Waspada Serangan Jantung di Usia Muda, Ini Pemicunya dari Kebiasaan Sehari-hari - Bisnis com
Bisnis.com, JAKARTA — Di usia muda, banyak orang merasa tubuhnya masih kuat dan aman dari penyakit serius sehingga kerap mengabaikan tanda-tanda awal gangguan kesehatan, padahal data medis menunjukkan serangan jantung semakin sering terjadi pada kelompok usia 20 hingga 40 tahun.
Penyebabnya tidak jauh dari pola hidup sehari-hari yang dianggap sepele. Konsumsi makanan cepat saji, begadang, kurang aktivitas fisik, serta stres berkepanjangan secara perlahan memberi tekanan besar pada jantung.
Yang membuat kondisi ini semakin berbahaya, gejala serangan jantung pada usia muda sering tidak disadari. Keluhan ringan seperti dada terasa tidak nyaman, napas pendek, mual, atau nyeri lengan kerap dianggap kelelahan biasa hingga penanganan terlambat dilakukan.
Baca JugaMenurut World Health Organization (WHO), penyakit jantung dan pembuluh darah masih menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia dengan angka mencapai sekitar 17,9 juta jiwa setiap tahun. Data ini menunjukkan bahwa penyakit jantung merupakan ancaman serius bagi kesehatan global dan tidak bisa dianggap sebagai masalah sepele.
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat prevalensi penyakit jantung sebesar 1,5 persen atau meningkat hingga tiga kali lipat dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan kelompok usia, kasus penyakit jantung tercatat sebesar 2,4 persen pada usia 45–54 tahun, 1,3 persen pada usia 35–44 tahun, dan sudah mencapai 0,8 persen pada kelompok usia 25–34 tahun.
Melihat tingginya angka kasus dan kematian akibat penyakit jantung tersebut, dapat disimpulkan bahwa risiko ini tidak muncul secara tiba-tiba. Dalam kehidupan sehari-hari, ada sejumlah kebiasaan yang tanpa disadari dapat memicu terjadinya serangan jantung.
Baca JugaBerikut kebiasaan sehari-hari yang memicu serangan jantung
1. Duduk Terlalu Lama
Duduk terlalu lama setiap hari dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan kematian dini. Penelitian internasional menunjukkan bahwa orang yang duduk lebih dari enam jam sehari memiliki risiko kesehatan jantung yang lebih tinggi.
Untuk mengurangi dampaknya, cobalah rutin berdiri, berjalan singkat, atau bergerak di sela aktivitas. Jalan kaki ringan setiap hari, bahkan dalam jumlah langkah kecil, tetap membantu menjaga kesehatan jantung dan menurunkan risiko penyakit serius.
2. Menjadikan Pandemi sebagai Alasan Pola Hidup Tidak Sehat
Selama pandemi, banyak orang tanpa sadar mengembangkan kebiasaan hidup yang kurang sehat. Bekerja dari rumah membuat aktivitas fisik berkurang dan pola makan menjadi tidak terkontrol.
Baca JugaKebiasaan ngemil berlebihan, jarang makan sayur, serta meningkatnya konsumsi alkohol berdampak buruk bagi jantung. Membatasi alkohol dan kembali ke pola makan seimbang dapat membantu melindungi kesehatan jantung dalam jangka panjang.
3. Terlalu Banyak Menghabiskan Waktu Sendiri
Kesepian dan isolasi sosial berkaitan dengan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke. Kondisi ini semakin meningkat sejak pandemi, terutama pada kelompok usia tertentu.
Kurangnya interaksi sosial juga memicu stres kronis yang merusak pembuluh darah jantung. Menjaga hubungan dengan orang lain, berolahraga, dan berbagi cerita dengan orang terpercaya dapat membantu mengurangi stres dan menjaga kesehatan jantung.
4. Banyak Konsumsi Garam
Konsumsi garam berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang berbahaya bagi jantung. Banyak garam tersembunyi dalam makanan olahan yang sering dikonsumsi sehari-hari.
Membaca label gizi dan memilih makanan rendah sodium sangat penting untuk kesehatan jantung. Memasak di rumah dengan bahan segar memang menantang, tetapi jauh lebih baik bagi kesehatan dibanding makanan cepat saji tinggi garam.
5. Kurang Tidur
Kurang tidur membuat jantung tidak mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Tidur yang buruk atau terlalu singkat dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
Tidur terlalu lama juga tidak baik bagi kesehatan jantung. Idealnya, orang dewasa membutuhkan tujuh hingga delapan jam tidur berkualitas agar tubuh dan jantung dapat berfungsi optimal.
6. Menghindari Pemeriksaan Dokter Secara Rutin
Banyak orang menunda pemeriksaan kesehatan rutin. Padahal, pemeriksaan dokter penting dilakukan meskipun tidak ada keluhan.
Penyakit jantung sering berkembang secara perlahan tanpa gejala awal yang jelas. Deteksi dini melalui pemeriksaan rutin membantu mencegah risiko serius di masa depan dan menjaga kesehatan jantung sejak usia muda. (Angel Rinella)