Letkol IDF Akui Frustrasi, Aturan AS Disebut Hambat Manuver Militer di Gaza - Tribunnews
Letkol IDF Akui Frustrasi, Aturan AS Disebut Hambat Manuver Militer di Gaza - Tribunnews.com
Ringkasan Berita:
- Pasukan IDF di Jalur Gaza dilaporkan frustrasi karena pembatasan operasi militer yang dilakukan pemerintah AS
- Pembatasan tersebut terkait rencana perdamaian 20 poin AS yang membatasi aksi ofensif, mengharuskan koordinasi politik dan persetujuan Washington, sehingga keputusan militer di lapangan tidak sepenuhnya berada di tangan komando IDF.
- Akibat tekanan perang jumlah tentara Israel yang mengalami ganguan mental melonjak tajam hingga lebih dari 31.000 personel.
TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah personel militer Israel yang ditempatkan di sekitar garis kuning, zona keamanan di dalam Jalur Gaza dilaporkan menghadapi frustrasi di tengah pembatasan ketat operasi militer.
Hal ini diungkap langsung oleh seorang letnan kolonel cadangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang bertugas di wilayah tersebut.
Dikutip dari Ynetnews, dalam laporannya, ia mengatakan bahwa pasukan di lapangan kerap berada dalam posisi pasif, meski mencatat berbagai aktivitas kelompok Hamas di sekitar area operasi.
Pembatasan tersebut dikaitkan dengan kerangka perdamaian 20 poin yang digagas Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Dalam skema itu, keterlibatan militer dibatasi dan tindakan ofensif hanya dimungkinkan dalam kondisi tertentu yang telah disetujui sebelumnya melalui mekanisme politik dan diplomatik.
Rencana tersebut juga mengatur penarikan pasukan, penerapan gencatan senjata formal, serta pengalihan pengelolaan keamanan kepada otoritas transisi yang berada di bawah pengawasan internasional.
Akibatnya, pengambilan keputusan militer di Gaza tidak sepenuhnya berada di tangan komando lapangan Israel.

Ketergantungan pada koordinasi dan persetujuan Amerika Serikat disebut memperlambat respons operasional, terutama di situasi yang berkembang cepat di lapangan.
Kondisi ini lantas memunculkan ketidakpastian di kalangan prajurit yang bertugas di garis depan, karena pasukan merasa potensi serangan dapat terjadi sewaktu-waktu sedangkan pembatasan operasi memberi ruang bagi kelompok bersenjata untuk mempertahankan aktivitasnya.
Jumlah Tentara IDF yang Frustrasi Melonjak
Belakangan diketahui jumlah tentara Israel yang mengalami tekanan mental dan gangguan kesehatan jiwa meningkat secara signifikan sejak konflik dengan Hamas pecah pada 7 Oktober 2023.
Hal ini mencerminkan beban berat yang ditanggung oleh pasukan yang terlibat dalam operasi militer berkepanjangan.
Data resmi dari Kementerian Pertahanan Israel menunjukkan bahwa hingga akhir 2025, puluhan ribu personel militer telah menerima perawatan atas gangguan kesehatan mental, termasuk PTSD (post-traumatic stress disorder), kecemasan, dan depresi akibat keterlibatan mereka dalam perang Gaza.
Angka yang dicatat menunjukkan bahwa sekitar lebih dari 31.000 tentara telah dilaporkan mengalami cedera kesehatan mental.
Termasuk gangguan jiwa dan stres berat yang berhubungan dengan konflik, jumlah yang merupakan lebih dari sepertiga dari total cedera kesehatan mental yang pernah tercatat dalam sejarah militer Israel.
Laporan terbaru juga mengungkapkan tren dramatis terkait bunuh diri di kalangan tentara Israel, yang merupakan salah satu indikator dampak psikologis perang.
Di era pra-perang, jumlah kasus bunuh diri di militer Israel rata-rata berada di angka belasan per tahun.
Namun, sejak konflik Gaza berlangsung, angka tersebut meningkat tajam, dengan 21 tentara dilaporkan tewas akibat bunuh diri pada 2024, serta upaya bunuh diri yang mencapai ratusan sepanjang 2024–2025.
Krisis ini mencerminkan realitas pahit di balik statistik militer, selain dampak fisik perang, banyak tentara Israel menghadapi konsekuensi psikologis jangka panjang yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan institusi kesehatan.
Kondisi tersebut menyoroti bagaimana konflik berkepanjangan dapat menciptakan dampak sosial dan kesehatan yang luas jauh di luar medan perang itu sendiri.
(Tribunnews.com / Namira)