Banjir Sumatera: Desa Loser Dihantam Gulungan Air Lumpur bak Tsunami - Beritasatu
Banjir Sumatera: Desa Loser Dihantam Gulungan Air Lumpur bak Tsunami
Warga di Kecamatan Katambe, Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh, mulai terserang berbagai penyakit pascabanjir bandang yang melanda wilayah tersebut. (Beritasatu.com/Almujawadin)
Kutacane, Beritasatu.com - Hujan berhari-hari akhir November 2025 di Aceh Tenggara, Aceh berujung bencana. Peristiwa mencekam saat air membawa material kayu dan batu menghantam Desa Loser seperti gulungan tsunami.
Suasana menakutkan menyelimuti Desa Loser, Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, pada Rabu (26/12/2025) malam. Banjir bandang menerjang permukiman setelah hujan deras mengguyur wilayah itu sejak Senin (24/12/2025). Material kayu dan batu berukuran besar terbawa arus deras, menghantam rumah warga.
Sukriadi, salah seorang saksi mata, mengingat betul betapa dahsyatnya air yang menerjang desa. Air yang datang tampak bergulung, berwarna kuning keruh bercampur lumpur, dan membawa tumpukan kayu serta batu yang menghancurkan bangunan.
Banjir Sumatera Hari Ke-10: Aceh Catat Korban Meninggal Terbanyak
"Dahsyatnya air yang menerjang permukiman di Desa Loser, Kecamatan Ketambe bak tsunami," ungkap Sukriadi.
Teriakan dan jeritan terdengar dari segala penjuru desa, tetapi seolah hilang di tengah gemuruh air. Sukriadi menceritakan keputusannya saat bencana datang. Awal mula dirinya menyelamatkan diri bersembunyi di atas rumah untuk berlindung. "Rasa takut dan tak percaya akan keadaan memilih bersama warga untuk mengungsi mencari perlindungan ke tempat yang lebih aman," tuturnya saat ditemui di pengungsian, Sabtu (6/12/2025).
Meskipun bencana telah berlalu, kejadian Rabu (26/12/2025) malam itu masih membayangi ingatan Sukriadi. Setiap detik kejadian, mulai dari datangnya air hingga teriakan warga, masih terekam jelas dalam ingatannya.
Tatapan Sedih Warga Aceh Utara Melihat Rumahnya Hancur Lebur Diterjang Banjir Bandang
Saat hari mulai terang, suasana masih mencekam dan kondisi air masih tinggi. Sukriadi memutuskan kembali ke rumah untuk melihat keadaan. Ia mengaku tak percaya menyaksikan kondisi rumahnya.
"Saat hari mulai terang suasana masih mencekam, kondisi air yang masih tinggi saya memutuskan pulang ke rumah menyaksikan keadaan seakan tak percaya rumah masih dapat terselamatkan," tuasnya dengan penuh haru.