Maduro: AS Ingin Ubah Rezim di Venezuela dan Menjadikannya Negara Jajahan! - SindoNews
2 min read
Maduro: AS Ingin Ubah Rezim di Venezuela dan Menjadikannya Negara Jajahan!
Kamis, 18 Desember 2025 - 10:57 WIB
Presiden Venezuela Nicolas Maduro sebut AS ingin gulingkan rezim pemerintahannya dan membentuk pemerintahan boneka yang menjadikan Venezuela sebagai negara jajahan. Foto/Screenshot video The Australian
A
A
A
CARACAS - Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh Amerika Serikat (AS) berupaya menggulingkan pemerintahannya dan mengubah Venezuela menjadi negara koloni atau jajahan. Dia pun menolak ancaman dan blokade minyak oleh Washington sebagai "diplomasi barbarisme".
Berbicara dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Rabu, Maduro mengatakan AS berusaha memaksakan "pemerintahan boneka" di Caracas. "Yang tidak akan bertahan bahkan 47 jam," katanya.
Dia menggambarkan kampanye tekanan yang dilancarkan oleh Presiden AS Donald Trump sebagai "penghasutan perang" dan bertujuan untuk merebut konstitusi, kedaulatan, dan kekayaan alam Venezuela.
Baca Juga: Trump Akui AS Berupaya Rebut Minyak dan Tanah dari Venezuela
“Mereka menginginkan perubahan rezim di Venezuela untuk memaksakan pemerintahan boneka yang akan menyerahkan konstitusi, kedaulatan, dan semua kekayaan kita serta mengubah negara ini menjadi koloni,” kata Maduro.
“Itu tidak akan terjadi—tidak akan pernah," lanjut dia, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (18/12/2025).
Pernyataan Maduro menyusul pengumuman Trump tentang blokade terhadap kapal-kapal tanker minyak yang dikenai sanksi, yang membawa minyak mentah Venezuela ke negara pembeli. Trump telah menyebut pemerintah di Caracas sebagai “organisasi teroris asing” dan menuduhnya “mencuri” minyak AS dan aset lainnya.
“Venezuela sepenuhnya dikelilingi oleh armada terbesar yang pernah dikumpulkan dalam sejarah Amerika Selatan. Armada ini hanya akan semakin besar, dan guncangan yang akan mereka alami akan sangat dahsyat—sampai mereka mengembalikan kepada Amerika Serikat semua minyak, tanah, dan aset lain yang sebelumnya mereka curi dari kita,” kata Trump pada hari Selasa.
Pemimpin Venezuela itu menegaskan bahwa perdagangan dan ekspor minyak negara itu akan terus berlanjut, dengan alasan bahwa hukum internasional dan Piagam PBB melindungi kebebasan navigasi dan perdagangan. “Ini bukan waktunya untuk bajak laut atau pembajakan,” kata Maduro.
Dia mengatakan kekayaan Venezuela sepenuhnya milik rakyatnya, dengan merujuk pada pemimpin kemerdekaan Simon Bolivar dan konstitusi negara tersebut.
Maduro juga memperingatkan bahwa eskalasi AS merupakan apa yang disebutnya sebagai “diplomasi barbarisme", yang kontras dengan penghormatan terhadap hukum internasional dan hidup berdampingan secara damai.
Maduro mengatakan Venezuela memiliki hak hukum dan kekuatan politik untuk membela diri, sambil mengeklaim dukungan dari “rakyat dunia". Dalam seruan regional, dia meminta Kolombia dan angkatan bersenjatanya untuk menolak intervensi militer asing dan menjunjung tinggi apa yang dia gambarkan sebagai visi persatuan Bolivar.
Dia bersumpah bahwa Venezuela akan mempertahankan kedaulatannya. “Dengan kekuatan, dengan kebenaran, dan dengan cinta akan perdamaian," kata Maduro.
Berbicara dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Rabu, Maduro mengatakan AS berusaha memaksakan "pemerintahan boneka" di Caracas. "Yang tidak akan bertahan bahkan 47 jam," katanya.
Dia menggambarkan kampanye tekanan yang dilancarkan oleh Presiden AS Donald Trump sebagai "penghasutan perang" dan bertujuan untuk merebut konstitusi, kedaulatan, dan kekayaan alam Venezuela.
Baca Juga: Trump Akui AS Berupaya Rebut Minyak dan Tanah dari Venezuela
“Mereka menginginkan perubahan rezim di Venezuela untuk memaksakan pemerintahan boneka yang akan menyerahkan konstitusi, kedaulatan, dan semua kekayaan kita serta mengubah negara ini menjadi koloni,” kata Maduro.
“Itu tidak akan terjadi—tidak akan pernah," lanjut dia, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (18/12/2025).
Pernyataan Maduro menyusul pengumuman Trump tentang blokade terhadap kapal-kapal tanker minyak yang dikenai sanksi, yang membawa minyak mentah Venezuela ke negara pembeli. Trump telah menyebut pemerintah di Caracas sebagai “organisasi teroris asing” dan menuduhnya “mencuri” minyak AS dan aset lainnya.
“Venezuela sepenuhnya dikelilingi oleh armada terbesar yang pernah dikumpulkan dalam sejarah Amerika Selatan. Armada ini hanya akan semakin besar, dan guncangan yang akan mereka alami akan sangat dahsyat—sampai mereka mengembalikan kepada Amerika Serikat semua minyak, tanah, dan aset lain yang sebelumnya mereka curi dari kita,” kata Trump pada hari Selasa.
Pemimpin Venezuela itu menegaskan bahwa perdagangan dan ekspor minyak negara itu akan terus berlanjut, dengan alasan bahwa hukum internasional dan Piagam PBB melindungi kebebasan navigasi dan perdagangan. “Ini bukan waktunya untuk bajak laut atau pembajakan,” kata Maduro.
Dia mengatakan kekayaan Venezuela sepenuhnya milik rakyatnya, dengan merujuk pada pemimpin kemerdekaan Simon Bolivar dan konstitusi negara tersebut.
Maduro juga memperingatkan bahwa eskalasi AS merupakan apa yang disebutnya sebagai “diplomasi barbarisme", yang kontras dengan penghormatan terhadap hukum internasional dan hidup berdampingan secara damai.
Maduro mengatakan Venezuela memiliki hak hukum dan kekuatan politik untuk membela diri, sambil mengeklaim dukungan dari “rakyat dunia". Dalam seruan regional, dia meminta Kolombia dan angkatan bersenjatanya untuk menolak intervensi militer asing dan menjunjung tinggi apa yang dia gambarkan sebagai visi persatuan Bolivar.
Dia bersumpah bahwa Venezuela akan mempertahankan kedaulatannya. “Dengan kekuatan, dengan kebenaran, dan dengan cinta akan perdamaian," kata Maduro.
(mas)