Profil Eks Menlu Malaysia yang Sentil Tito Karnavian Buntut Statement Bantuan Bencana Sumatra - Tribunnews.
Profil Eks Menlu Malaysia yang Sentil Tito Karnavian Buntut Statement Bantuan Bencana Sumatra - Tribunnews.com
Ringkasan Berita:
- Mantan Menteri Luar Negeri Malaysia Tan Sri Rais Yatim menyentil Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri) Tito Karnavian terkait pernyataan soal bantuan bencana dari Malaysia untuk korban banjir Sumatra.
- Rais menyebut, pernyataan Tito Karnavian tidak sopan. Sehingga, Mantan Kapolri tersebut menurutnya harus bersekolah lagi.
- Profil Tan Sri Rais Yatim yang tak hanya menjabat menteri beberapa kali di Malaysia, tetapi juga pernah menjadi Yang Dipertua Dewan Negara atau Presiden Dewan Negara Malaysia.
TRIBUNNEWS.COM - Profil Mantan Menteri Luar Negeri Malaysia, Tan Sri Rais Yatim, yang menyentil Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri) Tito Karnavian terkait pernyataan soal bantuan bencana dari Malaysia untuk korban banjir bandang dan tanah longsor Sumatra.
Sebelumnya, Tito menanggapi bantuan obat-obatan dari Malaysia untuk korban banjir di Provinsi Aceh, saat menjadi tamu dalam podcast bertajuk Suara Lokal Mengglobal yang tayang di kanal YouTube Helmy Yahya Bicara pada Sabtu (13/12/2025).
Saat itu, tokoh yang pernah menjabat sebagai Kapolri pada 2016-2019 ini mengatakan, nilai bantuan dari Malaysia itu tak lebih dari Rp1 miliar atau hampir 60.000 dolar AS.
Menurutnya, bantuan tersebut nilainya jauh lebih kecil daripada anggaran yang disediakan Pemerintah RI.
Bahkan, Tito mewanti-wanti agar jangan sampai bantuan asing merusak citra Indonesia karena Indonesia memiliki kemampuan lebih besar untuk menangani bencana.
"Misalnya yang terekspos, saya langsung mendengar teman-teman di Aceh, dari Malaysia ada usaha ingin membantu obat-obatan," kata Tito.
"Setelah dikaji, berapa banyak obat-obatan yang dikirim, itu nilainya nggak sampai Rp1 miliar, kurang lebih Rp1 miliar."
"Negara kan kalau untuk Rp1 miliar kita cukup, kita punya anggaran yang jauh lebih besar daripada itu."
"Jadi jangan sampai nanti imej-nya seolah dapat bantuan dari negara lain, padahal (nilainya) nggak seberapa dibanding dengan kemampuan kita, (Indonesia) lebih dari itu."
Statement Tito Karnavian ini pun memantik kritikan tajam, tak hanya dari publik dalam negeri, tetapi juga warganet Malaysia, karena dinilai meremehkan bantuan dari negara lain.
Terbaru, Tan Sri Rais Yatim turut melontarkan kritikan yang menilai pernyataan Tito yang menyebut besaran bantuan Malaysia itu kecil adalah hal yang tidak sopan.
"Kita menerima secara dukacita reaksi Menteri Dalam Negeri rakan [teman, red] kita di seberang yang menyatakan bahawa sumbangan 60.000 USD itu bagi meringankan beban sangsara di Aceh dan di wilayah-wilayah lain diumumkan sebagai perkara kecil dan sumbangan yang tak berpatutan," kata Tan Sri Rais Yatim, dalam video yang viral beredar.
"Ini bukan berbudi bahasa sebenarnya."
Menurut Rais Yatim, bantuan sekecil apa pun harus dibalas terima kasih. Sehingga, ia pun menegur Tito untuk bersekolah dulu sebelum memberikan pernyataan.
"Apabila rakan ataupun jiran membantu banyak pun, jangankan sebut 60,000 USD, kalau RM60 pun disumbang oleh seseorang, harus berterima kasih," tutur Tan Sri Rais Yatim.
"Jadi, dengan kenyataan umum yang dibuat kepada dunia menunjukkan bahwa Malaysia menyumbang sedikit dalam bentuk 60.000 USD, menteri berkenaan harap bersekolah dulu dalam bentuk perkataan komunikasi atau bahasa kepada sesuatu jiran [tetangga, red.]."
