Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Bencana Featured Langsa Lintas Peristiwa Spesial

    Pemerintah Dinilai Lambat, Warga Langsa Hadapi Krisis Makanan Pascabencana - NU Online

    4 min read

     

    Pemerintah Dinilai Lambat, Warga Langsa Hadapi Krisis Makanan Pascabencana

    NU Online  ·  Kamis, 4 Desember 2025 | 15:00 WIB


    Warga Langsa di tengah banjir beberapa waktu lalu. (Foto: dok Yogi Febriandi)

    Rikhul Jannah

    Langsa, NU Online

    Memasuki hari kedelapan pascabanjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Aceh sejak Rabu (26/11/2025), warga Kota Langsa mulai mempertanyakan peran pemerintah daerah dalam penanganan bencana. Salah satu warga, Yogi Febriandi, menilai pemerintah terlambat hadir sehingga memperburuk kondisi masyarakat yang terisolasi selama beberapa hari.


    Menurutnya, sejak hari pertama banjir, warga Langsa bertahan hanya dengan pola “warga bantu warga” karena akses menuju permukiman terputus hingga Selasa (2/12/2025).


    "Bantuan baru datang kemarin, Rabu. Kota kami sempat seperti dinyatakan hilang karena pemerintah tidak hadir membantu," ujarnya kepada NU Online, Kamis (4/12/2025).

    Baca Juga

    Akses Terbatas Tak Halangi Tim NU Peduli Sumbar Salurkan Bantuan untuk Warga


    Yogi juga menyayangkan absennya Wali Kota dan Wakil Wali Kota Langsa di tengah situasi darurat.


    "Warga kecewa karena wali kota dan wakil wali kota tidak hadir memberi bantuan, baik makanan maupun membersihkan pascabanjir. Edaran bencana saja tidak ada. Kami justru tahu status bencana dari provinsi, bukan wali kota. Sekda juga tidak terlihat bergerak membantu. Kami sangat kecewa," tegasnya.


    Di tengah minimnya dukungan pemerintah, solidaritas masyarakat menjadi penopang utama. Rumah-rumah yang berada di dataran lebih tinggi dijadikan tempat mengungsi bagi warga yang rumahnya terendam.


    "Kami benar-benar menerapkan sistem warga bantu warga, memberi makanan, kebutuhan popok bayi, hingga listrik," katanya.


    Penggerak Gusdurian Aceh tersebut menjelaskan banjir besar dipicu curah hujan tinggi sejak Selasa (25/11/2025), yang menyebabkan jaringan telepon dan internet mati hingga hari ketiga. Kondisi diperparah oleh jebolnya salah satu tanggul sungai.

    Baca Juga

    Sepekan Tanpa Layanan Medis, Warga Pidie Jaya Mulai Sakit Termasuk Anak-Anak


    "Ini yang membuat banjir sampai ke atap rumah, karena tanggulnya jebol," ujarnya.


    Krisis pangan juga terjadi. Hingga hari kelima, persediaan makanan di warung habis dan harga sejumlah bahan pokok melonjak drastis.


    "Harga telur yang biasanya Rp50 ribu, karena ada pedagang nakal naik sampai Rp100 ribu," ungkapnya.


    Antrean panjang juga terjadi di SPBU akibat pembatasan pembelian BBM, Rp20 ribu untuk motor dan Rp100 ribu untuk mobil, serta tingginya kedatangan warga dari daerah terdampak lain.


    "Kami tidak masalah warga dari kota sebelah datang, karena sama-sama terdampak. Tapi yang kami sayangkan, pemerintah tidak hadir. Bahkan baru hari ke-6 bantuan muncul, itu pun belum semua kebagian, jadi banyak warga masih kelaparan," tuturnya.

    Baca Juga

    PCNU Padang Pariaman Salurkan Bantuan Hasil Donasi dari Warga untuk Warga

    Yogi menyebutkan bahwa di Langsa terdapat dua korban meninggal akibat bencana banjir, serta banyak warga jatuh sakit karena kurang makan. Kerusakan rumah bervariasi dari ringan hingga sedang, sementara rumah yang berada dekat bibir sungai mengalami kerusakan parah dan masih terendam sehingga belum dapat dihuni.

    “Memang tidak banyak yang meninggal, tapi ada yang meninggal karena banjir. Sebagian besar sakit karena kurang makan. Rumah banyak yang rusak ringan dan sedang,” jelasnya.


    Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id.

    Komentar
    Additional JS