Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home China Dolar Amerika Serikat Dunia Internasional Featured India Rusia

    Tinggalkan Dolar AS, Nyaris 100% Perdagangan Rusia dengan China dan India Pakai Mata Uang Lokal - SindoNews

    3 min read

     

    Tinggalkan Dolar AS, Nyaris 100% Perdagangan Rusia dengan China dan India Pakai Mata Uang Lokal

    Selasa, 25 November 2025 - 17:56 WIB

    Perdagangan Rusia dengan dua mitra utamanya China dan India kian bergerak menjauhi penggunaan dolar AS. FOTO/AP
    A
    A
    A
    JAKARTA - Perdagangan Rusia dengan dua mitra utamanya China dan India kian bergerak menjauhi penggunaan dolar Amerika Serikat (AS). Pemerintah Rusia mengonfirmasi hampir seluruh transaksi perdagangan dengan kedua negara kini diselesaikan menggunakan mata uang lokal, seiring percepatan upaya dedolarisasi di kawasan BRICS. Pergeseran ini dianggap sebagai salah satu transformasi finansial terbesar dalam hubungan ekonomi Rusia dalam beberapa tahun terakhir.

    Perdagangan India–Rusia menjadi contoh paling menonjol dari perubahan tersebut. Nilai transaksi bilateral dalam mata uang lokal kini telah melampaui 95%, didorong oleh kebutuhan strategis dan kebijakan penyesuaian sistem pembayaran. Dalam lima tahun terakhir, nilai perdagangan kedua negara tumbuh hampir tujuh kali lipat dan mencapai sekitar USD 68 miliar pada 2024–2025.

    "Menjamin kelancaran pembayaran timbal balik sama pentingnya, terutama dalam situasi saat ini. Kami telah berhasil mengalihkan lebih dari 90% pembayaran antara Rusia dan India ke mata uang nasional," ujar Wakil Perdana Menteri Pertama Rusia, Denis Manturov dikutip dari Watcher Guru, Selasa (25/11/2025).

    Baca Juga: Ribut dengan China, Jepang Siap Kerahkan Rudal ke Dekat Taiwan

    Duta Besar Rusia untuk India, Denis Alipov, menegaskan stabilitas mekanisme baru tersebut dan manfaatnya bagi hubungan dagang kedua negara. Ia menyebutkan bahwa sekitar 90% transaksi langsung kini dilakukan dalam rubel dan rupee. Perkembangan itu turut diperkuat oleh penggunaan Rekening Vostro Khusus Rupee yang disetujui Bank Sentral India, memungkinkan entitas Rusia menyimpan serta membelanjakan rupee tanpa melalui infrastruktur keuangan berbasis dolar.



    Pola serupa juga terlihat dalam perdagangan Rusia dengan China. Saat ini, lebih dari 90% transaksi Rusia–China–India dilakukan menggunakan mata uang masing-masing negara, seperti rubel, rupee, dan yuan. Perubahan ini berlangsung seiring terbatasnya akses Rusia ke sistem pembayaran dolar seperti SWIFT akibat sanksi Barat, sehingga mendorong munculnya mekanisme pembayaran alternatif yang lebih mandiri.

    Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, menilai langkah ini memiliki arti penting dalam memperkuat ketahanan ekonomi kawasan. "Penyelesaian perdagangan dalam mata uang nasional memiliki arti yang sangat besar," ujarnya dalam forum Bisnis India–Rusia di Mumbai.

    Data menunjukkan ekspor Rusia ke India mencapai USD 60 miliar dalam 11 bulan pertama 2024, naik 7,7%, sementara impor India dari Rusia naik 23,3% menjadi USD 4,5 miliar. Selain energi, perdagangan kedua negara meluas ke sektor pertahanan, pupuk, hingga barang industri. Meski demikian, sejumlah transaksi tertentu masih menggunakan mata uang lain seperti dirham UEA, terutama ketika kedua pihak membutuhkan stabilitas nilai tukar di tengah volatilitas rubel–rupee.

    Baca Juga: G-20 Serukan Perlindungan Mineral Kritis, Sindiran Terselubung ke China

    Perubahan mata uang BRICS juga mendorong inovasi finansial di tingkat kawasan. Pada KTT BRICS di Kazan, Rusia meluncurkan uang kertas simbolis BRICS sebagai tanda perluasan penggunaan mata uang lokal. Rusia dan India pun tengah membahas integrasi sistem pembayaran domestik—Mir dan RuPay—untuk memperkuat konektivitas finansial dan mengurangi ketergantungan pada jaringan Barat.

    Manturov menyampaikan bahwa porsi mata uang nasional dan alternatif dalam perdagangan bilateral terus meningkat dan kini telah mencapai 90%. Pemerintah Rusia, kata dia, menilai perluasan hubungan koresponden antara bank kedua negara menjadi langkah selanjutnya dalam memperdalam kerja sama keuangan.

    Model perdagangan Rusia–China–India kini dipandang sebagai referensi bagi negara lain yang tengah mencari alternatif terhadap dominasi dolar. Di tengah ketegangan geopolitik global, transformasi ini menunjukkan bahwa sistem keuangan internasional dapat beradaptasi cepat ketika situasi memaksa, meski prosesnya masih diwarnai sejumlah tantangan teknis dan volatilitas nilai tukar.
    (nng)
    Komentar
    Additional JS