Jenderal Israel Bongkar Propaganda Zionis, Hamas Tak Menahan Keluarga Bibas - Liputan6
2 min read
Jenderal Israel Bongkar Propaganda Zionis, Hamas Tak Menahan Keluarga Bibas
Rabu, 10 Desember 2025 - 00:01 WIB
Shiri Bibas bersama putranya, Kfir, dalam foto tanpa tanggal. Ayahnya, Yarden Bibas, dibebaskan Hamas pada awal Februari. Foto/keluarga/PA
A
A
A
TEL AVIV - Seorang jenderal senior Israel mengakui keluarga Bibas tidak diculik Hamas dalam serangan 7 Oktober, melainkan oleh faksi Palestina yang berbeda. Pengungkapan ini memicu tuduhan baru bahwa pemerintah Israel mempersenjatai penderitaan keluarga tersebut untuk membenarkan kampanye genosida di Gaza.
Mayor Jenderal Nitzan Alon, mantan kepala Markas Besar Sandera dan Orang Hilang Israel, mengungkapkan kepada Yedioth Ahronoth bahwa keluarga Bibas sebenarnya telah diculik Brigade Mujahidin, kelompok kecil yang tidak berafiliasi dengan Hamas.
Alon menyatakan otoritas Israel bahkan telah memberi tahu Hamas tentang identitas para penculik dalam upaya menemukan para sandera.
“Misalnya keluarga Bibas. Kami tahu siapa yang menculik mereka,” ungkap Alon. “Kami memberi tahu Hamas siapa para penculik agar mereka dapat menemukan jenazah dan mengembalikannya.”
Shiri Bibas, 32, dan kedua putranya, Ariel yang berusia empat tahun dan Kfir yang berusia sembilan bulan, meninggal saat ditawan.
Ayah keluarga tersebut, Yarden, juga ditahan dan kemudian dipulangkan, bersama jenazah istri dan anak-anaknya, dalam pertukaran tahanan pada bulan Februari.
Israel sebelumnya menuduh Hamas membunuh keluarga tersebut "dengan tangan kosong", klaim yang kini tampaknya secara langsung bertentangan dengan pernyataan Alon.
Hamas mengatakan keluarga Bibas tewas dalam serangan udara Israel, bukan oleh para pejuangnya.
Pengungkapan terbaru ini menimbulkan keraguan serius terhadap narasi pemerintah Israel, yang menggambarkan Hamas bertanggung jawab atas kematian keluarga tersebut dan memanfaatkan kasus Bibas untuk mengobarkan sentimen publik dan mendukung kampanye genosidanya.
Klaim Israel bahwa Hamas membunuh anak-anak tersebut tidak pernah didukung oleh bukti forensik, dan tidak ada bukti semacam itu yang dipublikasikan.
Penderitaan keluarga Bibas secara mencolok ditampilkan dalam media Israel dan pesan-pesan pemerintah untuk membenarkan skala serangan militernya, yang telah menewaskan lebih dari 70.000 warga Palestina sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Para ahli hukum dan pakar genosida semakin berpendapat kampanye Israel di Gaza merupakan tindakan genosida dan pembersihan etnis yang disengaja.
Dari 251 tawanan yang ditangkap pada 7 Oktober, 168 telah dipulangkan hidup-hidup, sebagian besar melalui negosiasi atau kesepakatan gencatan senjata.
87 orang lainnya tewas dalam penahanan atau dipulangkan dalam keadaan tewas, banyak di antaranya akibat tembakan Israel.
Sebagai imbalannya, 3.985 warga Palestina dibebaskan dari penjara-penjara Israel.
Saat ini, 9.250 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel, termasuk ribuan yang ditahan sejak Oktober.
Hampir setengahnya ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan berdasarkan perintah penahanan administratif, praktik yang dikutuk kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional.
Baca juga: Bos Baru Mossad Lari Terbirit-birit saat Diserang Hamas dalam Pertempuran Banjir Al-Aqsa
Mayor Jenderal Nitzan Alon, mantan kepala Markas Besar Sandera dan Orang Hilang Israel, mengungkapkan kepada Yedioth Ahronoth bahwa keluarga Bibas sebenarnya telah diculik Brigade Mujahidin, kelompok kecil yang tidak berafiliasi dengan Hamas.
Alon menyatakan otoritas Israel bahkan telah memberi tahu Hamas tentang identitas para penculik dalam upaya menemukan para sandera.
“Misalnya keluarga Bibas. Kami tahu siapa yang menculik mereka,” ungkap Alon. “Kami memberi tahu Hamas siapa para penculik agar mereka dapat menemukan jenazah dan mengembalikannya.”
Shiri Bibas, 32, dan kedua putranya, Ariel yang berusia empat tahun dan Kfir yang berusia sembilan bulan, meninggal saat ditawan.
Ayah keluarga tersebut, Yarden, juga ditahan dan kemudian dipulangkan, bersama jenazah istri dan anak-anaknya, dalam pertukaran tahanan pada bulan Februari.
Israel sebelumnya menuduh Hamas membunuh keluarga tersebut "dengan tangan kosong", klaim yang kini tampaknya secara langsung bertentangan dengan pernyataan Alon.
Hamas mengatakan keluarga Bibas tewas dalam serangan udara Israel, bukan oleh para pejuangnya.
Pengungkapan terbaru ini menimbulkan keraguan serius terhadap narasi pemerintah Israel, yang menggambarkan Hamas bertanggung jawab atas kematian keluarga tersebut dan memanfaatkan kasus Bibas untuk mengobarkan sentimen publik dan mendukung kampanye genosidanya.
Klaim Israel bahwa Hamas membunuh anak-anak tersebut tidak pernah didukung oleh bukti forensik, dan tidak ada bukti semacam itu yang dipublikasikan.
Penderitaan keluarga Bibas secara mencolok ditampilkan dalam media Israel dan pesan-pesan pemerintah untuk membenarkan skala serangan militernya, yang telah menewaskan lebih dari 70.000 warga Palestina sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Para ahli hukum dan pakar genosida semakin berpendapat kampanye Israel di Gaza merupakan tindakan genosida dan pembersihan etnis yang disengaja.
Dari 251 tawanan yang ditangkap pada 7 Oktober, 168 telah dipulangkan hidup-hidup, sebagian besar melalui negosiasi atau kesepakatan gencatan senjata.
87 orang lainnya tewas dalam penahanan atau dipulangkan dalam keadaan tewas, banyak di antaranya akibat tembakan Israel.
Sebagai imbalannya, 3.985 warga Palestina dibebaskan dari penjara-penjara Israel.
Saat ini, 9.250 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel, termasuk ribuan yang ditahan sejak Oktober.
Hampir setengahnya ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan berdasarkan perintah penahanan administratif, praktik yang dikutuk kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional.
Baca juga: Bos Baru Mossad Lari Terbirit-birit saat Diserang Hamas dalam Pertempuran Banjir Al-Aqsa
(sya)