Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dolar Amerika Serikat Dunia Internasional Featured India Keuangan Rusia Spesial

    Dominasi Dolar AS Tergerus, Transaksi Dagang Rusia-India 90% Pakai Mata Uang Lokal - SINDOnews

    2 min read

     

    Dominasi Dolar AS Tergerus, Transaksi Dagang Rusia-India 90% Pakai Mata Uang Lokal

    Minggu, 07 Desember 2025 - 07:50 WIB

    Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi duduk di dalam sebuah limusin setelah tiba di Pangkalan Udara Palam di New Delhi, India, pada Kamis, 4 Desember 2025. FOTO/AP
    A
    A
    A
    JAKARTA - Negara-negara anggota BRICS terus memperkuat langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dengan mengintensifkan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan. Inisiatif ini mendapatkan momentum nyata dalam hubungan bilateral Rusia dan India, yang kini mencapai kemajuan signifikan.

    Kunjungan kenegaraan Presiden Rusia Vladimir Putin ke New Delhi selama dua hari menjadi wadah peninjauan dan penguatan berbagai kerja sama dagang bilateral. Kunjungan ini juga menegaskan posisi bersama kedua negara dalam mendorong sistem pembayaran alternatif yang tidak bergantung pada mata uang Amerika Serikat tersebut.

    Putin mengonfirmasi kemajuan tersebut. "Rusia dan India telah menyelesaikan sekitar 90% perdagangan bilateral menggunakan mata uang masing-masing, yakni rubel dan rupee," ujarnya di New Delhi, dikutip dari Watcher Guru, Minggu (7/12/2025).

    Baca Juga: Danai Perang, Rusia Pertama Kalinya Jual Obligasi dalam Yuan China

    Pencapaian ini secara nyata mendesak porsi penggunaan dolar AS dalam transaksi lintas batas kedua negara. Meskipun wacana mata uang bersama BRICS belum terwujud, mekanisme pembayaran langsung dengan mata uang lokal telah berjalan di berbagai transaksi antaranggota. Fenomena ini merupakan bagian dari upaya kolektif untuk menciptakan tatanan finansial global yang lebih multipolar dan perlahan-lahan mengurangi dominasi mata uang Barat.



    Dorongan untuk meninggalkan dolar AS semakin menguat di kalangan negara berkembang, terutama sejak era kepemimpinan Donald Trump di Amerika Serikat. Kebijakan tarif dan perang dagang yang diinisiasi Washington dinilai mengganggu arus perdagangan global, memicu kenaikan harga barang impor, dan mendorong negara-negara seperti anggota BRICS untuk memperkuat solidaritas ekonomi.

    Baca Juga: Lubang Biru di Arab Saudi Masih Jadi Misteri

    Dalam konteks tersebut, penggunaan mata uang lokal dipandang sebagai solusi strategis. Langkah ini tidak hanya melindungi sektor ekspor-impor dari gejolak nilai tukar dolar, tetapi juga memberikan stimulasi bagi perekonomian domestik dan pertumbuhan PDB negara-negara bersangkutan.

    Selain mendorong kemandirian perdagangan, pengurangan ketergantungan pada dolar AS juga diyakini dapat membantu menekan tekanan inflasi. Situasi ini dinilai menguntungkan bagi stabilitas ekonomi negara berkembang, meski di sisi lain merupakan tantangan bagi hegemoni ekonomi Amerika Serikat.

    Pergeseran sistem pembayaran global yang diusung BRICS, dengan keberhasilan Rusia dan India sebagai bukti awal, menandai babak baru dalam arsitektur keuangan internasional. Perkembangan ini akan terus diamati sebagai indikator meredupnya dominasi dolar AS dalam perdagangan global.
    (nng)
    Komentar
    Additional JS