Mengenal Straight-Pull: Fitur Senjata Legal yang Dipakai Pelaku Teror Bondi Australia - SindoNews
4 min read
Mengenal Straight-Pull: Fitur Senjata Legal yang Dipakai Pelaku Teror Bondi Australia
views:
Senjata yang dijual legal untuk olahraga dan berburu memiliki kecepatan mematikan setara senjata militer. Foto: ist
AUSTRALIA - Langit Bondi yang cerah pada hari Minggu itu seketika berubah menjadi kelabu, tercabik oleh suara letusan yang berulang, cepat, dan mematikan.
Dalam rekaman video yang beredar, teror itu tidak datang dari senjata selundupan atau pasar gelap, melainkan muncul dari laras senjata yang dibeli secara sah, dimiliki dengan lisensi resmi, dan dioperasikan dengan presisi mengerikan.
Di sana, di tengah kerumunan yang panik, Sajid Akram, 50, dan putranya, Naveed Akram, 24, menggunakan senjata legal untuk memuntahkan peluru dengan kecepatan yang nyaris menyamai senapan serbu militer.
Polisi New South Wales (NSW) memang belum merilis secara resmi jenis senjata yang digunakan.
Dr. John Coyne, Direktur Program Keamanan Nasional di Australian Strategic Policy Institute (ASPI), mengungkapkan bahwa para tersangka menggunakan senapan berdaya tinggi dengan sistem bolt-action (kokang) serta shotgun.
Yang membuat publik terhenyak bukanlah jenis pelurunya, melainkan mekanismenya. Senjata itu memiliki fitur straight-pull bolt action atau kokangan tarik-lurus.
Inovasi teknis ini memungkinkan Sajid dan Naveed menembak, mengisi ulang, dan menembak lagi dalam hitungan detik.
Dalam rekaman video yang beredar, teror itu tidak datang dari senjata selundupan atau pasar gelap, melainkan muncul dari laras senjata yang dibeli secara sah, dimiliki dengan lisensi resmi, dan dioperasikan dengan presisi mengerikan.
Di sana, di tengah kerumunan yang panik, Sajid Akram, 50, dan putranya, Naveed Akram, 24, menggunakan senjata legal untuk memuntahkan peluru dengan kecepatan yang nyaris menyamai senapan serbu militer.
Polisi New South Wales (NSW) memang belum merilis secara resmi jenis senjata yang digunakan.
Dr. John Coyne, Direktur Program Keamanan Nasional di Australian Strategic Policy Institute (ASPI), mengungkapkan bahwa para tersangka menggunakan senapan berdaya tinggi dengan sistem bolt-action (kokang) serta shotgun.
Yang membuat publik terhenyak bukanlah jenis pelurunya, melainkan mekanismenya. Senjata itu memiliki fitur straight-pull bolt action atau kokangan tarik-lurus.
Inovasi teknis ini memungkinkan Sajid dan Naveed menembak, mengisi ulang, dan menembak lagi dalam hitungan detik.
Celah Pasar: Menjual Kecepatan di Balik Aturan
Sajid Akram diketahui memiliki enam pucuk senjata api secara legal dan terdaftar sebagai anggota klub menembak. Namun, "legal" bukan berarti tidak berbahaya. "Ini adalah tren global, mereka dirancang dan dibuat di mana-mana," ujar Coyne.
Namun, di Australia, popularitas senjata ini meledak karena alasan pragmatis: pasar membutuhkan pengganti.
Ketika pemerintah menutup pintu bagi senjata semi-otomatis, pabrikan senjata memberikan alternatif lewat mekanisme straight-pull.
Mekanisme ini sederhana namun efisien. Naveed, sang anak, terlihat fasih dalam video tersebut.
Setelah satu peluru dimuntahkan, penembak hanya perlu menarik tuas lurus ke belakang dalam satu gerakan cepat untuk mengisi peluru berikutnya. Tidak perlu memutar tuas seperti senapan lama. Gerakan ini begitu cair sehingga jeda antar-tembakan menjadi sangat singkat.
Brian Kimber, ahli senjata dan veteran militer Amerika Serikat, bahkan menyebut bahwa kemahiran ini bisa dipelajari dari rumah.
"Saya bisa membuat Anda memutar kokangan seperti itu dalam beberapa hari saja, gampang sekali," tulisnya di media sosial X, menyindir betapa mudahnya senjata ini dimanipulasi.
Namun, di Australia, popularitas senjata ini meledak karena alasan pragmatis: pasar membutuhkan pengganti.
Ketika pemerintah menutup pintu bagi senjata semi-otomatis, pabrikan senjata memberikan alternatif lewat mekanisme straight-pull.
Mekanisme ini sederhana namun efisien. Naveed, sang anak, terlihat fasih dalam video tersebut.
Setelah satu peluru dimuntahkan, penembak hanya perlu menarik tuas lurus ke belakang dalam satu gerakan cepat untuk mengisi peluru berikutnya. Tidak perlu memutar tuas seperti senapan lama. Gerakan ini begitu cair sehingga jeda antar-tembakan menjadi sangat singkat.
Brian Kimber, ahli senjata dan veteran militer Amerika Serikat, bahkan menyebut bahwa kemahiran ini bisa dipelajari dari rumah.
"Saya bisa membuat Anda memutar kokangan seperti itu dalam beberapa hari saja, gampang sekali," tulisnya di media sosial X, menyindir betapa mudahnya senjata ini dimanipulasi.
