Citra Satelit Eropa Rekam Pemandangan Mengerikan Saat Bencana Sumatera - Beritasatu.com
Citra Satelit Eropa Rekam Pemandangan Mengerikan Saat Bencana Sumatera

New York, Beritasatu.com – Bencana di Sumatera menjadi sorotan global dengan maraknya pemberitaan media internasional yang mencoba mencari penyebab masifnya bencana banjir bandang dan longsor di Indonesia ini. Hujan monsun lebat yang mengguyur Asia Tenggara dalam beberapa minggu terakhir telah mengubah wajah Sumatera. Pulau paling barat di Indonesia ini menjadi titik terparah dampak bencana alam tahunan yang kian memburuk setiap musimnya.
Kombinasi cuaca ekstrem dan kerusakan lingkungan menciptakan tragedi kemanusiaan yang masif. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa jumlah korban tewas akibat siklon langka, yang memicu banjir bandang dan tanah longsor, telah melonjak hingga hampir 850 jiwa. Sementara itu, ratusan warga lainnya masih dinyatakan hilang di tengah populasi pulau yang mencapai 60 juta jiwa tersebut.
Para aktivis dan kelompok lingkungan menyoroti deforestasi yang merajalela sebagai faktor utama yang memperparah dampak bencana di Sumatera. Penebangan liar serta pembukaan hutan untuk perkebunan dan pertambangan dinilai telah mengikis "lapisan pelindung" bumi.
Deforestasi Meluas, Kaltim Terancam Banjir Dahsyat seperti di Sumatera
Bukti kerusakan ini terekam jelas di lokasi bencana. Dokumentasi dari lapangan memperlihatkan tumpukan kayu gelondongan raksasa yang terseret arus banjir bandang, meluncur deras dari lereng-lereng bukit yang kini gundul.
Di Kecamatan Sorkam, Sumatera Utara, skala kerusakan bahkan terlihat dari luar angkasa. Citra satelit Sentinel-2 milik Badan Antariksa Eropa (ESA) pada Rabu (3/12/2025) lalu merekam jebolnya tanggul sungai yang memuntahkan sedimen dan puing ke Samudra Hindia, serta hamparan lahan pertanian yang terendam banjir.
Ronny P Sasmita, analis senior dari Lembaga Aksi Strategis dan Ekonomi Indonesia di Jakarta, memberikan pandangannya mengenai anomali ini."Yang terjadi bukan sekadar bencana alam, melainkan benturan antara siklus iklim yang luar biasa dan bentang alam yang perlahan-lahan kehilangan pertahanan alaminya," ujar Ronny seperti dikutip dari media AS Newsweek, Jumat (5/12/2025).
Para ahli meteorologi sebelumnya telah memperingatkan bahwa menghangatnya suhu laut akan meningkatkan curah hujan. Namun, pembentukan Siklon Senyar di Selat Malaka, tepat di lepas pantai timur Sumatera, menjadi katalisator yang memperburuk situasi.
"Apa yang dulunya merupakan kondisi ekstrem musiman yang dapat diatasi, berubah menjadi mematikan ketika banjir ini bertemu dengan daerah tangkapan air yang terdegradasi dan lereng bukit yang terkikis," tulis Ronny dalam analisisnya di Climate Home News.

Ia menambahkan sebuah analogi yang menohok, "Hujan deras saja tidak akan menciptakan tembok lumpur dan kayu yang menimpa desa-desa, melainkan hujan deras yang jatuh ke daratan yang sudah tidak mampu lagi menampung atau menopangnya."
Data menunjukkan Indonesia mengalami lonjakan deforestasi yang signifikan bahwa sekitar 175.400 hektare tutupan hutan hilang sepanjang 2024, naik 54.300 hektare dari tahun sebelumnya. Nusantara Atlas mencatat, sebagian besar kehilangan hutan terjadi di Sumatera, di mana 4,4 juta hektare hutan, wilayah yang lebih luas dari negara Swiss, telah lenyap sejak 2001.
Merespons krisis ini, pihak berwenang Indonesia mengumumkan peluncuran investigasi terhadap perusahaan yang dicurigai melakukan pembukaan lahan ilegal di area terdampak.
Perlu Lembaga Khusus Tangani Rehabilitasi-Rekonstruksi Banjir Sumatera
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menegaskan di hadapan DPR bahwa pemerintah akan meninjau ulang tata kelola kehutanan, mempertimbangkan moratorium izin baru, dan mencabut izin bagi para pelanggar.
Senada dengan itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, mengisyaratkan bahwa izin pertambangan dapat dicabut jika terbukti melanggar aturan lingkungan.
Dampak cuaca ekstrem ini tidak hanya dirasakan Indonesia. Wilayah tetangga seperti Thailand, Malaysia, hingga Sri Lanka juga dilanda bencana serupa dalam beberapa hari terakhir, mengakibatkan ratusan korban jiwa di kawasan Asia Tenggara.