India Tak Gentar Sanksi AS, Impor Minyak Rusia Tembus 1,2 Juta Barel/Hari - SINDOnews.com
2 min read
India Tak Gentar Sanksi AS, Impor Minyak Rusia Tembus 1,2 Juta Barel/Hari
Kamis, 18 Desember 2025 - 14:45 WIB
A
A
A
JAKARTA - Impor minyak mentah Rusia ke India diproyeksikan tetap kuat pada Desember 2025, menembus angka 1,2 juta barel per hari (bph). Angka ini mengatasi prediksi penurunan tajam pasca pemberlakuan sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap raksasa energi Rusia, Rosneft dan Lukoil mulai 21 November lalu.
Ketahanan impor ini menandai perpecahan di internal industri pengilangan India. Kilang milik negara tetap melanjutkan pembelian, sementara sebagian kilang swasta memilih berhenti mengimpor untuk menjaga akses ke pasar ekspor Barat.
Seorang pejabat AS, seperti dikutip Reuters, mengomentari tekanan yang dihadapi Rusia. "Rusia telah dipaksa menerima diskon besar dan pembeli yang lebih sedikit untuk minyaknya," ujarnya.
Baca Juga:Putin: 'Babi-babi Eropa Ingin Pesta atas Runtuhnya Rusia, tapi...'
Ia menambahkan bahwa tekanan ini bertujuan membatasi pendapatan Kremlin gana mendanai perang. Di sisi lain, perusahaan pelat merah seperti Indian Oil Corporation mempertahankan pembelian di level biasa, sementara Bharat Petroleum bahkan meningkatkan kuota untuk Januari. Kilang swasta Nayara Energy, yang dimiliki pihak Rusia, juga tetap mengimpor secara eksklusif.
Produsen Rusia diduga memanfaatkan skema pertukaran minyak di pasar domestik untuk menjaga aliran ke India tanpa melanggar sanksi. Kilang India juga tertarik oleh diskon harga yang mencapai USD6–7 per barel di bawah acuan Brent, jauh lebih lebar daripada beberapa bulan sebelumnya.
Ketahanan impor ini menandai perpecahan di internal industri pengilangan India. Kilang milik negara tetap melanjutkan pembelian, sementara sebagian kilang swasta memilih berhenti mengimpor untuk menjaga akses ke pasar ekspor Barat.
Seorang pejabat AS, seperti dikutip Reuters, mengomentari tekanan yang dihadapi Rusia. "Rusia telah dipaksa menerima diskon besar dan pembeli yang lebih sedikit untuk minyaknya," ujarnya.
Baca Juga:Putin: 'Babi-babi Eropa Ingin Pesta atas Runtuhnya Rusia, tapi...'
Ia menambahkan bahwa tekanan ini bertujuan membatasi pendapatan Kremlin gana mendanai perang. Di sisi lain, perusahaan pelat merah seperti Indian Oil Corporation mempertahankan pembelian di level biasa, sementara Bharat Petroleum bahkan meningkatkan kuota untuk Januari. Kilang swasta Nayara Energy, yang dimiliki pihak Rusia, juga tetap mengimpor secara eksklusif.
Produsen Rusia diduga memanfaatkan skema pertukaran minyak di pasar domestik untuk menjaga aliran ke India tanpa melanggar sanksi. Kilang India juga tertarik oleh diskon harga yang mencapai USD6–7 per barel di bawah acuan Brent, jauh lebih lebar daripada beberapa bulan sebelumnya.
Namun, kilang swasta raksasa Reliance Industries telah menghentikan pembelian baru untuk menaati standar Barat, meski masih menerima kiriman dari kontrak lama. Mangalore Refinery juga dilaporkan tidak melakukan pembelian minyak Rusia untuk Januari.
Ketegangan Dagang Perumit Hubungan
Pola impor ini membebani perundingan dagang AS-India. Presiden AS Donald Trump bahkan telah menggandakan tarif impor atas barang India menjadi 50 persen, dengan separuhnya merupakan penalti atas pembelian minyak Rusia.
Baca Juga: Trump: Ukraina Sudah Kehilangan Wilayah
Di tengah ketegangan itu, hubungan energi India-Rusia justru menguat usai pertemuan Presiden Vladimir Putin dan PM Narendra Modi pada Desember. India, importir minyak terbesar ketiga dunia, tercatat mengimpor 1,77 juta bph minyak Rusia pada November, naik 3,4% dari Oktober.
(nng)