Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Spesial Stasiun Kereta Api Wisata Wisata Indonesia

    Kenapa Kota Solo Punya Banyak Stasiun Kereta Api dan Lokasinya Berdekatan? Ini Sejarahnya - Tribunsolo.

    10 min read

     

    Kenapa Kota Solo Punya Banyak Stasiun Kereta Api dan Lokasinya Berdekatan? Ini Sejarahnya - Tribunsolo.com

    Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono

    Tribunsolo.com/Andreas Chris
    SUASANA STASIUN - Suasana Stasiun Solo Balapan di Kota Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Ini sejarahnya kenapa satsiun di Solo berdekatan dan jumlahnya cukup banyak. 
    Ringkasan Berita:
    • Solo memiliki beberapa stasiun kereta api yang jaraknya berdekatan, seperti Solo Balapan, Jebres, dan Purwosari, yang hanya terpaut 2–3 kilometer.
    • Keberadaan stasiun-stasiun ini merupakan warisan era kolonial, saat banyak perusahaan kereta api membangun jaringan dan stasiun sendiri-sendiri.
    • Setelah kemerdekaan, seluruh aset dikelola PT KAI, namun stasiun tetap difungsikan sesuai rute, layanan, dan peran masing-masing.

    TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Bagi masyarakat yang pertama kali ke Solo, Jawa Tengah, mungkin bertanya-tanya kenapa kota kecil ini memiliki banyak stasiun kereta api.

    Ya, Solo memang memiliki stasiun kereta api yang jaraknya sangat berdekatan, bahkan hanya terpaut beberapa kilometer saja.

    Di Solo, setidaknya terdapat tiga stasiun besar yang lokasinya saling berdekatan, yakni Stasiun Solo Balapan, Stasiun Solo Jebres, dan Stasiun Purwosari.

    Jarak antara Stasiun Solo Balapan dan Stasiun Purwosari hanya sekitar 3,4 kilometer atau kurang lebih sembilan menit perjalanan menggunakan kendaraan pribadi.

    Sementara itu, jarak Stasiun Solo Jebres ke Stasiun Solo Balapan bahkan lebih dekat, hanya sekitar 2,3 kilometer.

    Fenomena serupa juga bisa ditemui di kota-kota lain.

    Rekomendasi Untuk Anda
    UMK Solo 2026 Rp 2,57 Juta, Serikat Pekerja Kecewa, Nilai Usulan Diabaikan

    Misalnya, Stasiun Prujakan dan Stasiun Kejaksan di Cirebon, Stasiun Tawang dan Stasiun Poncol di Semarang, serta Stasiun Lempuyangan dan Stasiun Tugu di Yogyakarta.

    Lalu, apa sebenarnya yang melatarbelakangi keberadaan stasiun-stasiun kereta api yang berdekatan ini?

    Warisan Sejarah Perkeretaapian Kolonial

    Jawaban atas pertanyaan tersebut tak lepas dari sejarah panjang perkeretaapian Indonesia pada masa kolonial Hindia Belanda.

    Pada masa itu, jaringan kereta api di Indonesia tidak dikelola oleh satu perusahaan seperti saat ini.

    Sebaliknya, terdapat banyak perusahaan kereta api yang beroperasi secara terpisah, baik milik pemerintah kolonial maupun swasta.

    Dikutip dari laman resmi KAI, setidaknya terdapat 13 perusahaan perkeretaapian yang mengelola jaringan rel di Hindia Belanda.

    Rel-rel tersebut tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, hingga Madura.

    Setiap perusahaan membangun jaringan relnya sendiri, lengkap dengan stasiun dan fasilitas pendukung.

    Akibatnya, di satu kota bisa berdiri beberapa stasiun yang lokasinya berdekatan karena dibangun oleh perusahaan yang berbeda.

    Seiring waktu, banyak stasiun dan jalur rel milik swasta tersebut kemudian dibeli dan dikelola oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda.

    STASIUN BERSEJARAH SOLO - Stasiun Solo Kota dan Railbus Batara Kresna yang tengah berhenti pada 2023 lalu. Beginilah asal-usul Stasiun Solo Kota atau Sangkrah yang menjadi salah satu bangunan bersejarah di Solo, Jawa Tengah. (KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA)
    STASIUN BERSEJARAH SOLO - Stasiun Solo Kota dan Railbus Batara Kresna yang tengah berhenti pada 2023 lalu. (KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA)

    Namun, meski kepemilikannya berpindah tangan, stasiun-stasiun tersebut tetap dipertahankan dan difungsikan sesuai kebutuhan operasional.

