Thailand dan Kamboja Berkonflik Lagi, 4 Tentara Bangkok Terkena Ledakan Ranjau - SINDOnews
2 min read
Thailand dan Kamboja Berkonflik Lagi, 4 Tentara Bangkok Terkena Ledakan Ranjau
Selasa, 11 November 2025 - 11:14 WIB
Empat tentara Thailand terkena ledakan ranjau darat. Militer Thailand menuduh pasukan Kamboja yang menanam ranjau darat tersebut, anggap sebagai pelanggaran deklarasi perdamaian. Foto/Siam Rath/Thai Examiner
A
A
A
BANGKOK - Thailand dan Kamboja berkonflik lagi setelah sebelumnya sepakat berdamai. Perseteruan kembali pecah setelah empat tentara Thailand terkena ledakan ranjau darat di Provinsi Si Sa Ket.
Angkatan Darat Kerajaan Thailand mengatakan ranjau darat tersebut ditanam oleh pasukan Kamboja. Insiden itu memicu Bangkok menuduh Phnom Penh melanggar deklarasi perdamaian bersama.
Juru bicara Angkatan Darat Thailand, Mayor Jenderal Winthai Suwaree, mengatakan kepada The Nation, Selasa (11/11/2025), bahwa ledakan di Huai Ta Maria, Distrik Kantharalak, Provinsi Si Sa Ket, merupakan "pelanggaran yang jelas terhadap deklarasi perdamaian bersama dan tanda permusuhan yang baru".
Baca Juga: Terungkap, Hun Sen Ambil Alih Komando Kamboja saat Perang Melawan Thailand
Ledakan tersebut melukai empat tentara—Sersan Mayor Satu Therdsak Samapong, yang kehilangan pergelangan kaki kanannya dan masih dalam kondisi kritis; Prajurit Vajira Panthana, yang menderita nyeri dada; Prajurit Apirak Srichomchai, yang mengalami luka pecahan peluru di kakinya; dan Prajurit Anucha Sujaree, yang mengalami iritasi mata akibat debu atau kemungkinan residu kimia. Semuanya sedang dirawat di rumah sakit setempat.
Angkatan Darat Kerajaan Thailand mengatakan ranjau darat tersebut ditanam oleh pasukan Kamboja. Insiden itu memicu Bangkok menuduh Phnom Penh melanggar deklarasi perdamaian bersama.
Juru bicara Angkatan Darat Thailand, Mayor Jenderal Winthai Suwaree, mengatakan kepada The Nation, Selasa (11/11/2025), bahwa ledakan di Huai Ta Maria, Distrik Kantharalak, Provinsi Si Sa Ket, merupakan "pelanggaran yang jelas terhadap deklarasi perdamaian bersama dan tanda permusuhan yang baru".
Baca Juga: Terungkap, Hun Sen Ambil Alih Komando Kamboja saat Perang Melawan Thailand
Ledakan tersebut melukai empat tentara—Sersan Mayor Satu Therdsak Samapong, yang kehilangan pergelangan kaki kanannya dan masih dalam kondisi kritis; Prajurit Vajira Panthana, yang menderita nyeri dada; Prajurit Apirak Srichomchai, yang mengalami luka pecahan peluru di kakinya; dan Prajurit Anucha Sujaree, yang mengalami iritasi mata akibat debu atau kemungkinan residu kimia. Semuanya sedang dirawat di rumah sakit setempat.
Mayor Jenderal Winthai mengatakan ledakan itu terjadi saat patroli rutin di wilayah yang sebelumnya diduduki pasukan Kamboja sebelum mereka ditarik mundur menyusul bentrokan sebelumnya.
Pasukan Thailand telah menguasai penuh wilayah tersebut pada 17 Oktober, memperkuat keamanan melalui operasi pembersihan ranjau, pagar kawat berduri, dan patroli rutin.
Namun, pada 9 November, pasukan Thailand menemukan beberapa bagian dari pagar kawat berduri telah disingkirkan.
Sebuah tim patroli dengan zeni militer dikirim keesokan paginya untuk memeriksa lokasi ketika ranjau darat meledak sekitar pukul 08.30.
Sebuah tim gabungan yang terdiri dari personel militer, ahli forensik kepolisian, dan petugas setempat kemudian memeriksa lokasi ledakan dan menemukan kawah selebar 55 cm dan kedalaman 18 cm, pecahan ranjau darat PMN-2, dan tiga ranjau PMN-2 lainnya yang ditanam di dekatnya.
"Bukti menunjukkan bahwa ladang ranjau baru saja dipasang setelah kawat berduri disingkirkan, khususnya menargetkan pasukan Thailand yang rutin berpatroli di wilayah tersebut," kata Winthai.
"Tindakan ini menunjukkan ketidaktulusan Kamboja dalam meredakan ketegangan dan mencerminkan sikap bermusuhan. Tindakan ini jelas melanggar deklarasi bersama dan pasti akan memengaruhi posisi Thailand dan perjanjian terkait," ujarnya.
Insiden ini menambah ketegangan baru-baru ini di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja, di mana upaya untuk menjaga perdamaian telah terhambat oleh bentrokan sporadis dan tuduhan bersama tentang pelanggaran teritorial.
(mas)