Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Istimewa Jakarta Selatan Kopi Tuku Spesial

    Siapa Pemilik Kopi Tuku yang Sangat Populer di Jaksel? - Kompas

    4 min read

     

    Siapa Pemilik Kopi Tuku yang Sangat Populer di Jaksel?

    Kompas.com, 27 November 2025, 19:22 WIB

    Lihat Foto

    KOMPAS.com - Bagi warga Jakarta, mungkin sudah sangat familiar dengan Kopi Tuku. Kedai kopi ini menjadi salah satu pelopor tren es kopi susu di Indonesia.

    Berawal dari kedai kecil, Kopi Tuku kemudian tumbuh menjadi jaringan kopi yang populer di Jakarta. Pada 2017, popularitas kopi ini semakin meroket setelah dibeli oleh Jokowi yang saat itu menjabat periode pertama Presiden RI.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Kopi Tuku pertama kali dibuka pada 2015 di kawasan Cipete, Jakarta Selatan. Kedai pertamanya hadir dalam ukuran mungil namun mengusung konsep menarik, kopi berkualitas yang bisa dinikmati masyarakat sehari-hari.

    Nama "Tuku" berasal dari bahasa Jawa, yang berarti "membeli". Filosofinya sederhana, kedai ini ingin menjadi tempat di mana orang datang untuk membeli kopi tanpa basa-basi, namun tetap bisa merasakan produk yang dibuat dengan serius.

    ABH Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta Mulai Pulih, Kondisi Psikis Belum Stabil

    Siapa pemilik Kopi Tuku?

    Pendiri sekaligus pemilik Kopi Tuku adalah sosok pengusaha muda Anadanu Prasetyo, atau yang lebih akrab disapa Tyo.

    Sebelum merintis brand kopi tersebut, pria kelahiran 1989 ini cukup lama berkecimpung dalam bisnis kuliner berskala kecil dan memiliki ketertarikan mendalam terhadap dunia perkopian.

    Minat itu membuatnya serius mempelajari berbagai hal, mulai dari teknik roasting, meracik minuman berbasis kopi, hingga memahami karakter biji kopi dari beragam daerah di Indonesia.

    Tyo menceritakan bahwa awal mula Kopi Tuku berangkat dari tugas penelitian saat ia kuliah di Prasetiya Mulia Business School. Ketika itu, ia sebenarnya sedang menjalankan bisnis distro bersama kakaknya.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Namun, ia kemudian memutuskan untuk beralih fokus menjadi penjual kopi susu. Distro yang ia bangun di kawasan Cipete pun disulap menjadi sebuah kafe bernama Toodz House.

    “Sekitar tahun 2010, pas aku kuliah semester 3 bikin riset tentang kopi. Lama kelamaan aku makin ingin mendalami soal kafe dan kopi. Sampai akhirnya aku merasa ingin ikut berkontribusi lebih untuk industri kopi,” ujar Tyo kala diwawancara Kompas.com di Gandaria, Jakarta Selatan, pada 1 September 2017.

    Tyo juga mengenang pengamatannya mengenai budaya minum kopi masyarakat ketika ia pernah tinggal di luar negeri dan Yogyakarta.

    Dari situ, ia menyadari bahwa konsumsi kopi, khususnya kopi lokal masih sangat rendah. Kondisi itulah yang membuatnya bertanya-tanya mengapa ekspor kopi Indonesia terus berjalan, sementara penikmat kopi lokal belum benar-benar "melirik" produk sendiri.

    Berangkat dari temuan itu, Tyo berniat membuka kedai kopi yang mengedepankan biji kopi lokal. Kesempatan datang pada 2015, ketika ia menemukan sebuah tempat kosong di kawasan Cipete. Ia pun memberanikan diri menyewa lokasi tersebut dan menjadikannya kedai kopi bernama Tuku.

    Saat peluncuran, Tyo tidak mengadakan acara besar. Ia hanya melakukan syukuran sederhana dengan tumpeng, yang dihadiri warga sekitar.

    Lihat Foto

    "Ya sudah, aku lihat toko kecil tapi rame apa ya yang bisa aku ubah-ubah konsepnya? Ya sudah dari minuman, harganya, service, layout sudah aku ubah semua ya. Alhamdulillah lancar," kata Tyo.

    Selain di Cipete, Tyo sempat membuka gerai Tuku di galeri Ruci Art Senopati. Namun tidak sampai satu tahun, gerai itu ditutup dan dipindahkan ke Pasar Santa.

    Ketika Tuku baru berdiri, Tyo hanya dibantu dua karyawan. Lambat laun, pengunjung makin banyak, terutama setelah menu andalan mereka, Kopi Susu Tetangga, mendapat respons positif. Menu latte dengan gula aren itu menjadi favorit banyak pelanggan.

    Tyo bahkan mengingat satu momen ketika toko sangat ramai, sampai-sampai beberapa warga sekitar ikut turun tangan menjadi kasir atau membantu melayani pembeli.

    Hal itu terjadi karena kedai Tuku sejak awal memang ditujukan sebagai tempat untuk masyarakat sekitar Cipete, para "tetangga" yang kemudian menginspirasi nama menu khas mereka.

    (Penulis: Kurnia Sari Aziza)

    Komentar
    Additional JS