Seolah Siap Menembak, Jet Tempur China J-15 Mengunci Radar Pesawat Tempur Jepang - Tribunnews
Seolah Siap Menembak, Jet Tempur China J-15 Mengunci Radar Pesawat Tempur Jepang - Tribunnews.com
Ringkasan Berita:
- China–Jepang kembali tegang setelah jet tempur China J-15 dari kapal induk Liaoning mengunci radar pada pesawat F-15 Jepang di dekat Okinawa.
- Tindakan itu dikecam keras oleh Menteri Pertahanan Jepang Shinjiro Koizumi.
- Pemerintah Jepang dan Perdana Menteri Sanae Takaichi melayangkan protes resmi, sementara China menuduh Jepang melakukan intersepsi yang mengganggu dan membela latihan militernya.
TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan antara China dan Jepang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, terutama setelah pesawat tempur China mengunci radar (radar lock) pada sebuah jet tempur Jepang di Okinawa.
Mengutip Wikipedia, radar lock (atau radar lock-on) adalah kondisi ketika sistem radar berhasil mengunci dan mengikuti target tertentu secara otomatis.
Dalam konteks militer, terutama pada pesawat tempur, fire-control radar lock berarti radar senjata diarahkan langsung ke target, yang sering dianggap sebagai tanda ancaman serangan.
Menteri Pertahanan Jepang, Shinjiro Koizumi, mengecam keras insiden tersebut.
Dilansir Associated Press, Koizumi menyebut tindakan itu sangat disesalkan dan berbahaya, serta berada di luar batas yang diperlukan untuk operasi penerbangan yang aman.
“Kami telah menyampaikan protes keras kepada pihak China dan menuntut tindakan pencegahan yang ketat,” ujar Koizumi.
Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan bahwa pesawat militer China J-15 lepas landas dari kapal induk Liaoning di dekat Pulau Okinawa, Jepang, pada Sabtu (6/12/2025).


Pesawat itu secara berkala mengunci radarnya pada jet tempur F-15 Jepang: dua kali pada hari yang sama, sekitar tiga menit pada sore hari dan sekitar 30 menit pada malam hari.
Tidak dijelaskan apakah insiden penguncian radar tersebut dilakukan oleh pesawat J-15 yang sama pada kedua kesempatan.
Jet-jet tempur Jepang telah dikerahkan untuk membayangi pesawat-pesawat China yang melakukan latihan lepas landas dan mendarat di kawasan Pasifik.
Mereka mengikuti pesawat China dari jarak aman dan tidak melakukan tindakan yang dapat dianggap sebagai provokasi, menurut laporan Kyodo News yang mengutip pejabat pertahanan, ketika penguncian radar terjadi.
Tidak ada pelanggaran wilayah udara Jepang, dan tidak ada cedera atau kerusakan yang dilaporkan akibat insiden tersebut.
Respons China, Jepang, dan Australia
Juru bicara angkatan laut China, Kolonel Senior Wang Xuemeng, membela latihan penerbangan China di dekat Pulau Miyako pada hari Sabtu itu.
Ia mengatakan bahwa China telah mengumumkan latihan tersebut sebelumnya dan justru menuduh pesawat Jepang melakukan intersepsi yang mengganggu.
"Kami dengan sungguh-sungguh meminta pihak Jepang untuk segera menghentikan fitnah dan pencemaran nama baik, serta secara tegas mengekang tindakan-tindakan di garis depan," ujar Wang dalam pernyataannya yang dipublikasikan pada Minggu (7/12/2025) di situs web Kementerian Pertahanan China.
“Angkatan Laut China akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai hukum untuk menjaga keamanan serta hak dan kepentingan sahnya.”
Hubungan Jepang–China memburuk setelah Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan pada awal November bahwa militernya dapat terlibat jika China mengambil tindakan terhadap Taiwan, pulau berpemerintahan sendiri yang diklaim Beijing sebagai miliknya.
Pada Minggu sore (7/12/2025), Takaichi menanggapi insiden penguncian radar tersebut.
"Penyinaran radar ini merupakan tindakan berbahaya yang melampaui apa yang diperlukan untuk keselamatan penerbangan pesawat," ujar Takaichi kepada wartawan.
Ia menambahkan bahwa Jepang telah mengajukan protes kepada China atas insiden itu, dilansir Reuters.
Jepang dan Australia, yang menteri pertahanannya bertemu dalam pembicaraan terjadwal di Tokyo pada hari Minggu, juga menyampaikan kekhawatiran atas insiden tersebut.
“Kami sangat prihatin dengan tindakan China dalam 24 jam terakhir,” ujar Menteri Pertahanan Australia Richard Marles dalam konferensi pers bersama usai bertemu Koizumi.
“Kami berharap interaksi tersebut berlangsung secara aman dan profesional.”
Australia, kata Marles, tidak ingin melihat perubahan apa pun terhadap status quo di Selat Taiwan.
Ia menambahkan bahwa China adalah mitra dagang terbesar negaranya, dan Australia tetap berharap dapat menjalin hubungan yang produktif dengan China.
Sejauh Ketegangan China-Jepang Akan Berlangsung?
Meskipun Taiwan tetap menjadi salah satu isu paling sensitif bagi China, Lim Chuan-tiong, peneliti Studi Asia di Universitas Tokyo, mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya perselisihan mengenai pulau tersebut menjadi isu utama dalam hubungan China–Jepang.
Fukuda Madoka, profesor di Fakultas Hukum Universitas Hosei, Jepang, mengatakan kepada DW bahwa tujuan utama China adalah mencegah pemerintahan Takaichi mencampuri urusan Taiwan di masa mendatang.
Namun, Lim mencatat bahwa berdasarkan pengalaman historis, gejolak antara China dan Jepang pada akhirnya cenderung mereda.
“Tujuan China adalah memberi Jepang pelajaran, tetapi pada akhirnya mereka akan mundur dan kembali berdialog,” ujarnya kepada DW.
“Beijing tidak bisa selamanya menghindari keterlibatan dengan negara tetangga.”
Ke depan, Lim menilai bahwa perkembangan hubungan keduanya kemungkinan tidak akan dimediasi oleh Amerika Serikat atau pihak ketiga mana pun.
“Dalam jangka pendek, Jepang kemungkinan perlu mengambil langkah nyata untuk meredakan ketegangan, karena sangat jelas bahwa Beijing mempertahankan sikap eskalasi yang berkelanjutan,” ujar Yang kepada DW.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)