Soal Penanganan Banjir Sumatra, KSAD: Kami Kerja Siang Malam Dinilai Lamban, Kami Juga Butuh Support - Halaman all - TribunNews
Soal Penanganan Banjir Sumatra, KSAD: Kami Kerja Siang Malam Dinilai Lamban, Kami Juga Butuh Support - Halaman all - TribunNews
- KSAD Maruli Simanjuntak menegaskan anggota TNI telah bekerja siang malam untuk melakukan perbaikan pasca bencana Sumatra, tapi tetap dinilai lamban.
- Maruli mengakui dalam proses perbaikan infrastruktur dan penanganan pasca bencana di Sumatra ini, ia dan anggotanya memiliki banyak kekurangan.
- Namun para prajurit TNI juga membutuhkan dukungan dari semua pihak agar perbaikan infrastruktur di lokasi terdampak bencana di Sumatra ini bisa dilakukan secara maksimal.
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengungkapkan imbauannya kepada semua pihak dan media terkait penanganan pasca-bencana banjir bandang dan longsor di Sumatra, khususnya Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Diketahui untuk menunjang perbaikan infrastruktur pasca bencana di Sumatra, Maruli Simanjuntak dipilih Presiden Prabowo Subianto menjadi Komandan Satgas Pemulihan Jembatan yang Terdampak Bencana.
Sehingga dalam perbaikan infrastruktur di Sumatra, khususnya jembatan-jembatan yang terputus akibat banjir, proses perbaikannya dilakukan oleh Anggota TNI Angkatan Darat (AD).
Maruli mengakui dalam proses perbaikan infrastruktur dan penanganan pasca bencana di Sumatra ini, ia dan anggotanya memiliki banyak kekurangan.
Namun Maruli juga menekankan bahwa seluruh anggota TNI telah bekerja keras untuk proses pemulihan pasca bencana di Sumatra.
Untuk itu jika ada kekurangan dalam prosesnya, Maruli meminta untuk dilaporkan langsung kepadanya agar bisa ditindaklanjuti.
Maruli juga menegaskan, para prajurit TNI juga membutuhkan dukungan dari semua pihak agar perbaikan infrastruktur di lokasi terdampak bencana di Sumatra ini bisa dilakukan secara maksimal.
"Jadi saya juga pada kesempatan ini menghimbau para rekan-rekan media supaya mengekspos bagaimana kami bekerja. Ya, semua bekerja begini. Kalau ada hal kekurangan pasti banyak kekurangan ya. Tolong informasikan kami kekurangan itu. Jangan diekspos lewat media."
"Kasihan anggota kami yang sudah (bekerja), ya anggota saya tiga orang meninggal. Ada dua keluarga yang suaminya meninggalkan rumah, keluarganya habis, anak istrinya. Jadi kami juga butuh support anggota kami ya. Anggota kami
yang lain juga saya kira butuh support ya," kata Maruli dalam konferensi persnya hari ini, Jumat (19/12/2025), dilansir kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Semua Pihak Harus Kompak Beri Dukungan
Maruli menilai, dalam menangani bencana Sumatra ini, semua pihak harus bisa kompak dan saling memberikan dukungan.
Terlebih kondisi di lapangan sangatlah rumit, sehingga prosesnya tidaklah mudah.
"Jadi kalau melihat suatu hal, informasikan kami. Persoalan seperti ini tidak akan selesai dengan menangis. Kita harus bekerja sama. Kita harus kompak semua. Kita harus kompak. Kita perlu. Kasihan yang terkena bencana kondisinya memang rumit," ungkap Maruli.
Baca juga: Penanganan Pasca-Bencana Banjir Sumatra, BNPB Sebut Aceh sebagai PR: 6 Kabupaten Tanggap Darurat
Lebih lanjut Maruli meminta semua pihak untuk tak hanya mengoreksi kinerja anggotanya, tapi juga memberikan kekuatan dan dukungan.
Karena para prajurit TNI yang dikerahkan untuk penanggulangan bencana Sumatra ini juga harus merasakan kondisi sulit.
Mereka harus bekerja siang malam ke tempat-tempat yang tertutup aksesnya hingga ikut merasakan hidup di tenda pengungsian yang bahkan tak sebagus yang dihuni oleh para pengungsi.
Maruli pun mengajak semua pihak untuk bisa kompak dalam penanganan bencana serta memberikan penghargaan dan dukungan kepada semua pihak yang telah bekerja menangani bencana Sumatra.
