Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Keuangan Ringgit Malaysia Spesial

    Rahasia Ringgit Malaysia Jadi Mata Uang Terkuat Asia 2025, Rupiah Kapan Nyusul? - VIVA

    4 min read

     

    Rahasia Ringgit Malaysia Jadi Mata Uang Terkuat Asia 2025, Rupiah Kapan Nyusul? 

    Senin, 15 Desember 2025 - 13:11 WIB
    Oleh :
    Share :

    Jakarta, VIVA – Pergerakan mata uang kerap menjadi barometer kepercayaan pasar terhadap arah ekonomi sebuah negara. Baru-baru ini, Malaysia menjadi sorotan lantaran sepanjang 2025, ringgit menunjukkan performa yang menonjol di kawasan Asia. 

    Baca Juga :

    Bukan hanya menguat terhadap dolar Amerika Serikat, mata uang Negeri Jiran ini juga mencatatkan kinerja impresif terhadap mata uang regional lainnya. Optimisme terhadap prospek ekonomi, didukung oleh pemulihan ekspor dan derasnya arus investasi asing, menjadi fondasi utama penguatan ringgit.

    Pada Desember, ringgit Malaysia mencapai level terkuatnya dalam lebih dari empat tahun setelah menguat 0,5 persen terhadap dolar AS ke posisi 4,0860. Ini merupakan level tertinggi sejak Mei 2021. 

    Baca Juga :

    Secara kumulatif, sepanjang 2025 ringgit telah menguat lebih dari 9 persen terhadap dolar AS, menjadikannya mata uang dengan kinerja terbaik di Asia tahun ini. Penguatan juga terlihat terhadap dolar Singapura, di mana ringgit naik 0,4 persen menjadi 3,1671 per dolar Singapura pada pukul 17.08 waktu setempat. 

    Secara year to date, ringgit telah menguat 3,2 persen terhadap mata uang Singapura. Penguatan tersebut dinilai tidak terlepas dari fundamental ekonomi Malaysia yang semakin solid. Para analis melihat ringgit memiliki posisi yang kuat untuk terus mengungguli mata uang regional lainnya. 

    Baca Juga :

    Bendera Malaysia.

    Photo :

      “Fundamental ringgit yang kuat menempatkannya pada posisi terdepan untuk mengungguli mata uang regional lainnya,” tulis para analis Maybank, termasuk Saktiandi Supaat, sebagaimana dikutip dari The Straits Times, Senin, 15 Desember 2025.

      Mereka menilai kombinasi antara stabilitas ekonomi makro dan prospek pertumbuhan jangka menengah menjadi keunggulan utama Malaysia. Lebih jauh, sejumlah katalis turut memperkuat daya tarik ringgit di mata investor global. 

      Keberlanjutan siklus investasi, reformasi fiskal yang terus dijalankan pemerintah, serta munculnya Malaysia sebagai pusat data center regional dinilai memberikan dorongan struktural bagi perekonomian. Perkembangan sektor data center, khususnya, dipandang membuka peluang pertumbuhan baru seiring meningkatnya kebutuhan infrastruktur digital global.

      Di sisi lain, ekonomi Malaysia yang berbasis ekspor turut menikmati rebound permintaan global. Pemulihan ini membantu pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga melampaui ekspektasi pasar. Data yang dirilis pada 12 Desember silam menunjukkan output pabrik pada Oktober meningkat dengan laju tercepat sejak September 2022, menandakan aktivitas manufaktur yang semakin bergairah.

      Sentimen investor juga semakin membaik seiring mencairnya hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China, dua pasar ekspor terbesar Malaysia. Kondisi ini mendorong investor asing untuk meningkatkan eksposur mereka terhadap aset-aset Malaysia. 

      Pada November, dana global tercatat mengalir masuk ke obligasi Malaysia sebesar US$1,5 miliar atau setara Rp24,9 triliun, dengan asumsi kurs Rp16.600 per dolar AS. Nilai tersebut menjadi arus masuk terbesar dalam enam bulan terakhir, mencerminkan meningkatnya kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi dan pasar keuangan Malaysia.

      Dari sisi kebijakan moneter, bank sentral Malaysia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan tanpa perubahan hingga 2026. Proyeksi ini didasarkan pada survei ekonom Bloomberg. Stabilitas kebijakan suku bunga tersebut dinilai akan memberikan dukungan tambahan bagi ringgit, karena menciptakan kepastian bagi investor di tengah ketidakpastian global.

      Optimisme terhadap ringgit pun tidak berhenti pada 2025. Prospek mata uang ini dinilai masih menjanjikan hingga tahun depan. “Masih terdapat ruang bagi kinerja ringgit yang unggul di Asia emerging market hingga 2026, didukung oleh keterkaitan Malaysia dengan rantai pasok teknologi dan kuatnya investasi asing langsung,” tulis para analis Goldman Sachs Group, termasuk Danny Suwanapruti. 

      Kombinasi antara fundamental ekonomi yang kuat, peran strategis dalam siklus teknologi global, serta derasnya arus investasi asing, ringgit Malaysia dipandang memiliki pijakan yang kokoh untuk mempertahankan momentumnya.

      Komentar
      Additional JS