Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Bencana Featured Lintas Peristiwa Pasaman Barat Sawit Spesial Sumatera

    Warga Pasaman Barat Ungkap Banjir Terjadi Akibat Tanggul Jebol dan Alih Fungsi Lahan Jadi Kebun Sawit - NU Online

    4 min read

     

    Warga Pasaman Barat Ungkap Banjir Terjadi Akibat Tanggul Jebol dan Alih Fungsi Lahan Jadi Kebun Sawit

    NU Online  ·  Kamis, 4 Desember 2025 | 15:30 WIB


    Banjir di Pasaman Barat. (Foto: dok. warga)

    Rikhul Jannah

    Jakarta, NU Online

    Warga di Tanjung Pangka, Lingkuang Aua Hilia, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat, Ieka Ratna Hayati mengungkapkan bahwa banjir besar yang merendam kawasan mereka bukan hanya akibat curah hujan tinggi, tetapi diperparah oleh rusaknya tanggul sungai serta peralihan fungsi lahan resapan air menjadi perkebunan sawit.


    Ia menjelaskan bahwa banjir besar yang menghantam permukiman mereka bersumber dari dua aliran sungai.


    “Penyebab banjir di tempat tinggal saya akibat aliran sungai dari Batang Saman dan Tanjung Pangkal yang aliran ke perkebunan sawit kami. Jadi kalau air banjir dari sungai itu surut alirannya membesar ke tempat kami. Benar ada tanggul yang rusak akibat banjir tersebut,” ujarnya kepada NU Online, Kamis (4/12/2025).

    Baca Juga

    Gerakan Nurani Bangsa Desak Pemerintah Tetapkan Bencana Nasional atas Banjir dan Longsor di Sumatra


    Menurutnya, air setinggi sekitar dua meter memasuki rumah-rumah warga, merendam perabot penting seperti lemari, televisi, kulkas, dan mesin cuci. Sementara akses jalan tidak dapat dilewati akibat tingginya genangan.


    “Selama seminggu listrik padam, akibat banjir ada sembilan tiang listrik yang berjatuhan dan rusak,” katanya.


    Namun, persoalan tidak berhenti pada kerusakan fisik. Warga mengaku tidak mendapatkan bantuan pada hari-hari awal bencana.


    “Selama banjir, hari pertama dan kedua kami tidak mendapatkan bantuan bahan pangan, penerangan, terpal, dan juga obat-obatan. Kami yang tinggal dan tidak mendapatkan bantuan sama sekali, bahkan minta dievakuasi tidak dapat apa pun,” ungkap Ratna.

    Baca Juga

    Amnesty Desak Pemerintah Tetapkan Darurat Nasional Banjir Sumatra


    Ia juga menyoroti keputusan pimpinan perusahaan PT Gersindo, pemilik lahan tempat warga bermukim, yang menolak masuknya tim Basarnas ke lokasi pada hari kedua banjir.


    “Pimpinan menolak Basarnas masuk untuk mengevakuasi kami ke tempat yang lebih aman. Karena pimpinan pun untuk masuk dan memberi bantuan pun tidak bisa karna air yang deras dan tinggi,” tegasnya.


    Ratna menjelaskan bahwa sebanyak 130 kepala keluarga bertahan di jalan setinggi 10 meter di atas permukiman. Mereka mengumpulkan bahan pangan seadanya dan hanya memakai dua terpal yang tersedia. Bantuan baru datang pada hari keempat, yang menurut warga tidak memadai.


    “Hari keempat baru pimpinan (perusahaan PT Gersindo) memberi bantuan dengan beras satu tekong per kartu keluarga, Indomie satu buah, telur satu buah,” katanya.


    Ia berharap pemerintah turun tangan lebih tegas dalam penanganan bencana, terutama dalam pengambilan keputusan evakuasi dan distribusi bantuan.

    Baca Juga

    Dampak Bencana Aceh-Sumatra: Warga Butuh Makanan Siap Saji hingga Peralatan Rumah Tangga


    “Tanggapan saya untuk pemerintah lebih bertindak tegas lagi jika memang harus ada yang dievakuasi jangan dengarkan banyak pendapat sesuai kan dengan kondisi karena banyak nyawa juga yang butuh bantuan,” ujarnya.


    Ratna juga mendesak agar pemerintah memastikan bantuan pangan, perlengkapan penerangan, dan fasilitas pengungsian tersedia tanpa hambatan.


    “Karena semua butuh tindakan apalagi masalah bencana bukan hanya berbicara saja,” pungkasnya.


    Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: https://filantropi.nu.or.id/galang-dana/yuk-bantu-korban-bencana-di-indonesia

    Baca Juga

    Komentar
    Additional JS