"Anda mungkin kita tidak merasakan bagaimana mereka susahnya. Kalau kita tampung apa mereka bicara banyak kekurangan. Kalau Anda mengoreksi kami bekerja banyak kekurangan."
"Jadi mari kita bersama-sama beri kekuatan yang kena bencana. Beri kekuatan kami yang bekerja. Ya, jangan sedih anggota itu sudah bekerja siang malam malah
dibilangnya pengarahannya enggak (kurang).
"Bagaimana rasanya Anda coba kalau di posisi itu? Bukan saya, anggota saya kehujanan tengah malam bentuk (jembatan, infrastruktur) seperti itu. Terus dibilangnya lambat ya. Jadi tolong yang seperti-seperti ini. Kita harus kompak bernegara."
"Peran Anda luar biasa media bangkitkan moril masyarakat bangkitkan kami yang bekerja bukan kami anggota kami. Jadi
itu mungkin himbauan dari saya ya. Saya perlu sekali bantuan dari rekan-rekan media supaya bisa mengekspos bagaimana harapan-harapan itu, harapan itu kepada para korban bencana. Memberikan penghargaan pada anggota-anggota kita yang bekerja."
"Ya, kalau mau mencoba rasakan bagaimana rasanya dia harus ke tempat tertutup akses. Mereka juga tidak ada air minum. Mereka juga tidak ada baju ganti. Mereka juga dengan kondisi tempat penginapan yang kurang jauh dari layak. Mungkin lebih jelek dari pengungsi ini. Tolong dibangkitkan semangatnya. Saya yakin Anda mempunyai peran. Saya kira itu yang ingin disampaikan," pungkasnya.
Baca juga: Prabowo Bilang Situasi Banjir Sumatra Terkendali, Greenpeace: Pemerintah Belum Ada Langkah Nyata
27 Daerah Masih Tetapkan Status Tanggap Darurat
Sebanyak 27 kabupaten/kota di Aceh, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar) masih menetapkan status tanggap darurat imbas bencana banjir bandang dan tanah longsor.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi (Kapusdatin) Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, dalam konferensi pers secara daring, Kamis (18/12/2025).
"Per hari ini masih ada 27 kabupaten/kota yang menetapkan status tanggap darurat. Ada tambahan satu kabupaten/kota yang kemudian juga memperpanjang status tanggap darurat," ujarnya.
Sebagaimana arahan Presiden RI Prabowo Subianto, tanggap darurat fase kedua ini tak hanya diarahkan kepada aspek pencarian-pertolongan korban, distribusi logistik, maupun pembukaan akses jalan, komunikasi, dan energi.
Namun, juga dioptimalkan untuk memulai fase pemulihan awal di mana targetnya adalah membangun hunian sementara dan hunian tetap.
"Kita optimalkan untuk mulai melakukan fase early recovery di mana target utama kita adalah secepat mungkin bisa memulai pembangunan hunian sementara dan juga hunian tetap di beberapa lokasi."
"Dan tentu saja untuk hunian sementara nanti akan dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota terdampak yang pemerintah daerahnya memang mengusulkan sesuai kebutuhan hunian sementara tersebut," tutur Abdul.
Baca juga: PDIP Kritik Pemerintah Tak Anggap Banjir Sumatra Bencana Nasional, Bandingkan Badai Katrina AS 2005
Status Tanggap Darurat
Rincian kabupaten/kota yang menetapkan status tanggap darurat: 12 daerah di Aceh, 8 daerah di Sumut, dan 7 daerah di Sumbar.
Aceh
- Aceh Utara
- Aceh Tamiang
- Aceh Timur
- Bener Meriah
- Bireuen
- Pidie Jaya
- Aceh Tengah
- Gayo Lues
- Langsa
- Lhokseumawe
- Nagan Raya
- Pidie
Baca juga: Pemerintah Siapkan Jaminan Hidup bagi Korban Banjir Sumatra Selama Tiga Bulan, Ini Besarannya
Sumut
- Tapanuli Tengah
- Tapanuli Selatan
- Kota Sibolga
- Tapanuli Utara
- Kota Medan
- Humbang Hasundutan
- Pakpak Bharat
- Nias Selatan
Sumbar
- Agam
- Padang Pariaman
- Kota Padang
- Pasaman Barat
- Lima Puluh Kota
- Pesisir Selatan
- Kota Pariaman
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Muhamad Deni Setiawan)