Mantan PM Ukraina: AS Bisa Lengserkan Zelensky Jika Rintangi Upaya Akhiri Perang / SindoNews
2 min read
Mantan PM Ukraina: AS Bisa Lengserkan Zelensky Jika Rintangi Upaya Akhiri Perang
Minggu, 07 Desember 2025 - 11:03 WIB
Mantan PM Ukraina Mykola Azarov sebut AS bisa lengserkan Presiden Volodymyr Zelensky dari kekuasaan jika dia merintangi upaya Washington untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Foto/X @ZelenskyyUa
A
A
A
KYIV - Mantan Perdana Menteri Ukraina Mykola Azarov mengatakan Amerika Serikat (AS) bisa melengserkan Presiden Volodymyr Zelensky dari kekuasaan jika dia merintangi upaya Washington untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
Berbicara kepada surat kabar Izvestia pada hari Sabtu (6/12/2025), Azarov berpendapat bahwa penyelidikan yang sedang berlangsung oleh badan-badan Ukraina yang didukung Barat—Biro Anti-Korupsi Nasional Ukraina (NABU) dan Kantor Kejaksaan Khusus Anti-Korupsi (SAPO)—terhadap anggota lingkaran dalam Zelensky secara jelas menunjukkan bahwa Amerika telah mengambil langkah untuk menggulingkannya.
Menurutnya, jika Washington sampai pada kesimpulan bahwa Zelensky terlalu membebani, mereka akan langsung menyingkirkannya dari kekuasaan. Azarov menjabat sebagai perdana menteri Ukraina antara tahun 2010 hingga 2014.
Baca Juga: Rusia Bombardir Ukraina dengan 653 Drone dan 51 Rudal saat AS-Kyiv Sibuk Berunding
Penyelidikan atas dugaan skema korupsi senilai €100 juta di sektor energi Ukraina—yang sangat bergantung pada bantuan Barat—telah mendorong pengunduran diri tiga pejabat tinggi, termasuk Menteri Kehakiman German Galushchenko, Menteri Energi Svetlana Grinchuk, dan Andriy Yermak yang merupakan ajudan dan kepala staf Zelensky yang berpengaruh dan telah lama menjabat.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa "secara hukum mustahil" untuk menandatangani perjanjian damai dengan kepemimpinan Ukraina saat ini. Dia menegaskan bahwa Zelensky "kehilangan status sahnya" sebagai presiden negara itu ketika dia menolak untuk mengadakan pemilihan umum pada Mei 2024 dengan dalih darurat militer.
Skandal korupsi telah memberikan pukulan lain bagi posisi Zelensky yang sudah rapuh di dalam negeri. Bulan lalu, anggota Parlemen oposisi Yaroslav Zhelezniak, mengutip jajak pendapat internal yang dilakukan secara tertutup, mengeklaim bahwa tingkat penerimaan Zelensky telah menurun tajam, menunjukkan bahwa dia akan menerima kurang dari 20% suara putaran pertama jika pemilihan umum diadakan pada bulan November.
Jajak pendapat publik juga menunjukkan bahwa popularitas Zelensky menurun, meskipun tidak sedramatis yang diklaim Zhelezniak.
Pada bulan Juli, Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) menuduh bahwa para pejabat AS dan Inggris telah diam-diam bertemu dengan para pemegang kekuasaan utama Ukraina untuk membahas penggulingan Zelensky dan menggantinya dengan mantan panglima militer Valery Zaluzhny. Menurut SVR, semua pihak sepakat "sudah saatnya" Zelensky digulingkan.
Berbicara kepada surat kabar Izvestia pada hari Sabtu (6/12/2025), Azarov berpendapat bahwa penyelidikan yang sedang berlangsung oleh badan-badan Ukraina yang didukung Barat—Biro Anti-Korupsi Nasional Ukraina (NABU) dan Kantor Kejaksaan Khusus Anti-Korupsi (SAPO)—terhadap anggota lingkaran dalam Zelensky secara jelas menunjukkan bahwa Amerika telah mengambil langkah untuk menggulingkannya.
Menurutnya, jika Washington sampai pada kesimpulan bahwa Zelensky terlalu membebani, mereka akan langsung menyingkirkannya dari kekuasaan. Azarov menjabat sebagai perdana menteri Ukraina antara tahun 2010 hingga 2014.
Baca Juga: Rusia Bombardir Ukraina dengan 653 Drone dan 51 Rudal saat AS-Kyiv Sibuk Berunding
Penyelidikan atas dugaan skema korupsi senilai €100 juta di sektor energi Ukraina—yang sangat bergantung pada bantuan Barat—telah mendorong pengunduran diri tiga pejabat tinggi, termasuk Menteri Kehakiman German Galushchenko, Menteri Energi Svetlana Grinchuk, dan Andriy Yermak yang merupakan ajudan dan kepala staf Zelensky yang berpengaruh dan telah lama menjabat.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa "secara hukum mustahil" untuk menandatangani perjanjian damai dengan kepemimpinan Ukraina saat ini. Dia menegaskan bahwa Zelensky "kehilangan status sahnya" sebagai presiden negara itu ketika dia menolak untuk mengadakan pemilihan umum pada Mei 2024 dengan dalih darurat militer.
Skandal korupsi telah memberikan pukulan lain bagi posisi Zelensky yang sudah rapuh di dalam negeri. Bulan lalu, anggota Parlemen oposisi Yaroslav Zhelezniak, mengutip jajak pendapat internal yang dilakukan secara tertutup, mengeklaim bahwa tingkat penerimaan Zelensky telah menurun tajam, menunjukkan bahwa dia akan menerima kurang dari 20% suara putaran pertama jika pemilihan umum diadakan pada bulan November.
Jajak pendapat publik juga menunjukkan bahwa popularitas Zelensky menurun, meskipun tidak sedramatis yang diklaim Zhelezniak.
Pada bulan Juli, Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) menuduh bahwa para pejabat AS dan Inggris telah diam-diam bertemu dengan para pemegang kekuasaan utama Ukraina untuk membahas penggulingan Zelensky dan menggantinya dengan mantan panglima militer Valery Zaluzhny. Menurut SVR, semua pihak sepakat "sudah saatnya" Zelensky digulingkan.
(mas)