Gigi Tiba-tiba Goyang? Jangan Anggap Sepele, Ini Cara Aman Menanganinya - Tribunnews
Gigi Tiba-tiba Goyang? Jangan Anggap Sepele, Ini Cara Aman Menanganinya - Tribunnews.com
Ringkasan Berita:
- Gigi goyang pada orang dewasa bukan hal normal dan sering menjadi tanda penyakit gusi serius yang dapat berujung pada kehilangan gigi
- Penanganan profesional seperti scaling, splinting, hingga terapi perbaikan jaringan diperlukan agar gigi tetap terselamatkan
- Dengan kebiasaan perawatan yang tepat dan dukungan teknologi modern, masalah gigi goyang dapat dicegah sejak dini.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama ini banyak orang mengira gigi goyang hanya dialami anak-anak saat masa pergantian gigi susu.
Padahal, pada orang dewasa, gigi yang tiba-tiba terasa goyang justru bisa menjadi tanda adanya gangguan serius pada jaringan penyangga gigi.
Jika Anda merasa ada gigi yang mulai longgar tanpa benturan atau cedera, kondisi ini patut diwaspadai.
Beberapa faktor yang dapat memicu gigi menjadi goyang antara lain: penyakit gusi atau periodontitis; riwayat benturan atau kecelakaan; penyakit sistemik seperti diabetes melitus dan kebiasaan menggertakkan gigi (bruxism).
Ia juga menyoroti tingginya prevalensi penyakit gusi di Indonesia yang mencapai 74 persen dan lebih banyak terjadi pada wanita. Kondisi ini membuat periodontitis tidak boleh dianggap remeh.
“Pemberian terapi yang tepat dapat mencegah kerusakan jaringan gusi dan tulang agar tidak semakin parah, sehingga risiko kehilangan gigi dapat dihindari,” katanya.
Pemeriksaan dan Terapi Gigi Goyang
Penanganan gigi goyang memerlukan pemeriksaan profesional mulai terapi yang diberikan akan disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahan, di antaranya stabilisasi gigi (splinting) untuk mengikat gigi yang goyang agar kembali kokoh; pembersihan gigi (scaling) untuk menghilangkan plak dan karang gigi.
Kemudian terapi perbaikan jaringan guna merangsang pertumbuhan tulang yang rusak, penyesuaian gigitan agar tekanan pada gigi lebih seimbang.
Sementara di rumah, pasien disarankan menyikat gigi dengan lembut, menggunakan benang gigi, berkumur air garam, serta mengonsumsi makanan bertekstur lunak.
“Semakin dini diperiksa, semakin besar peluang gigi bisa diselamatkan,” kata Syanti.
Pencegahan Sederhana, Dampak Maksimal
Menjaga kesehatan gigi dan gusi bisa dimulai dari kebiasaan sehari-hari, seperti: menyikat gigi dengan teknik yang benar dua kali sehari, melakukan scaling rutin minimal setiap enam bulan.
Kemudian menghindari kebiasaan menggigit benda keras atau menggertakkan gigi, mengontrol kadar gula darah, khususnya bagi penderita diabetes
“Kebiasaan sederhana ini bukan hanya menjaga kesehatan mulut, tetapi juga berdampak pada kesehatan tubuh secara keseluruhan,” jelas drg. Syanti.