Sejarah Sambal Goreng Krecek, Warisan Kuliner Mataram Islam yang Masih Bertahan di Solo Raya - Tribunsolo
Sejarah Sambal Goreng Krecek, Warisan Kuliner Mataram Islam yang Masih Bertahan di Solo Raya - Tribunsolo.com
Ringkasan Berita:
- Krecek adalah olahan kulit sapi khas Jawa yang menjadi pendamping utama gudeg, memiliki sejarah panjang sejak era Mataram Islam.
- Diolah sebagai kerupuk rambak atau sambal goreng krecek berkuah santan dengan bumbu pedas-gurih dan tambahan kacang tolo, tahu, atau tempe.
- Jadi bagian tradisi kuliner Jogja–Solo dan kini populer kembali, termasuk di RM Adem Ayem Solo yang terkenal dengan kreceknya.
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Krecek atau kerecek merupakan salah satu kuliner tradisional Jawa yang lekat dengan hidangan khas Yogyakarta dan Solo, Jawa Tengah.
Di Solo dan Jogja, krecek dikenal sebagai pendamping gudeg.
Berbahan dasar kulit sapi, krecek memiliki sejarah panjang, cita rasa khas, serta posisi penting dalam tradisi kuliner Nusantara.
Asal-usul dan Sejarah Krecek
Dalam tradisi Jawa, krecek dikenal sebagai kulit sapi yang dikeringkan lalu diolah menjadi kerupuk kulit atau dimasak sebagai sambal goreng berkuah.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa keberadaan krecek mungkin setua gudeg, yang muncul pada era Mataram Islam sekitar tahun 1500-an, ketika prajurit membuka hutan Mentaok, kini wilayah Kotagede, Yogyakarta.
Sejak saat itu, krecek menjadi pasangan sejati gudeg dan menjadi bagian identitas kuliner masyarakat Yogyakarta.
Bahan utama krecek adalah kulit sapi yang telah dipotong kecil, dikeringkan, kemudian direbus hingga kenyal. Proses ini menghasilkan tekstur yang unik—perpaduan antara kenyal dan renyah.
Ada dua bentuk umum olahan krecek:
- Kerupuk rambak, yang digoreng dari kulit sapi kering.
- Sambal goreng krecek, yaitu kulit sapi kenyal yang dimasak dengan bumbu rempah dan kuah santan.
Keduanya dapat menjadi pendamping berbagai masakan, meski sambal goreng krecek lebih populer sebagai pasangan gudeg.
Ciri Khas Sambal Goreng Krecek
Sambal goreng krecek dikenal dengan kuah santan kental yang pedas gurih. Bumbu dasarnya meliputi:
- Bawang merah & bawang putih
- Cabai merah & cabai rawit
- Kemiri
- Daun salam
- Lengkuas
- Santan
Beberapa resep tradisional menambahkan kacang tolo, tahu, atau tempe agar cita rasanya semakin kaya dan teksturnya lebih beragam.
Rasa pedas, gurih, dan manis yang menyatu membuat krecek menjadi hidangan yang sangat menggugah selera, terutama jika disantap dengan nasi hangat dan gudeg.
Makna Budaya dan Tradisi
Bagi masyarakat Yogyakarta, sambal krecek bukan sekadar lauk.
Hidangan ini kerap hadir dalam acara adat, kenduri, hingga pernikahan.
Krecek sendiri dianggap melambangkan:
Popularitasnya kian meningkat, bahkan generasi muda pun mulai menggemarinya.
Banyak restoran modern menyajikan krecek dalam versi tradisional maupun inovatif.
Kini sambal krecek juga tersedia dalam kemasan siap saji.
Masakan tradisional ini berhasil bertahan dari perubahan zaman.
Kombinasi rasa autentik dan fleksibilitas dalam penyajian membuat sambal krecek digemari berbagai lapisan masyarakat.
Keberadaannya menjadi pengingat bahwa kuliner Nusantara sarat makna dan memiliki karakter kuat.
Upaya melestarikan sambal krecek bukan hanya soal mempertahankan cita rasa, tetapi juga menjaga identitas budaya kuliner Indonesia.
Rekomendasi Sambal Krecek di Solo
Bagi pencinta krecek di Solo, salah satu pilihan populer adalah Rumah Makan Adem Ayem yang menawarkan sambal goreng krecek lembut, pedas, dan kaya rasa.
Hidangan ini tersedia untuk makan di tempat maupun pesan antar melalui WhatsApp atau aplikasi transportasi online.
Di sini sambel kreceknya berasa gurih dan pedas.
Cocok untuk jadi pendamping gudeg dan nasi hangat.
Rumah Makan Adem Ayem
Lokasi : Jl. Slamet Riyadi No. 342, Surakarta.
WA: +62 811-2952-269
Buka setiap hari 06.00–20.30
Makanan di sini dijamin halal, selain itu ada fasilitas musala dan ruang meeting.
(*)