China Marah Jepang Kerahkan Rudal di Dekat Taiwan: Itu Sengaja Picu Konfrontasi Militer - SindoNews
2 min read
China Marah Jepang Kerahkan Rudal di Dekat Taiwan: Itu Sengaja Picu Konfrontasi Militer
Selasa, 25 November 2025 - 06:54 WIB
China marah atas langkah Jepang mengerahkan rudal di dekat Taiwan, menyebutnya sebagai tindakan sengaja memicu konfrontasi militer. Foto/South China Morning Post
A
A
A
BEIJING - Pemerintah China marah atas tindakan Jepang yang mengerahkan rudal di sebuah pulau di dekat Taiwan. Beijing merasa Tokyo sengaja memicu konfrontasi militer.
Rudal-rudal tersebut dikerahkan di pangkalan militer Yonaguni, sebuah pulau yang hanya berjarak 110 km (68 mil) dari Taiwan.
Menteri Pertahanan Jepang Shinjiro Koizumi sebelumnya berdalih langkah itu untuk mengurangi kemungkinan serangan bersenjata terhadap Jepang.
Baca Juga: Ribut dengan China, Jepang Siap Kerahkan Rudal ke Dekat Taiwan
Dalam inspeksi di Yonaguni pada Sabtu pekan lalu, Koizumi mengatakan persiapan untuk pengerahan rudal darat-ke-udara jarak menengah berjalan sesuai rencana.
Yonaguni terletak 2.000 km dari Tokyo. Pulau itu merupakan rumah bagi sekitar 1.700 penduduk lokal dan menjadi lokasi pangkalan Pasukan Bela Diri (SDF) Jepang.
Jepang dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan pengerahan militernya di Yonaguni, dengan alasan kekhawatiran tentang meningkatnya ketegasan Beijing di wilayah tersebut.
Pada hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan: "Langkah Tokyo sengaja menciptakan ketegangan regional dan memicu konfrontasi militer."
"Dikombinasikan dengan pernyataan keliru Perdana Menteri (PM) Sanae Takaichi tentang Taiwan, perkembangan ini sangat berbahaya dan seharusnya menimbulkan kekhawatiran serius di antara negara-negara tetangga dan komunitas internasional," papar Mao, merujuk pada pemimpin Jepang, seperti dikutip South China Morning Post, Selasa (25/11/2025).
Komentar Koizumi terkait Yonaguni muncul di tengah memburuknya hubungan dengan Beijing setelah Takaichi awal bulan ini mengatakan serangan militer Beijing terhadap Taiwan dapat menimbulkan situasi yang mengancam kelangsungan hidup bagi Jepang, yang dapat memungkinkan Tokyo untuk terlibat dalam aksi militer bersama Washington.
PM Jepang menolak untuk mencabut pernyataannya, meskipun Beijing telah berulang kali memprotes dan memperingatkan.
Sebagai tanggapan, Beijing telah menangguhkan dimulainya kembali impor seafood Jepang, memutus pertukaran antarpemerintah, menyarankan warganya untuk tidak bepergian dan belajar di Jepang, serta berjanji untuk membalas dengan tegas jika Tokyo terlibat secara militer dalam kontingensi Taiwan.
Beijing memandang Taiwan sebagai bagian dari China yang harus dipersatukan kembali secara paksa jika perlu. Sebagian besar negara, termasuk AS dan Jepang, tidak mengakui Taiwan sebagai negara merdeka. Namun, Washington menentang segala upaya untuk merebut pulau yang berpemerintahan sendiri itu secara paksa dan berkomitmen untuk memasoknya dengan senjata.
Rudal-rudal tersebut dikerahkan di pangkalan militer Yonaguni, sebuah pulau yang hanya berjarak 110 km (68 mil) dari Taiwan.
Menteri Pertahanan Jepang Shinjiro Koizumi sebelumnya berdalih langkah itu untuk mengurangi kemungkinan serangan bersenjata terhadap Jepang.
Baca Juga: Ribut dengan China, Jepang Siap Kerahkan Rudal ke Dekat Taiwan
Dalam inspeksi di Yonaguni pada Sabtu pekan lalu, Koizumi mengatakan persiapan untuk pengerahan rudal darat-ke-udara jarak menengah berjalan sesuai rencana.
Yonaguni terletak 2.000 km dari Tokyo. Pulau itu merupakan rumah bagi sekitar 1.700 penduduk lokal dan menjadi lokasi pangkalan Pasukan Bela Diri (SDF) Jepang.
Jepang dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan pengerahan militernya di Yonaguni, dengan alasan kekhawatiran tentang meningkatnya ketegasan Beijing di wilayah tersebut.
Pada hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan: "Langkah Tokyo sengaja menciptakan ketegangan regional dan memicu konfrontasi militer."
"Dikombinasikan dengan pernyataan keliru Perdana Menteri (PM) Sanae Takaichi tentang Taiwan, perkembangan ini sangat berbahaya dan seharusnya menimbulkan kekhawatiran serius di antara negara-negara tetangga dan komunitas internasional," papar Mao, merujuk pada pemimpin Jepang, seperti dikutip South China Morning Post, Selasa (25/11/2025).
Komentar Koizumi terkait Yonaguni muncul di tengah memburuknya hubungan dengan Beijing setelah Takaichi awal bulan ini mengatakan serangan militer Beijing terhadap Taiwan dapat menimbulkan situasi yang mengancam kelangsungan hidup bagi Jepang, yang dapat memungkinkan Tokyo untuk terlibat dalam aksi militer bersama Washington.
PM Jepang menolak untuk mencabut pernyataannya, meskipun Beijing telah berulang kali memprotes dan memperingatkan.
Sebagai tanggapan, Beijing telah menangguhkan dimulainya kembali impor seafood Jepang, memutus pertukaran antarpemerintah, menyarankan warganya untuk tidak bepergian dan belajar di Jepang, serta berjanji untuk membalas dengan tegas jika Tokyo terlibat secara militer dalam kontingensi Taiwan.
Beijing memandang Taiwan sebagai bagian dari China yang harus dipersatukan kembali secara paksa jika perlu. Sebagian besar negara, termasuk AS dan Jepang, tidak mengakui Taiwan sebagai negara merdeka. Namun, Washington menentang segala upaya untuk merebut pulau yang berpemerintahan sendiri itu secara paksa dan berkomitmen untuk memasoknya dengan senjata.
(mas)