Purbaya Jawab Rencana Prabowo Pakai Uang Koruptor untuk Bayar Utang Whoosh, Minta Diajak ke China - Suryamalang
Purbaya Jawab Rencana Prabowo Pakai Uang Koruptor untuk Bayar Utang Whoosh, Minta Diajak ke China - Suryamalang.com
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Sarah Elnyora Rumaropen
SURYAMALANG.COM, - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa merespons rencana Presiden Prabowo Subianto menggunakan uang pengembalian dari para koruptor untuk melunasi utang Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh.
Selain itu, Purbaya juga mengungkapkan, pemerintah berencana mengirim tim ke China untuk membahas skema pembayaran utang Whoosh.
Purbaya secara pribadi berharap dapat diikutsertakan dalam tim tersebut agar mengetahui persis alur diskusinya.
Sebelumnya, Prabowo menyebut, bakal menggunakan uang negara hasil pengembalian dari para koruptor untuk membayar utang Whoosh saat peresmian Stasiun Tanah Abang Baru di Cideng, Gambir, Jakarta Pusat.
"Pokoknya enggak ada masalah, karena itu kita bayar mungkin Rp 1,2 triliun per tahun," kata Prabowo, Selasa (4/11/2025).
"Duitnya ada. Duit yang tadinya dikorupsi (setelah diambil negara) saya hemat" imbuhnya.
"Enggak saya kasih kesempatan. Jadi, saudara saya minta bantu saya semua. Jangan kasih kesempatan koruptor-koruptor itu merajalela" lanjutnya.

"Uang nanti banyak untuk kita. Untuk rakyat semua,” imbuhnya.
Selain itu, Kepala Negara menyinggung semua uang yang dipakai negara untuk kepentingan rakyat berasal dari pajak yang dibayarkan rakyat.
Prabowo lantas menjelaskan, pemerintah selama ini juga memberikan subsidi harga tiket kereta kepada masyarakat, sebagai bentuk tanggung jawab menghadirkan transportasi murah.
"Tadi disampaikan Menhub, semua kereta api kita, pemerintah subsidi 60 persen, rakyat bayar 20 persen" kata Prabowo.
"Ya ini kehadiran negara, ini kehadiran negara. Dari mana uang itu? dari uang rakyat, dari pajak, dari kekayaan negara. makanya kita harus mencegah semua kebocoran," pungkasnya.
Jawaban Purbaya Soal Rencana Prabowo
Purbaya pun merespons rencana Prabowo soal uang pengembalian dari koruptor untuk membayar utang Whoosh dengan mengatakan, pemerintah masih mendiskusikan rencana tersebut.
"Masih didiskusikan, masih didiskusikan nanti detailnya. Itu yang ada adalah masih garis-garis besarnya," kata Purbaya di Universitas Airlangga (Unair), Senin (10/11/2025).
Selain itu, kata Purbaya, pemerintah juga tengah merencanakan untuk mengirim sebuah tim ke China, dengan tujuan berdiskusi mengenai konsep pembayaran utang Whoosh.
"Tapi nanti akan diskusikan dan mungkin Indonesia akan kirim tim ke China lagi kan, untuk diskusi seperti apa nanti pembayaran persisnya," ujarnya.
Sebagai bendahara negara, Purbaya pun berharap bisa ikut ke China.
"Kalau itu saya diajak biar saya tahu diskusinya seperti apa nanti," tambahnya.
KCIC: Skema Pembayaran Utang Sedang Dibahas
PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) memastikan berbagai skema pembayaran utang sedang dibahas secara intensif bersama para pemegang saham proyek tersebut.
Utang Whoosh, sebelumnya diwacanakan memiliki tenor hingga 60 tahun.
General Manager Corporate Secretary PT KCIC, Eva Chairunnisa mengatakan, proses negosiasi dan finalisasi skema utang tersebut belum rampung.
"Untuk skema-skemanya masih dalam pembahasan," ujar Eva singkat kepada Kontan.co.id (grup suryamalang), Selasa (11/11/2025).
Eva menjelaskan, pembahasan utang Whoosh ini melibatkan pihak internal KCIC dan seluruh pemegang saham perusahaan.
Meski demikian, Eva tidak merinci lebih lanjut detail opsi skema yang sedang dibahas, termasuk besaran bunga dan masa tenggang (grace period).
Lebih lanjut, Eva menuturkan agar informasi lebih lengkap dapat ditanyakan langsung kepada Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara.
Sebagai informasi, empat BUMN Indonesia yang tergabung dalam konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN dalam pembangunan Whoosh, di antaranya PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara I (Persero) (PTPN).
Mayoritas pendanaan proyek ini berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), sementara sisanya ditopang oleh APBN serta modal dari konsorsium perusahaan patungan BUMN Indonesia dan China.
Dikerjakan sejak 2016, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 18,02 triliun.
Hasil audit yang dilakukan Indonesia dan China mencatat total biaya pembangunan Whoosh naik jadi US$ 7,27 miliar atau sekitar Rp 118,21 triliun, mayoritas pinjaman dari CDB.
Sebelumnya, Danantara selaku induk holding BUMN yang terlibat dalam proyek ini, telah menyebut opsi perpanjangan tenor utang hingga 60 tahun sebagai salah satu skema yang dikaji.
Pengamat Semangati Danantara: Pikirkan Solusi
Pengamat BUMN, Herry Gunawan, mengatakan, permasalahan pelunasan utang Whoosh harus segera diselesaikan.
Herry juga mengkhawatirkan Danantara, yang sekarang mengelola Whoosh, akan menyerah terkait beban utang tersebut.
"Enggak perlu ada tingkat waktu, menurut saya tuh besok harus jadi, skenarionya ya. Sekarang gini, yang saya khawatirkan Danantara menyerah, itu terus terang saya khawatir," ungkap Herry, Kamis (16/10/2025) mengutip YouTube tvOneNews.
Herry lantas menyemangati Danantara untuk segera mencari solusi membayar utang tersebut, dan mengingatkan agar tidak bergantung kepada pemerintah untuk pembayaran utang ini.
"Danantara harus semangat juga, menyandarkan diri ke pemerintah, ke negara, itu untuk sementara dibuang dulu deh. Jadi pikirkan bagaimana ini harus dicarikan solusinya gitu," ucap Herry.
Herry juga mengatakan, jika Kereta Api Indonesia (KAI) membayar seluruh beban utang Whoosh, akan merugikan rakyat.
Proyek kereta cepat ini sangat mengganggu kinerja keuangan PT KAI (Persero) dan membuat BUMN sektor transportasi tersebut hampir kolaps.
"Paling penting untuk sementara, bagaimana dalam jangka waktu yang enggak terlalu lama, itu harus dipotong dulu dari beban KAI, yang saya khawatirkan itu KAI terseret karena ini bisa sistemik," ungkap Herry.
"Kalau KAI terseret (bayar utang Whoosh), itu yang akan menjadi korban itu adalah masyarakat yang lebih banyak dan ini bisa jadi masalah sosial," jelasnya.
"Kalau gerbongnya sudah mulai karatan, KAI sudah enggak punya duit untuk investasi, dia (KAI) mau ganti gerbong enggak bisa karena uangnya kepakai KCIC (untuk bayar utang Whoosh ke China), apa enggak ribut?" papar Herry lagi.
Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp