Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Amerika Serikat China Dunia Internasional Featured Jepang Spesial

    AS-Jepang Ancam Tenggelamkan Kapal Induk China, Beijing: Itu Fantasi! - SindoNews

    4 min read

     

    AS-Jepang Ancam Tenggelamkan Kapal Induk China, Beijing: Itu Fantasi!

    Minggu, 30 November 2025 - 08:00 WIB
    AS dan Jepang dilaporkan akan menengelamkan kapal induk Fujian milik China jika perang pecah di Selat Taiwan. Foto/United Daily
    A
    A
    A
    BEIJING - Amerika Serikat (AS) dan Jepang dilaporkan telah mencapai kesepahaman bahwa mereka akan menengelamkan kapal induk Fujian milik China jika perang pecah di Selat Taiwan. Namun, Beijing meremehkan ancaman itu dengan menganggapnya sebagai fantasi.

    Laporan tentang ancaman itu muncul di media Jepang; Sankei Shimbun, yang mengutip sumber-sumber senior pemerintah di Tokyo.

    "Tokyo telah mencapai kesepahaman strategis internal: Jika konflik pecah di Selat Taiwan dan Fujian mencoba menghalangi intervensi AS, Jepang akan berkoordinasi dengan Angkatan Laut AS untuk menenggelamkan kapal induk tersebut," tulis media Jepang tersebut.

    Baca Juga: China Marah Jepang Kerahkan Rudal di Dekat Taiwan: Itu Sengaja Picu Konfrontasi Militer

    Ini adalah pertama kalinya media Jepang secara terbuka mengidentifikasi kapal induk China sebagai target perang—dan juga pertama kalinya Jepang mengisyaratkan akan menyerang secara pre-emptive jika Beijing menyerang Taiwan.

    Ketegangan Tokyo dan Beijing terus memanas. Ini dipicu oleh komentar Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi pada 7 November, yang mengatakan dalam sidang Parlemen bahwa blokade laut atau invasi China ke Taiwan yang hipotetis merupakan situasi yang mengancam kelangsungan hidup Jepang.

    Ungkapan tersebut mengacu pada hak untuk membela diri kolektif menurut undang-undang keamanan tahun 2015. Oleh karena itu, secara tidak langsung menyiratkan bahwa Tokyo dapat mengerahkan Pasukan Bela Diri (SDF) sebagai tanggapan atas agresi China terhadap Taiwan.

    Namun, karena marah atas apa yang dianggapnya sebagai provokasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan pelanggaran tatanan pascaperang, China membalas dengan serangkaian tindakan balasan, termasuk menghubungi PBB, menginformasikan Presiden AS Donald Trump melalui panggilan telepon yang jarang dilakukan, dan menangguhkan ekspor seafood Jepang, di antara berbagai hal lainnya.

    Terkait ancaman AS dan Jepang akan menenggelamkan kapal induk Fujian, juru bicara Kementerian Pertahanan China Jiang Bin mengatakan: "Itu hanyalah fantasi belaka dan melebih-lebihkan kemampuan diri sendiri."

    "Dalam sejarah, sebuah kapal perang China bernama Chih Yuen ditenggelamkan oleh unit Jepang selama Perang China-Jepang Pertama lebih dari seabad yang lalu. Itu merupakan bagian dari sejarah yang memalukan bagi China. Namun, kapal induk Fujian bukanlah Chih Yuen. Dan sejarah tidak boleh terulang. Mereka yang menantang kepentingan inti China akan binasa," imbuh Jiang, seperti dikutip dari EurAsian Times, Minggu (30/11/2025).

    Merangkum ancaman yang ditimbulkan oleh meningkatnya kemampuan Angkatan Laut China, media Jepang tersebut menulis: "Ada rasa persaingan dengan Amerika Serikat, seperti mengadopsi ketapel elektromagnetik yang sejauh ini hanya dipasang di kapal induk AS. Dengan China yang sekarang mengoperasikan tiga kapal induk, satu kapal dapat dioperasikan setiap saat, dan dengan memasang 'radar terbang', jangkauan aksi akan sangat diperluas, yang akan berdampak signifikan pada keseimbangan kekuatan di kawasan Asia-Pasifik."

    Lebih lanjut, disebutkan bahwa Angkatan Laut China telah berkembang dalam ukuran dan kemampuan, meninggalkan Angkatan Laut AS di belakang dan menimbulkan tantangan keamanan bahkan jauh dari pantainya.

    Dengan mendeteksi pesawat musuh yang mendekat menggunakan pesawat peringatan dini yang disebut "radar terbang" dan mencegatnya dengan pesawat tempur siluman serta kapal perusak pendamping, tindakan dapat dilakukan bahkan di perairan yang jauh dari daratan China. Kemampuan tempur gugus tugas kapal induk China telah ditingkatkan secara signifikan, dan dalam keadaan darurat, gugus tugas ini dapat bertemu dan menembak jatuh pesawat AS yang sedang menuju Asia Timur di lautan terbuka.

    Komentar-komentar tersebut menjadi lebih penting sekarang, mengingat Jepang telah menyatakan niatnya untuk melakukan intervensi militer jika terjadi invasi China terhadap Taiwan.

    Bagi Jepang, mengusir China dari Selat Taiwan sangat penting untuk bertahan hidup dan mencegah dominasi Beijing sepenuhnya. Taiwan hanya berjarak 110 kilometer dari Pulau Yonaguni Jepang.

    Serupa dengan itu, Taiwan terletak hanya 170 kilometer dari Kepulauan Senkaku yang dikuasai Jepang—namun diklaim China sebagai Diaoyu. Perairan sekitar wilayah itu secara rutin dieksplorasi oleh pasukan Beijing.

    Diyakini bahwa setiap serangan skala besar terhadap Taiwan hampir pasti akan melintasi batas maritim yang sempit ini, berisiko menimbulkan bentrokan langsung dengan kapal patroli dan pertahanan udara Jepang, atau serangan China yang disengaja untuk menetralisir pangkalan-pangkalan Jepang di dekatnya yang dapat digunakan oleh AS jika memutuskan untuk melawan China.

    Oleh karena itu, Tokyo memandang kontingensi Taiwan sebagai hal yang tidak terpisahkan dari pertahanan teritorialnya sendiri.

    Selat Taiwan, dengan lebar sekitar 180 kilometer pada titik tersempitnya, merupakan jalur air dangkal dan sensitif secara strategis yang memisahkan China daratan dari Taiwan.

    Jika terjadi konflik, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) China dapat mengerahkan kapal induk Fujian ke selat tersebut untuk mencapai superioritas udara dan memberlakukan blokade laut untuk mengurangi gangguan eksternal. Kapal induk tersebut melintasi selat tersebut selama uji coba laut pada bulan September, dengan Kementerian Pertahanan Jepang memantau pergerakannya.

    China meresmikan kapal induk Fujian pada 5 November, dan secara resmi menjadi negara dengan tiga kapal induk.

    Tidak hanya itu, China secara resmi menjadi negara kedua di dunia—setelah Amerika Serikat—yang memiliki kapal induk berbantuan ketapel lepas landas tetapi tertahan (CATOBAR) yang dilengkapi ketapel elektromagnetik (EMALS).

    Fitur ini penting karena memungkinkan jet tempur PLAN lepas landas dengan persenjataan dan muatan bahan bakar yang lebih berat. Sebelumnya, USS Gerald R Ford milik AS adalah satu-satunya kapal induk yang dilengkapi EMALS.
    (mas)
    Komentar
    Additional JS