AS Isyaratkan Turki Segera Singkirkan Sistem Rudal S-400 Rusia demi Jet Tempur Siluman F-35
5 min read
AS Isyaratkan Turki Segera Singkirkan Sistem Rudal S-400 Rusia demi Jet Tempur Siluman F-35
Minggu, 07 Desember 2025 - 05:43 WIB
AS isyaratkan Turki segera singkirkan sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia demi memperoleh jet tempur siluman F-35. Foto/Kathimerini/X @clashreport
A
A
A
ANKARA - Amerika Serikat (AS) telah mengisyaratkan bahwa Turki akan segera menyingkirkan sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia demi memperoleh jet tempur siluman F-35 Lightning II Amerika. Itu memang syarat yang sudah lama disampaikan Washington kepada Ankara.
Tom Barrack, Duta Besar AS untuk Turki yang juga ajudan dekat Presiden AS Donald Trump, menyatakan bahwa Ankara semakin dekat untuk melepas sistem pertahanan rudal Moskow yang telah menciptakan ketegangan dengan sekutu NATO dan menjadi hambatan bagi upaya Turki untuk mendapatkan jet tempur siluman generasi kelima Amerika tersebut. Demikian diungkap Bloomberg dalam laporannya pada Sabtu (6/12/2025).
Washington telah kembali menekan Ankara untuk menyingkirkan sistem pertahanan yang dibeli dari Rusia itu dalam sebuah konferensi di Abu Dhabi pada 5 Desember. "Saya yakin masalah-masalah tersebut akan terselesaikan dalam empat hingga enam bulan mendatang," kata Barrack.
Baca Juga: Iran Dipasok Jet Tempur MiG-29 dan Sistem Rudal S-400 Rusia, Musuh Israel Itu Kini Bangkit
Perkembangan ini terjadi di tengah upaya Turki untuk mendapatkan kesepakatan pembelian pesawat siluman F-35 generasi kelima sejak Ankara dikeluarkan dari program F-35 pada tahun 2019 karena mengakuisisi sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.
Tom Barrack, Duta Besar AS untuk Turki yang juga ajudan dekat Presiden AS Donald Trump, menyatakan bahwa Ankara semakin dekat untuk melepas sistem pertahanan rudal Moskow yang telah menciptakan ketegangan dengan sekutu NATO dan menjadi hambatan bagi upaya Turki untuk mendapatkan jet tempur siluman generasi kelima Amerika tersebut. Demikian diungkap Bloomberg dalam laporannya pada Sabtu (6/12/2025).
Washington telah kembali menekan Ankara untuk menyingkirkan sistem pertahanan yang dibeli dari Rusia itu dalam sebuah konferensi di Abu Dhabi pada 5 Desember. "Saya yakin masalah-masalah tersebut akan terselesaikan dalam empat hingga enam bulan mendatang," kata Barrack.
Baca Juga: Iran Dipasok Jet Tempur MiG-29 dan Sistem Rudal S-400 Rusia, Musuh Israel Itu Kini Bangkit
Perkembangan ini terjadi di tengah upaya Turki untuk mendapatkan kesepakatan pembelian pesawat siluman F-35 generasi kelima sejak Ankara dikeluarkan dari program F-35 pada tahun 2019 karena mengakuisisi sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.
Sekadar diketahui, Turki membeli empat baterai S-400 meski ditentang keras oleh AS dan sekutu-sekutu NATO. Alasan penentangan itu adalah kekhawatiran bahwa mengintegrasikan sistem pertahanan udara (SAM) asal Rusia ke dalam Angkatan Bersenjata Turki akan membahayakan program pesawat tempur siluman F-35.
Turki memperoleh S-400 karena mungkin membutuhkan sistem pertahanan udara jarak jauh untuk menambal kesenjangan kapabilitas, terutama karena pembelian sistem NATO yang setara seperti Patriot dan SAMP/T tertunda atau ditolak.
Namun, sistem Moskow tersebut dikenai sanksi oleh Pemerintahan Trump sebelumnya berdasarkan CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act) dan Ankara dikeluarkan dari program F-35 tak lama setelah menerima pengiriman pertama sistem.
Turki sejatinya tidak pernah mengoperasikan S-400 meskipun telah membayar harga yang sangat mahal. Saat ini, Turki menyimpan sistem pertahanan udara, radar, dan rudal tersebut. Para analis memperkirakan bahwa Ankara tetap berkomitmen pada S-400, terutama untuk menegaskan independensi strategis dari sekutu NATO-nya dan memberi sinyal kepada mereka bahwa Turki dapat mendiversifikasi kemitraan pertahanannya.
Pada saat yang sama, Turki menolak untuk menutup-nutupi akuisisi F-35 dan telah mengadakan beberapa putaran perundingan dengan pejabat dari pemerintahan Trump dan Biden untuk mengamankan jet yang dikembangkan Lockheed Martin tersebut.
Sebuah laporan di Fox News pada Maret 2025 menyatakan bahwa Trump akan mempertimbangkan untuk menjual F-35 ke Ankara jika kedua belah pihak dapat mencapai konsensus yang membuat sistem S-400 tidak dapat dioperasikan. AS dapat menuntut agar S-400 dibongkar atau dipindahkan ke pangkalan AS di Turki, demikian yang dicatat dalam laporan tersebut saat itu.
Dalam kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Gedung Putih pada bulan September, Trump mengisyaratkan bahwa dia akan mengizinkan Turki untuk membeli pesawat siluman tersebut, yang dianggap sebagai yang tercanggih di dunia dan disebut sebagai "quarterback" di angkasa karena kemampuannya untuk mengoordinasikan serangan dengan drone dan pesawat lainnya.
