Thailand Bombardir Kamboja Dipicu oleh Roket Buatan China - SindoNews
3 min read
Thailand Bombardir Kamboja Dipicu oleh Roket Buatan China
Selasa, 09 Desember 2025 - 07:08 WIB
Thailand sebut serangan udaranya terhadap Kamboja dipicu oleh penempatan roket buatan China yang dapat digunakan untuk menyerang fasilitas-fasilitas sipil Thailand. Foto/defence.newsd
A
A
A
BANGKOK - Serangan udara Thailand pada hari Senin menargetkan fasilitas militer Kamboja yang menampung artileri jarak jauh setelah pengawasan menunjukkan bahwa roket-roket, termasuk varian buatan China, dapat digunakan untuk menyerang wilayah sipil. Demikian diungkap seorang pejabat militer Thailand.
Kedua negara tetangga di Asia Tenggara tersebut terlibat dalam pertempuran terburuk sejak bentrokan lima hari pada bulan Juli, dengan kedua belah pihak saling menuduh melanggar gencatan senjata yang ditengahi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim.
Berdasarkan pergerakan senjata dan jangkauannya, militer Thailand menilai bahwa pasukan Kamboja dapat menggunakan roket BM-21 rancangan Soviet dan roket PHL-03 buatan China untuk menembak ke arah bandara provinsi dan rumah sakit distrik milik pemerintah, kata juru bicara Kementerian Pertahanan Laksamana Muda Surasant Kongsiri.
Baca Juga: Perang Thailand-Kamboja Pecah Lagi, Ini Perbandingan Kekuatan Militernya
"Berdasarkan intelijen kami juga, telah ada upaya untuk mengunci koordinat fasilitas-fasilitas ini," ujar Surasant kepada Reuters, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Menurutnya, intelijen Thailand mengindikasikan serangan udara tersebut menyerang depot militer yang mencakup fasilitas penyimpanan roket.
Dampak serangan udara Thailand terhadap fasilitas militer Kamboja belum bisa diverifikasi secara independen.
Menurut laporan Reuters, Selasa (9/12/2025), seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja tidak segera menanggapi pertanyaan rinci yang diajukan. Negara tersebut sebelumnya membantah telah menargetkan fasilitas sipil Thailand.
Potensi ancaman dari roket PHL-03 sebelumnya tidak pernah dilaporkan.
Kedua negara tetangga di Asia Tenggara tersebut terlibat dalam pertempuran terburuk sejak bentrokan lima hari pada bulan Juli, dengan kedua belah pihak saling menuduh melanggar gencatan senjata yang ditengahi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim.
Berdasarkan pergerakan senjata dan jangkauannya, militer Thailand menilai bahwa pasukan Kamboja dapat menggunakan roket BM-21 rancangan Soviet dan roket PHL-03 buatan China untuk menembak ke arah bandara provinsi dan rumah sakit distrik milik pemerintah, kata juru bicara Kementerian Pertahanan Laksamana Muda Surasant Kongsiri.
Baca Juga: Perang Thailand-Kamboja Pecah Lagi, Ini Perbandingan Kekuatan Militernya
"Berdasarkan intelijen kami juga, telah ada upaya untuk mengunci koordinat fasilitas-fasilitas ini," ujar Surasant kepada Reuters, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Menurutnya, intelijen Thailand mengindikasikan serangan udara tersebut menyerang depot militer yang mencakup fasilitas penyimpanan roket.
Dampak serangan udara Thailand terhadap fasilitas militer Kamboja belum bisa diverifikasi secara independen.
Menurut laporan Reuters, Selasa (9/12/2025), seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja tidak segera menanggapi pertanyaan rinci yang diajukan. Negara tersebut sebelumnya membantah telah menargetkan fasilitas sipil Thailand.
Potensi ancaman dari roket PHL-03 sebelumnya tidak pernah dilaporkan.
Roket Jarak Pendek
Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, kedua belah pihak pada bulan November mulai menarik senjata berat dari perbatasan dalam tiga tahap, dimulai dengan sistem roket, diikuti oleh artileri, kemudian tank dan kendaraan lapis baja lainnya.
Namun, seminggu kemudian, Thailand mengatakan akan menghentikan implementasi pakta gencatan senjata setelah ledakan ranjau darat melukai seorang tentaranya. Militer Kamboja, yang jumlah personelnya jauh lebih banyak daripada angkatan bersenjata Thailand, memiliki sekitar 48 unit BM-21 dan hanya enam peluncur roket ganda PHL-03, menurut lembaga think tank International Institute for Strategic Studies (IISS).
PHL-03 dapat menembakkan roket berpemandu dan tak berpemandu dengan jangkauan antara 70-130 km, menurut basis data militer AS, sementara BM-21 memiliki jangkauan 15-40 km.
Bandara Buriram, sebuah fasilitas sipil yang melayani Provinsi Buriram, basis partai berkuasa Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul, berjarak sekitar 100 kilometer dari perbatasan, di luar jangkauan BM-21.
Rumah Sakit Prasat, yang terletak di Provinsi Surin yang berdekatan, berjarak kurang dari 30 km dari perbatasan.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Angkatan Udara Thailand mengatakan telah mengerahkan pesawatnya untuk menyerang target militer setelah Kamboja memobilisasi persenjataan berat dan menempatkan kembali unit-unit tempurnya.
"Perkembangan ini mendorong penggunaan kekuatan udara untuk menghalangi dan mengurangi kemampuan militer Kamboja ke tingkat minimum yang diperlukan untuk menjaga keamanan nasional dan melindungi warga sipil," katanya.
Selama konflik bulan Juli, yang menewaskan sedikitnya 48 orang dan menyebabkan sekitar 300.000 orang mengungsi sementara, militer Thailand menuduh Kamboja menembakkan BM-21 ke wilayah sipil dan memperingatkan bahwa PHL-03 juga dapat dikerahkan.
"Kali ini, Kamboja lebih siap untuk serangan yang terarah," kata Surasant.
Militer Thailand menuduh pasukan Kamboja memicu pertempuran terbaru dengan menembaki tentara Thailand pada hari Minggu, yang menyebabkan dua orang terluka.
Kamboja membantah tuduhan tersebut, menuduh militer Thailand melancarkan serangan fajar pada hari Senin.
(mas)