WHO Kutuk Pembantaian Pasien Rumah Sakit di Sudan, 460 Nyawa Dihabisi - Tribunnews
WHO Kutuk Pembantaian Pasien Rumah Sakit di Sudan, 460 Nyawa Dihabisi - Tribunnews.com
Ringkasan Berita:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dunia kembali berduka melihat tragedi kemanusiaan yang terjadi di El Fasher, Darfur Utara, Sudan.
Di tengah konflik berkepanjangan, laporan pembunuhan terhadap pasien dan warga sipil di sebuah rumah sakit memunculkan gelombang kecaman internasional.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan dengan tegas kemarahannya atas insiden tersebut.
Lebih dari 460 pasien dan pendamping dilaporkan ditembak dan dibunuh pada 28 Oktober 2025 di Rumah Sakit Bersalin Saudi, satu-satunya fasilitas kesehatan yang masih beroperasi sebagian di kawasan itu.
Serangan itu bukan yang pertama. Dalam satu bulan terakhir, rumah sakit yang sama telah diserang hingga empat kali, menewaskan tenaga kesehatan dan mengguncang sistem layanan medis yang sudah terpuruk akibat perang.
“WHO mengutuk serangan mengerikan ini terhadap perawatan kesehatan dengan kata-kata yang paling keras dan menyerukan penghormatan terhadap kesucian perawatan kesehatan sebagaimana diamanatkan oleh Hukum Humaniter Internasional,” tegas WHO dalam pernyataan resminya, Kamis (30/10/2025).
Situasi di El Fasher kini berada pada titik kritis.
Sekitar 260.000 warga masih terjebak tanpa akses makanan, air bersih, dan layanan kesehatan.
Dalam beberapa hari terakhir, 28.000 orang telah mengungsi, mayoritas perempuan dan anak-anak, menuju wilayah pedesaan dan kota terdekat, termasuk Tawila.
Di tengah kekacauan itu, ancaman penyakit juga meningkat. Wabah kolera menyebar cepat karena minimnya air bersih.
Tahun ini saja, El Fasher mencatat 272 kasus dugaan kolera dan 32 kematian, dengan tingkat fatalitas hampir 12 persen.
Di seluruh Darfur, jumlah kasus mencapai 18.468 dengan 662 kematian.
“Meningkatnya kekerasan, kondisi pengepungan, serta kelaparan dan penyakit menewaskan warga sipil, termasuk anak-anak, dan menghancurkan sistem kesehatan yang sudah rapuh,” kata WHO.
Kelangkaan pangan semakin memperburuk keadaan. Banyak keluarga tidak lagi memiliki persediaan makanan, sementara akses ke pasar tertutup total.
Di tengah keterbatasan akses, WHO berupaya mempertahankan layanan kesehatan sebisa mungkin.
Dua puluh ton obat dan perlengkapan darurat tengah digeser dari Nyala ke Tawila, sekaligus mempersiapkan tim medis untuk merawat para pengungsi.
Truk bantuan telah disiagakan menunggu akses dibuka.
“WHO berkoordinasi dengan mitra kesehatan untuk menstabilkan pasien yang sakit kritis dan terluka serta memfasilitasi rujukan ke Tawila,” lanjut pernyataan WHO.
Masyarakat internasional didesak untuk tidak menutup mata. Seruan gencatan senjata dan akses kemanusiaan terus menggema demi menyelamatkan ribuan jiwa yang terperangkap dalam konflik.
WHO menyerukan penghentian permusuhan di seluruh Sudan, perlindungan warga sipil dan tenaga kesehatan, serta akses bantuan yang aman dan cepat.
(Tribunnews.com/ Aisyah Nursyamsi)