"[Presiden Turki Recep Tayyip] Erdogan akan melakukan sesuatu untuk kita," ujarnya saat itu, mengisyaratkan bahwa Ankara dapat mengurangi pembelian gas dan minyak Rusia.
Sesuai pengakuan Tom Barrack, semua itu sudah terjadi. Menurut Barrack, sejak Trump kembali menjabat pada bulan Januari, "bromance" kedua pemimpin telah memperkuat hubungan antara kedua negara.
Akuisisi F-35 oleh Turki mungkin menjadi kemunduran yang lebih besar bagi Israel, yang masih terjebak dalam persaingan sengit untuk mendapatkan pengaruh dengan Ankara di Suriah.
Di pihaknya, Israel khawatir jika Turki membangun kehadiran militer berskala besar di Suriah, hal itu dapat menghambat kebebasan Angkatan Udara Israel di wilayah tersebut. Turki, di sisi lain, telah vokal menentang tindakan Israel di Gaza.
Bulan lalu, misalnya, Turki mengeluarkan surat perintah penangkapan atas tuduhan genosida terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pejabat Israel lainnya.
Laporan Reuters sebelumnya menyatakan bahwa para pejabat dan pakar pertahanan AS yakin F-35 yang berpotensi dijual ke Arab Saudi kurang canggih dibandingkan F-35I Adir milik Israel. Mungkin pendekatan yang sama dapat diterapkan terhadap Turki.
Turki belum secara resmi mengonfirmasi apakah mereka akan setuju untuk menyingkirkan S-400, yang telah menjadi simbol otonomi strategis, kemerdekaan, dan prestise-nya selama bertahun-tahun.
S-400 adalah platform pertahanan yang mencegah superioritas udara lawan. Sebaliknya, F-35 adalah ujung tombak ofensif yang dirancang untuk menembus wilayah udara yang paling diperebutkan dan menyerang tanpa ampun. Keduanya bertolak belakang dalam tujuan, namun keduanya kini telah membuktikan diri dalam pertempuran sesungguhnya.
F-35 terlibat dalam pertempuran dalam bentrokan Israel-Iran Juni lalu, di mana Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan beberapa serangan udara di Iran tanpa banyak perlawanan. Selain itu, F-35 dikerahkan untuk mengawal serangan pesawat pengebom B-2 terhadap fasilitas nuklir Iran sebagai bagian dari "Operasi Midnight Hammer".
Angkatan Udara AS (USAF) baru-baru ini mengungkapkan bahwa F-35 melakukan penekanan pertahanan udara musuh dan memberikan perlindungan bagi pasukan penyerang saat meninggalkan Iran.
Sementara itu, S-400 baru-baru ini membuktikan ketangguhannya di India dalam menghadapi proyektil yang datang dari Pakistan selama konflik singkat pada Mei 2025. Terkesan dengan kemampuan sistem tersebut, New Delhi mempertimbangkan untuk membeli resimen tambahan sistem S-400.
Turki secara bertahap kehilangan keunggulan kekuatan udaranya terhadap rival regional seperti Yunani dan Israel. Meskipun Israel sudah mengoperasikan F-35I Adir (varian pesawat yang dimodifikasi), Yunani telah memesan dan diperkirakan akan menerima batch pertama mulai tahun 2028.
Meskipun Turki sedang mengembangkan pesawat generasi kelimanya sendiri, KAAN, ada anggapan di Turki bahwa mereka tidak bisa menunggu bertahun-tahun hingga KAAN beroperasi dan membutuhkan solusi sementara yang ampuh untuk mempertahankan pencegahan yang kredibel terhadap musuh.
Selain melobi untuk F-35, Turki juga mengakuisisi 20 Eurofighter Typhoon generasi 4,5 Eropa baru, dan beberapa varian lama bekas dari negara-negara seperti Oman dan Qatar. Selain itu, Turki juga sedang meningkatkan armada F-16 yang sudah ketinggalan zaman untuk menambah jumlah jet siap tempur dalam inventarisnya.
Lebih lanjut, banyak hal telah berubah sejak Turki pertama kali menerima S-400, sebagaimana dilaporkan EurAsian Times, Minggu (7/12/2025).
Pertama, Turki telah beralih ke manufaktur pertahanan dalam negeri dan menyadari bahwa S-400 tidak akan terintegrasi dengan sistem produksi lokal lainnya. Hal ini mungkin mendorong dikeluarkannya sistem asal Rusia tersebut dari inisiatif pertahanan udara "Steel Dome"-nya yang aspiratif.
Analis pertahanan Sinan Elgin sebelumnya mengatakan kepada BBC Turkey, "Agar sistem seperti Steel Dome berhasil, semua sistem dan subsistem harus saling terhubung sepenuhnya dan mampu bertukar informasi secara terintegrasi. Namun, sistem seperti S-400, yang tidak bersifat lokal, dapat menjadi hambatan bagi jaringan terintegrasi ini."
Seperti yang sebelumnya dikemukakan oleh media Turki, Nefes, kegunaan S-400 di Turki menurun drastis karena tiga alasan: S-400 tidak dapat diintegrasikan ke dalam payung NATO, masa pakai pencegatnya telah berkurang, dan S-400 yang saat ini tidak aktif dan disimpan di lokasi yang tidak diketahui akan memerlukan perawatan, yang kemungkinan akan memicu sanksi lebih lanjut dari AS.
Sebelumnya, mantan Menteri Turki, Cavit Çağlar, mengusulkan penjualan sistem tersebut ke negara ketiga, tetapi sertifikat pengguna akhir dalam kontrak melarang penjualan kembali kepada pihak ketiga tanpa persetujuan Rusia. Ya, Ankara dapat menjual kembali S-400 ke Rusia, dan Moskow mungkin dapat meneruskannya ke India.
(mas)