Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Ojek Online Spesial

    Pilihan Berat Nia Ojol: Antara Gelar Sarjana dan Kasih Sayang Anak - Kompas

    4 min read

     

    Pilihan Berat Nia Ojol: Antara Gelar Sarjana dan Kasih Sayang Anak

    Kompas.com, 5 Desember 2025, 14:46 WIB

    JAKARTA, KOMPAS.com — Di tengah hiruk-pikuk Jakarta, Nia (34) menapaki hari-harinya sebagai driver ojek online (ojol).

    Setiap putaran roda motornya membawa cerita tentang pengorbanan, cinta, dan mimpi yang harus ia simpan sementara.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Kesempatan pernah mengetuk pintu kehidupannya.

    Nia mendapat tawaran melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan dari universitas swasta setelah mengikuti tes khusus bagi driver ojol.

    Momen Prabowo dan Gibran Hadiri HUT Golkar, Jalan Beriringan Puan

    “Ya sudah, aku cobalah, datang tes ke universitasnya. Eh, aku lulus tes,” kenangnya, saat ditemui Kompas.com di kediamannya di Jakarta Selatan, Senin (1/12/2025).

    Bahagia menyelimuti hatinya. Sejak lama, ia ingin menyandang gelar sarjana.

    Tapi kenyataan menuntutnya berbeda. Setelah lulus sekolah, Nia langsung bekerja demi menopang ekonomi keluarga yang sempat terpuruk karena perubahan mata pencaharian ayahnya.

    Nia pernah bekerja di beberapa perusahaan, termasuk perusahaan mobil ternama.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Namun, ia berhenti karena alasan pribadi yang tak bisa diungkapkan. Akhirnya, jalan sebagai driver ojol menjadi pilihan.

    “Ujung-ujungnya ojol-ojol juga, tapi enak kok ojol,” ujarnya.

    Langkah menuju gelar sarjana hampir dalam genggaman.

    Biaya perkuliahan terbilang terjangkau yakni Rp 650.000 untuk delapan semester.

    Memilih menyalurkan perhatian ke anak

    Namun anak-anaknya masih kecil, dan tak ada yang bisa menyalurkan perhatian yang ia ingin berikan sepenuhnya.

    Mimpi mendapat gelar sarjana itu pun harus Nia kubur sementara.

    Orangtuanya tinggal jauh di Riau, dan tanpa mereka, anak-anaknya akan kehilangan perhatian yang ia anggap paling berharga.

    “Padahal pengen banget. Anakku kan tiga ya, lagi butuh-butuhnya (perhatian) ini kelas 3 SMP sama kelas 5 SD,” katanya.

    Kini, Nia menumpahkan seluruh tenaganya untuk membahagiakan anak-anaknya, memastikan mereka bisa menempuh pendidikan setinggi mungkin.

    “Anakku semua wajib kuliah. Insya Allah saya mampu, masih mampu mencari uang untuk mereka dapetin gelar,” tegasnya.

    Mimpi masa kecil Nia untuk menjadi penegak hukum kini ditempatkan pada anak-anaknya.

    Ia ingin mereka menjadi abdi negara, hidup terjamin hingga usia senja, berbeda dari perjuangan yang dilalui.

    Jika kelak anak-anaknya sudah mandiri, Nia tak ragu untuk mengejar mimpinya sendiri lagi.

    “Oh pasti, aku mau, walaupun sudah tua, ya,” katanya.

    Meskipun berprofesi ojol, Nia tetap bisa memenuhi kebutuhan anak-anaknya: dari ponsel, laptop, hingga biaya sekolah.

    Ia bangga, karena perjuangan itu terlihat langsung dalam kehidupan anak-anaknya.

    “Jadi aku sangat bangga banget sama pekerjaan ini. Enggak nyesel jadi ojol,” ungkapnya.

    Nia pun menyeimbangkan waktu antara bekerja dan hadir untuk anak-anaknya. Ia hanya mengambil pesanan di wilayah Mampang Prapatan, dekat rumahnya.

    (Reporter: Hanifah Salsabila | Editor: Faieq Hidayat)

    Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang
    Komentar
    Additional JS