    Pasca Kemerdekaan hingga PT KAI

    Ketika Jepang masuk ke Indonesia pada 1942, seluruh aset perkeretaapian dikelola oleh Rikuyu Sokyoku atau Dinas Kereta Api Jepang.

    Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan kereta api kemudian diambil alih oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) melalui Maklumat Kementerian Perhubungan No. 1/KA Tahun 1946.

    DKARI inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI.

    Sejak saat itu, seluruh aset perkeretaapian, baik rel maupun stasiun, berada di bawah satu pengelolaan.

    Meski demikian, stasiun-stasiun yang jaraknya berdekatan tetap difungsikan, biasanya dengan pembagian layanan berdasarkan rute, kelas kereta, atau jenis layanan yang berbeda.

    Sekilas Sejarah Pembangunan Rel Kereta Api

    Pembangunan jaringan rel kereta api di Hindia Belanda dimulai sejak 1875.

    Jalur pertama dibangun oleh perusahaan swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), yang menghubungkan Kemijen di Semarang menuju Desa Tanggung di Grobogan.

    Jalur ini kemudian dilanjutkan hingga menghubungkan Semarang dan Surakarta pada 1870.

    Selain NISM, pemerintah kolonial juga membangun jaringan kereta api negara melalui Staatsspoorwegen (SS), yang rute pertamanya adalah Surabaya–Pasuruan–Malang pada 1875.

    Keberhasilan kedua perusahaan ini mendorong munculnya banyak perusahaan kereta api swasta lainnya, seperti SJS, SCS, OJS, hingga DSM di Sumatera.

    Hingga 1939, total panjang rel kereta api di Jawa dan Sumatera mencapai lebih dari 6.800 kilometer.

    Namun, pasca kemerdekaan, banyak jalur tersebut yang dinonaktifkan, terutama pada era Orde Baru, sehingga kini hanya sebagian yang masih beroperasi.

    STASIUN DI SOLO - Stasiun Solo Balapan, lebih dikenal dengan Stasiun Balapan, adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di perbatasan antara Kestalan dan Gilingan, Banjarsari, Surakarta
    STASIUN DI SOLO - Stasiun Solo Balapan, lebih dikenal dengan Stasiun Balapan, adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di perbatasan antara Kestalan dan Gilingan, Banjarsari, Surakarta (Google Maps Stasiun Balapan Solo)

    Lima Stasiun Kereta Api di Kota Solo

    Sebagai kota dengan sejarah perkeretaapian panjang, Solo memiliki lima stasiun kereta api dengan fungsi dan karakteristik yang berbeda.

    1. Stasiun Solo Kota (Sangkrah)

    Stasiun ini berlokasi di Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon.

    Diresmikan pada 1922, Stasiun Solo Kota awalnya difungsikan untuk menunjang transportasi hasil bumi.

    Kini, stasiun kelas kecil ini menjadi bagian dari wisata heritage dan melayani KA Batara Kresna rute Purwosari–Wonogiri serta kereta wisata Jaladara.

    2. Stasiun Solo Balapan

    Merupakan stasiun terbesar dan tersibuk di Solo.

    Diresmikan pada 10 Februari 1870, Stasiun Solo Balapan melayani berbagai rute kereta jarak jauh, lokal, hingga kereta bandara.

    Bangunannya ditetapkan sebagai cagar budaya dan menjadi simpul penting jalur lintas tengah dan selatan Jawa.

    Didirikan pada 1875, Stasiun Purwosari awalnya menjadi stasiun transit tamu kerajaan.

    Kini, stasiun ini melayani banyak kereta kelas ekonomi dan komuter, serta menjadi stasiun percabangan jalur menuju Wonogiri.

    4. Stasiun Solo Jebres

    Dibangun pada 1884 oleh Staatsspoorwegen, Stasiun Solo Jebres dulunya berada di bawah kekuasaan Kasunanan Surakarta.

    Selain melayani kereta jarak jauh dan komuter, stasiun ini juga dilengkapi museum mini sejarah perkeretaapian.

    5. Stasiun Kadipiro

    Stasiun termuda di Solo ini dibangun pada 2019.

    Fungsinya untuk mendukung konektivitas antara Bandara Internasional Adi Soemarmo dan pusat Kota Solo, serta mendukung jalur ganda rel Solo–Semarang.

    (*)

    Komentar
    Additional JS