Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Banjir Bencana Featured Lintas Peristiwa Spesial Sumatera

    Kisah 2 Mahasiswi Mencari Kabar Keluarga Saat Komunikasi Terputus akibat Banjir Sumatera - Kompas

    4 min read

     

    Kisah 2 Mahasiswi Mencari Kabar Keluarga Saat Komunikasi Terputus akibat Banjir Sumatera

    Kompas.com, 5 Desember 2025, 17:44 WIB
    Ramdhan Triyadi Bempah,
    Larissa Huda


    Lihat Foto
    Suasana perkotaan Aceh Tamiang pascabanjir bandang di Aceh Tamiang, Aceh, Kamis (4/12/2025). Berdasarkan data Posko Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh pada Selasa (2/12) sebanyak 1.452.185 jiwa terdampak bencana hidrometeorologi yang melanda 3.310 desa di 18 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/tom.(BAYU PRATAMA S)
    Suasana perkotaan Aceh Tamiang pascabanjir bandang di Aceh Tamiang, Aceh, Kamis (4/12/2025). Berdasarkan data Posko Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh pada Selasa (2/12) sebanyak 1.452.185 jiwa terdampak bencana hidrometeorologi yang melanda 3.310 desa di 18 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/tom.

    BOGOR, KOMPAS.com – Bencana banjir bandang yang melanda wilayah Sumatera pada akhir November 2025 menyisakan kisah pilu bagi para mahasiswa perantauan yang tinggal jauh dari keluarga.

    Di Bogor, dua mahasiswi perantauan—Aura Charisma (22) dan Yurike Panggabean (21)—berada di tengah ketidakpastian kabar keluarga. Keduanya menempuh pendidikan di kampus berbeda, namun dipertemukan oleh kecemasan serupa.

    Aura merupakan mahasiswi semester akhir Arsitektur Lanskap IPB University asal Aceh. Sementara itu, Yurike adalah mahasiswi semester lima Manajemen Bisnis Universitas Pakuan (Unpak) asal Tapanuli, Sumatera Utara.

    Meski berasal dari daerah dan latar belakang berbeda, keduanya dipersatukan oleh ruang yang sama: Warung Mie Aceh Semeru di Jalan Semeru, Bogor.

    Bagi mahasiswa perantauan dari Sumatera, kedai kecil ini telah menjadi semacam rumah kedua—tempat berbagi cerita, kegelisahan, dan berharap di tengah sulitnya mendapatkan kabar dari kampung halaman.

    Sejak banjir bandang menerjang rumah keluarganya di Desa Sungai Liput, Kabupaten Aceh Tamiang, komunikasi Aura dengan kedua orangtuanya terputus total. Hingga hari ini, ia mengandalkan informasi dari media sosial dan pemberitaan.

    “Sejak awal kejadian sampai hari ini belum ada komunikasi sama sekali dengan keluarga. Yang saya tahu, kampung keluarga saya terisolasi. Bantuan baru bisa masuk setelah beberapa hari,” ujar Aura, Jumat (5/12/2025).

    Aura mengatakan kondisi kampung halaman ibunya di Kota Lintang, Aceh Tamiang, bahkan lebih memprihatinkan. Wilayah itu hancur rata akibat banjir bandang, mengingatkannya pada kondisi pascatsunami.

    Di tengah keterisolasian itu, Aura tetap berpegang pada satu kabar yang ia terima dari seorang saudara beberapa hari lalu.

    “Sempat dapat kabar dari saudara yang bilang alhamdulillah di sini kami selamat. Tapi saya belum komunikasi langsung sama orangtua,” tuturnya.

    Saudara tersebut bahkan harus memanjat menara telekomunikasi tanpa pengaman hanya untuk mengabarkan keadaan keluarga.

    “Untuk komunikasi saja, mereka harus memanjat tower tanpa pengaman hanya untuk mengabarkan kondisi,” kata Aura.

    Berbeda dengan Aura, Yurike akhirnya bisa menghubungi orangtuanya pada Kamis malam. Namun sebelumnya, ia sempat dilanda kegelisahan karena akses komunikasi di kampung halamannya terputus sejak banjir terjadi.

    “Sudah dapat kabar dari mamah. Kemarin mamah nelpon, tapi entah dapat dari mana sinyalnya, mungkin ke kota dulu,” ujarnya.

    Meski suara dalam panggilan telepon sempat terputus-putus, Yurike akhirnya berkesempatan melakukan panggilan video singkat.

    “Mereka bilang kalau kondisinya baik-baik aja, tapi rumah sudah hancur,” katanya.

    Yurike bersyukur bukan hanya karena keluarganya selamat, tetapi juga karena mendapat dukungan dari komunitas perantau di Bogor.

    “Bersyukur, karena di sini kami juga dibantu. Dikasih makan gratis sama uang saku untuk kebutuhan sehari-hari dari pemilik Warung Mie Aceh Semeru,” ujarnya.

    Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang
    Baca berikutnya
    Komentar
    Additional JS