Bantuan RI tak Kunjung Datang, Korban Banjir-Longsor Aceh Minta Tolong ke Raja Thailand dan Brunei: Kami Terisolir - Viva
Bantuan RI tak Kunjung Datang, Korban Banjir-Longsor Aceh Minta Tolong ke Raja Thailand dan Brunei: Kami Terisolir

VIVA – Krisis kemanusiaan di Dataran Tinggi Gayo semakin memburuk setelah banjir bandang dan tanah longsor yang berlangsung hampir sepekan terakhir.
Hingga hari kelima, warga masih belum menerima bantuan logistik akibat akses darat yang sepenuhnya terputus. Hal itu dikatakan oleh seorang pria melalui video yang kini viral di media sosial.
“Ini sudah hari kelima banjir bandang dan tanah longsor di Dataran Tinggi Gayo. Hingga hari kelima ini kami belum mendapatkan bantuan dan sampai saat ini akses komunikasi ke wilayah Dataran Tinggi Gayo masih terputus. Bahkan jalur transportasi terputus, komunikasi terputus dan tidak ada cara lain hanya menggunakan udara atau menggunakan helikopter,” ujar pria tersebut, dilansir dari video Instagram @suaraakarrumput Senin, 1 Desember 2025.
Banjir menggenangi jalan dan pemukiman di Aceh Tamiang
Situasi yang semakin kritis ditambah menipisnya stok makanan membuat warga harus meminta bantuan dari negara tetangga seperti Thailand, Brunei Darussalam, Singapura hingga Malaysia.
“Kepada Raja Thailand, Presiden Malaysia, Presiden Singapura dan Raja Brunei, mohon kirimkan bantuan helikopter ke wilayah Dataran Tinggi Gayo, karena sampai hari ini kami terisolir, mohon dikirim bantuan makanan ke kawasan tersebut,” lanjutnya.
Informasi dihimpun VIVA, bencana besar yang melanda Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, hingga Aceh Tenggara menutup seluruh akses darat. Jalur transportasi lumpuh total, membuat ribuan warga terjebak tanpa pasokan makanan, air bersih, maupun BBM.
Bupati Bener Meriah, Tagore Abubakar, mengungkapkan bahwa kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Menurutnya, stok logistik hanya mampu mencukupi kebutuhan dua hari ke depan. Dengan jumlah pengungsi mencapai 10 ribu jiwa, ancaman kelaparan menjadi risiko nyata.
“Jika bantuan dalam 2 hari lagi belum juga mendapatkan logistik makanan, maka stok makanan saat ini tidak dapat mencukupi seluruh kebutuhan warga,” ujarnya kepada wartawan.
Kondisi serupa juga terjadi di Aceh Utara, Aceh Tamiang, Aceh Singkil, dan daerah lain yang mengalami kerusakan parah akibat banjir dan longsor.
Bupati Aceh Tengah, Haili Yoga, turut menyampaikan bahwa daerahnya menghadapi krisis kemanusiaan yang sangat mendesak. Bantuan yang diminta kepada Pemerintah Aceh dan pemerintah pusat belum juga tiba, sementara korban terus bertambah.
“Daerah terisolir kini kekurangan logistik. Ditambah lagi, seluruh stok BBM di kabupaten kami telah habis. Ini sangat menghambat upaya mobilisasi tim penolong,” ungkapnya.
Upaya pengiriman bantuan dari luar daerah juga belum membuahkan hasil. Bantuan yang sudah tiba di Banda Aceh belum berhasil menjangkau wilayah Aceh Tengah akibat cuaca buruk dan jalur udara yang sulit diakses.
“Kami mendapat informasi bahwa upaya penerbangan helikopter untuk menyampaikan bantuan hari ini gagal mendarat di wilayah Aceh Tengah,” kata Haili Yoga.
Di Aceh Utara, situasinya tak kalah memprihatinkan. Seorang warga Kecamatan Tanah Pasir, Amran, mengatakan bahwa para pengungsi mulai mengalami kekurangan makanan. Ia khawatir korban jiwa justru bertambah bukan karena terseret banjir, tetapi akibat kelaparan.
“Jangan sampai warga yang masih hidup ini meninggal bukan karena terseret banjir, tapi kelaparan,” ucap warga.
Data BNPB per Sabtu 29 November 2025 pukul 17.40 WIB mencatat 47 orang meninggal dunia, 51 hilang, dan 8 mengalami luka-luka. Korban terbanyak berasal dari Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Aceh Tenggara. Puluhan ribu warga kini mengungsi di berbagai titik dengan kondisi serba kekurangan.
BNPB menyebutkan bahwa upaya menjangkau wilayah terdampak masih terus dilakukan, namun medan yang sulit, cuaca ekstrem, dan terputusnya infrastruktur membuat proses penyaluran bantuan tidak berjalan optimal.