan ini. Tapi saya katakan, untuk Ibu Pertiwi, kita tidak boleh lengah, dan tidak boleh sedikitpun kita mau dirayu oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melemahkan kedaulatan energi bangsa kita," tegasnya.
Bahlil menyatakan, bahwa Indonesia sendiri masih memiliki potensi besar di sektor migas (minyak dan gas bumi), dengan total hampir 40 ribu sumur, meski hanya sekitar 20 ribu yang saat ini tergolong produktif. Baca Juga: Lifting Minyak RI Menyusut, Bahlil: Demi Allah, Ini Ada Unsur Kesengajaan
Ia menyoroti lemahnya pemanfaatan sumber daya yang ada akibat kebijakan yang dianggap tidak mendukung peningkatan produksi. Ia juga menyinggung regulasi yang telah mengurangi kerja sama operasi (KSO) yang sebelumnya dijalankan Pertamina dengan pihak lain.
Menurutnya, ketika terjadi perubahan regulasi, ini justru melemahkan Pertamina yang pada akhirnya membuat produksi nasional menurun. Dalam kesempatan tersebut Bahlil juga menyoroti perusahaan minyak asing yang dianggap tidak menjalankan kewajibannya.
Baca Juga: Lifting Migas RI Mandek, Bahlil Sebut Butuh Kebijakan Tak Lazim
Salah satunya adalah Inpex yang disebut telah menguasai konsesi selama 26 tahun tanpa progres signifikan. "Saya izin Bapak Presiden, dengan segala hormat, kami akan evaluasi sampai pada tingkat pencabutan izin. Saya tidak main-main," tandasnya.
(akr)