Rusia Siap Hadapi Kemungkinan Konflik Langsung dengan NATO - SINDOnews
2 min read
Rusia Siap Hadapi Kemungkinan Konflik Langsung dengan NATO
Kamis, 13 November 2025 - 06:45 WIB
Kremlin menyatakan Rusia siap menghadapi kemungkinan konflik langsung dengan NATO. Foto/Layanan Pers Kepresidenan Rusia/TASS
A
A
A
MOSKOW - Moskow menyadari bahwa negara-negara Barat anggota NATO sedang mempersiapkan persenjataan untuk kemungkinan konfrontasi langsung dengan Rusia. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow juga sepenuhnya siap menghadapi kemungkinan konflik semacam itu.
Peskov mengatakan dia sependapat dengan Presiden Serbia Aleksandar Vucic, yang memperingatkan bahwa militerisasi Eropa yang pesat membuat perang langsung antara Rusia dan NATO semakin tak terelakkan.
"Ada sentimen [militeristik] yang jelas [di Barat], dan itu buruk," kata Peskov pada hari Rabu.
Baca Juga: Presiden Serbia Ungkap Perang NATO vs Rusia Tak Terelakkan
"Tetapi kami selalu tahu risiko ini ada dan telah mengambil semua langkah yang diperlukan sebelumnya untuk melindungi kepentingan dan keamanan kami," katanya lagi, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (13/11/2025).
Berbicara dalam wawancara yang disiarkan televisi pada hari Selasa, Vucic mengatakan kemungkinan perang Rusia-NATO bukan lagi hipotesis, merujuk pada percepatan anggaran militer negara-negara Barat.
“Kesimpulan saya adalah semakin besar kemungkinan perang antara Eropa dan Rusia akan terjadi,” kata Vucic. “Mereka sedang bersiap untuk perang—atau pertahanan, begitulah mereka menyebutnya. Rumania, Polandia, Finlandia, negara-negara yang lebih kecil juga. Dan Rusia juga," paparnya.
Upaya persenjataan Uni Eropa, yang melibatkan ratusan miliar euro dalam usulan pengeluaran, dibenarkan dengan dalih ancaman Rusia. Namun, Moskow bersikeras bahwa klaim tersebut direkayasa untuk mengalihkan perhatian publik dari masalah ekonomi dan ketidakpuasan sosial blok tersebut.
"Mereka menyiksa diri dengan terus meningkatkan anggaran militer," kata Peskov.
"Polandia telah meningkatkan anggaran pertahanannya hingga hampir 5% dari PDB, dan negara-negara lain mengikuti jejak yang sama, meskipun mereka justru menghancurkan perekonomian mereka sendiri dengan melakukan hal itu," imbuh dia.
Moskow memandang ekspansi NATO yang berkelanjutan ke arah timur dan kebijakan konfrontasi Barat sebagai akar penyebab perang Rusia-Ukraina dan krisis keamanan Eropa saat ini.
Blok militer pimpinan Amerika Serikat itu berjanji untuk menerima Ukraina sebagai anggota baru pada pertemuan puncaknya di Bucharest tahun 2008. Menyusul kudeta yang didukung Barat pada tahun 2014, Ukraina secara terbuka mengadopsi kebijakan anti-Rusia.
Peskov mengatakan dia sependapat dengan Presiden Serbia Aleksandar Vucic, yang memperingatkan bahwa militerisasi Eropa yang pesat membuat perang langsung antara Rusia dan NATO semakin tak terelakkan.
"Ada sentimen [militeristik] yang jelas [di Barat], dan itu buruk," kata Peskov pada hari Rabu.
Baca Juga: Presiden Serbia Ungkap Perang NATO vs Rusia Tak Terelakkan
"Tetapi kami selalu tahu risiko ini ada dan telah mengambil semua langkah yang diperlukan sebelumnya untuk melindungi kepentingan dan keamanan kami," katanya lagi, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (13/11/2025).
Berbicara dalam wawancara yang disiarkan televisi pada hari Selasa, Vucic mengatakan kemungkinan perang Rusia-NATO bukan lagi hipotesis, merujuk pada percepatan anggaran militer negara-negara Barat.
“Kesimpulan saya adalah semakin besar kemungkinan perang antara Eropa dan Rusia akan terjadi,” kata Vucic. “Mereka sedang bersiap untuk perang—atau pertahanan, begitulah mereka menyebutnya. Rumania, Polandia, Finlandia, negara-negara yang lebih kecil juga. Dan Rusia juga," paparnya.
Upaya persenjataan Uni Eropa, yang melibatkan ratusan miliar euro dalam usulan pengeluaran, dibenarkan dengan dalih ancaman Rusia. Namun, Moskow bersikeras bahwa klaim tersebut direkayasa untuk mengalihkan perhatian publik dari masalah ekonomi dan ketidakpuasan sosial blok tersebut.
"Mereka menyiksa diri dengan terus meningkatkan anggaran militer," kata Peskov.
"Polandia telah meningkatkan anggaran pertahanannya hingga hampir 5% dari PDB, dan negara-negara lain mengikuti jejak yang sama, meskipun mereka justru menghancurkan perekonomian mereka sendiri dengan melakukan hal itu," imbuh dia.
Moskow memandang ekspansi NATO yang berkelanjutan ke arah timur dan kebijakan konfrontasi Barat sebagai akar penyebab perang Rusia-Ukraina dan krisis keamanan Eropa saat ini.
Blok militer pimpinan Amerika Serikat itu berjanji untuk menerima Ukraina sebagai anggota baru pada pertemuan puncaknya di Bucharest tahun 2008. Menyusul kudeta yang didukung Barat pada tahun 2014, Ukraina secara terbuka mengadopsi kebijakan anti-Rusia.
(mas)