Profil Tan Sri Rais Yatim
Rais Yatim merupakan politisi Malaysia dengan nama lengkap Dato' Seri Utama Dr Rais bin Yatim.
Mengutip laman Ministry of Foreign Affairs (Kementerian Luar Negeri) Malaysia kln.gov.my, Rais lahir pada 15 April 1942 di salah satu dari 14 negara bagian Malaysia, yakni Negeri Sembilan.
Ia memiliki istri bernama Datin Masnah Muhamat, dan dikaruniai empat orang anak.
Rais menguasai tiga bahasa, yakni Melayu, Inggris, dan Mandarin (Kanton).
Ia dikenal sebagai Menteri Kebudayaan, Seni, dan Warisan Malaysia pada periode 2004-2008
Lalu, Rais menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Malaysia pada periode 2008-2009 dan Menteri Informasi, Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia (2009-2013).
Selain itu, pria yang saat ini berusia 83 tahun tersebut pernah menduduki posisi sebagai Yang Dipertua Dewan Negara atau Presiden Dewan Negara Malaysia, sebuah majelis tinggi dari Parlemen Malaysia, di bawah kuasa monarki Yang di-Pertuan Agong ke-XVI Al-Sultan Abdullah.
Posisi tersebut ditempati Rais, yang terafiliasi Partai Pribumi Bersatu Malaysia (BERSATU), pada 2 September 2020 hingga 15 Juni 2023.
Soal riwayat pendidikan, Rais meraih gelar Sarjana Hukum atau Bachelor of Laws atau Legum Baccalaureus alias LL.B (Hons.) dari University of Singapore pada 1973.
Kemudian, ia memperoleh gelar Doktor Hukum atau Ph.D in Law pada 1994 dari King’s College, University of London dengan disertasi berjudul The rule of law and executive power in Malaysia: a study of executive supremacy.
Tak hanya ahli di bidang hukum, Rais juga merupakan guru bahasa spesialis yang berkualifikasi yang lulus dari Language Institute, Kuala Lumpur pada 1963, dengan spesialisasi mengajar Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris.
Bahkan, ia pernah mengajar Bahasa Melayu kepada anggota Korps Perdamaian Amerika Serikat di DeKalb, Illinois, dan Hawaii.
Setelah menempuh pendidikan di bidang hukum, Rais dikenal sebagai pengacara yang berkualifikasi dan mulai tergabung sebagai anggota Malaysian Bar atau Asosiasi Pengacara Malaysia pada 1973.
Ia pun mendirikan praktik hukum, Ram Rais and Partners, di Kuala Lumpur.
Karir politiknya bermula pada 1974, saat Rais ditunjuk oleh Perdana Menteri (PM) Malaysia yang kedua, Tun Abdul Razak, sebagai Sekretaris Parlemen di Kementerian Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga atau Setiausaha Parlimen Kementerian Kebudayaan, Belia, dan Sukan.
Ia memimpin gerakan anti-narkoba utama Malaysia pada 1976 dengan membentuk PEMADAM, Asosiasi Anti-Narkoba Nasional dan menjadi presidennya selama 11 tahun (1976-1987).
Sejak tahun 1976, Rais telah mengabdi di bawah semua Perdana Menteri Malaysia, seperti Tun Dr. Mahathir Mohamad, Tun Abdullah Ahmad Badawi, dan Datuk Seri Najib Tun Razak.
Ia menduduki berbagai jabatan, seperti Wakil Menteri Hukum atau Timbalan Menteri Undang-undang (1976-1977), Wakil Menteri Dalam Negeri atau Timbalan Menteri Dalam Negeri (1977-1978), Menteri Besar Negeri Sembilan (1978-1982), Menteri Pembangunan, Tanah, dan Wilayah (1982-1984), Menteri Informasi (1984-1986), Menteri Luar Negeri (1986-1987), dan Menteri di Departemen Perdana Menteri – portofolio hukum (1999-2004).
Dikutip dari Bernama, Rais juga menjabat sebagai Pengerusi Bersatu Negeri Sembilan.
Sejumlah karya Rais yang tercatat meliputi: Patterns of Anthropology (Translation – 1973), Faces in the Corridors of Power (1978), Executive Power and Rule of Law in Malaysia (1995), Zaman Beredar Pusaka Bergilir (2001), Jelebak Jelebu Corat-coret Anak Kampung (2005) dan Cabinet Governing in Malaysia (2006).
(Tribunnews.com/Rizki A.)