Harganya Rp27 Juta

Pabrikan senjata tidak malu-malu menjual fitur "kecepatan" ini sebagai nilai jual utama. Salah satu model yang menjadi sorotan adalah senapan straight-pull bolt-action buatan Beretta.
Di pasaran Australia, senjata ini dibanderol mulai dari AUD2.600 (Rp27.200.000).
Dalam situs web resminya di Australia, Beretta mempromosikan senjata ini dengan kalimat yang kini terdengar mengerikan: "Menjamin kecepatan, akurasi, presisi, keamanan, dan kemudahan penggunaan yang maksimal, dari tarikan pelatuk pertama hingga kelancaran pengisian ulang."
Mereka menyebut senjata ini sebagai "senjata modular modern yang serbaguna", yang merangkum pengalaman Beretta di dunia militer dan sipil. Sayangnya, "pengalaman militer" itulah yang kini diterapkan untuk menembaki warga sipil tak berdosa di Bondi.
Di New South Wales, senjata mematikan ini kemungkinan besar masuk dalam klasifikasi "Kategori B"—kelompok untuk senapan lever-action dengan kapasitas magasin tidak lebih dari lima peluru. Izin kepemilikannya pun beragam, mulai dari alasan olahraga, menembak target, hingga alasan pertanian atau "produksi primer".
"Alasan yang sering digunakan orang adalah mereka ingin menembak sekawanan hewan, butuh tembakan ganda, tembakan cepat," kata Coyne menjelaskan rasionalisasi di balik izin tersebut. Sebuah alasan logis di peternakan terpencil, namun menjadi malapetaka ketika dibawa ke jantung kota.
Profesor kriminologi dari Universitas Deakin, David Bright, mengatakan, jumlah pemilik lisensi senjata di Australia telah berkurang separuh sejak 1996. Tapi, jumlah senjata api yang beredar justru mencapai rekor tertinggi.
Laporan terbaru dari Australia Institute mencatat ada 4 juta pucuk senjata yang kini dimiliki warga sipil di seluruh Australia. Angka ini melonjak 25 persen dibandingkan 30 tahun lalu.
"Alasannya sederhana: pemilik berlisensi kini memiliki lebih banyak senjata daripada sebelumnya," kata Bright.
Di pasaran Australia, senjata ini dibanderol mulai dari AUD2.600 (Rp27.200.000).
Dalam situs web resminya di Australia, Beretta mempromosikan senjata ini dengan kalimat yang kini terdengar mengerikan: "Menjamin kecepatan, akurasi, presisi, keamanan, dan kemudahan penggunaan yang maksimal, dari tarikan pelatuk pertama hingga kelancaran pengisian ulang."
Mereka menyebut senjata ini sebagai "senjata modular modern yang serbaguna", yang merangkum pengalaman Beretta di dunia militer dan sipil. Sayangnya, "pengalaman militer" itulah yang kini diterapkan untuk menembaki warga sipil tak berdosa di Bondi.
Di New South Wales, senjata mematikan ini kemungkinan besar masuk dalam klasifikasi "Kategori B"—kelompok untuk senapan lever-action dengan kapasitas magasin tidak lebih dari lima peluru. Izin kepemilikannya pun beragam, mulai dari alasan olahraga, menembak target, hingga alasan pertanian atau "produksi primer".
"Alasan yang sering digunakan orang adalah mereka ingin menembak sekawanan hewan, butuh tembakan ganda, tembakan cepat," kata Coyne menjelaskan rasionalisasi di balik izin tersebut. Sebuah alasan logis di peternakan terpencil, namun menjadi malapetaka ketika dibawa ke jantung kota.
Profesor kriminologi dari Universitas Deakin, David Bright, mengatakan, jumlah pemilik lisensi senjata di Australia telah berkurang separuh sejak 1996. Tapi, jumlah senjata api yang beredar justru mencapai rekor tertinggi.
Laporan terbaru dari Australia Institute mencatat ada 4 juta pucuk senjata yang kini dimiliki warga sipil di seluruh Australia. Angka ini melonjak 25 persen dibandingkan 30 tahun lalu.
"Alasannya sederhana: pemilik berlisensi kini memiliki lebih banyak senjata daripada sebelumnya," kata Bright.

Mitos bahwa senjata api hanya ada di pedesaan pun runtuh. Laporan tersebut menemukan fakta mengejutkan bahwa sepertiga dari 1,1 juta senjata di New South Wales justru tersimpan di kota-kota besar seperti Sydney, Newcastle, dan Wollongong. Gudang senjata itu kini berada di sebelah rumah warga kota, bukan di ladang pertanian.
Perdana Menteri Anthony Albanese pada Senin lalu telah mengusulkan pembatasan jumlah senjata yang boleh dimiliki satu orang. Namun, Profesor Madya Andrew Hemming, spesialis hukum pidana dari Universitas Southern Queensland, menilai langkah itu saja tidak cukup.
Generasi baru senjata dengan pengisian cepat ini harus dilihat dengan kacamata baru.
Hukum kontrol senjata di Australia, menurut Hemming, telah menderita karena kurangnya perhatian. Aturan antar-negara bagian tidak konsisten dan lambat berevolusi mengikuti teknologi senjata yang kian canggih.
"Aturan ini seperti benang kusut... dan perlahan-lahan mulai terurai. Ini adalah panggilan bangun tidur bagi publik Australia," tegas Hemming.
(dan)